Rasa-rasanya seperti dalam dongeng saja.
.
.
.~SERANGAN?~
Aku takjub melihat kemampuan teman-temanku. Apa aku bisa seperti itu? Menjadi salah satu pemeran dalam dongeng, pasti sangat menyenangkan!
"Pak, emm..." rasanya aku gugup mengatakannya.
"Bagaimana caraku mengetahui elemen apa yang kupunya? Aku saja baru tau kalau ada yang kayak ginian." Kalimat terakhir terdengar seperti bergumam.
"Harusnya sih berlatih kurang lebih satu bulan. Tapi tergangung keadaan." Jawab Pak Mario.
Satu bulan? Lama sekali. Seperti tahu apa yang ada dalam pikiranku, Mian dan Mirrae menepuk kedua bahuku dan tersenyum.
"Kami akan membantumu." Ujar mereka. Aku tersenyum sumringah.
"Baiklah, waktu kita sudah habis. Sekarang mari kita berkumpul dan mengakhiri kegiatan ini!" Seru Pak Mario. Tak terasa karena penjelasan yang panjang, waktu pelajaran ini sudah selesai.
Kami berkumpul lalu mengakhiri jam pelajaran ini. Setelah itu kami diperbolehkan istirahat karena sekarang sudah jam sembilan.
"Kate, kau punya hutang penjelasan!" Seru Mian. Aku meringis mendengar seruannya. Apa yang harus ku jelaskan coba?
"Penjelasan apa? Yang harusnya bilang begitu adalah aku." Ujarku.
"Kok begitu?" Tanya Mirrae.
"Karena aku sama sekali tidak tau apa-apa yang kayak ginian..." Jawabku dramatis. Oke, ini berlebihan.
"Oh iya ya...hehehe." Aku meringis mendengarnya.
"Kalian mau ke kantin?" Tanya Mirrae. "Ajak aku keliling!" Pinta ku.
"Eehh, baiklah. Tapi ini akan menyita waktu. Jadi bagaimana kalau kita menjelaskan sambil berjalan?" Usul Mian yang sudah memang tujuanku.
"Memang itu tujuanku." Jawabku datar sambil memutar bola mataku.
"Benarkah? Ehehehe, ayo!" Serunya sambil menarikku dan Mirrae ikut jalan bersamanya.
Mian dan Mirrae mulai menjelaskan. "Kita itu di sini untuk menyempurnakan lagi bakat atau bisa dibilang kekuatan yang kita miliki." Jelas Mian.
"'Menyempurnakan lagi' itu artinya kalian sudah mempelajari sesuartu yang semacam itu sebelum sekolah di sini 'kan?" Tanyaku.
"Ternyata kau pintar juga. Sebelum kita di sekolahkan di sini, kita sudah di sekolahkan di tempat lain namun ber-yayasan sama dengan sekolah ini." Jawab Mian.
"Aku emang pintar kali...ehehe. jadi begitu ya?" Candaku.
"Menyesal sudah aku memujimu." Ucapnya dengan muka masam. Aku dan Mirrae tersenyum geli kemudian cekikikan.
Kami kini berada di kantin untuk membeli makanan dan minuman yang bisa kami bawa untuk jalan.
"Bedanya sekolah ini jenjangnya lebih tinggi dan untuk siswa berumur 16 tahun," Tambah Mirrae. "sama saja sih dengan sekolah dunia luar." Lanjutnya.
Kemudian kami berjalan ke stand-stand yang ada di kantin. Aku membeli milk tea dan roti. Sementara Mian es teh dan Mirrae membeli burger.
Lalu kami melanjutkan percakapan kami yang tadi sempat terpotong. "Tapi aku sejak kecil tidak pernah diberi tau apapun soal kekuatanku..." ujarku sambil memasang tampang berpikir.
"Kami juga tidak diberi tau awalnya." Ucap Mirrae sambil menatap burgernya.
Aku memasang ekspresi bingung. "Lalu kapan kalian diberi tau?"
![](https://img.wattpad.com/cover/128535370-288-k401619.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
FantasyApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...