Twenty One

1.5K 118 6
                                    

.
.
.
~BROTHER~

"Kumohon. Kumohon jangan lalui ini sendiri. Berbagilah suka maupun dukamu, karena keluargamu yang sesungguhnya sudah ada di sini."

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala sosok pria dengan kaos putih polos yang sedikit memperlihatkan otot-otot halus yang kekar.

Sudah 2 jam berlalu namun ucapan lembut itu terus menghantuinya. Ia berpikir tidakkah gadis itu marah bahkan membencinya? Ia saja merasa tak pantas memiliki kesempatan untuk bernapas saat ini.

Apa ia terlalu hina hingga mendapat tatapan menjijikan dan rasa takut setiap orang melewati dirinya?

Ia bahkan takut dengan dirinya sendiri. "Apa kau tau arti rasa sakit?" Kaizel memandang langit-langit kamar yang kebetulan hanya dirinya seorang, Nathan keluar membeli sesuatu ditemani Mirrae sedangkan Kate ia tak tahu keberadaan cintanya itu.

"Selama ini aku sendirian. Orang yang menemaniku dulu justru meninggalkanku. Apa yang aku lakukan dulu mungkin memang wajar untuk mendapat karma."

***

"Oh ayolah Kaizel. Sudah kubilang kan kau sudah punya keluarga baru. Kau mau terpuruk terus dan tidak makan sampai sukses?!" Kate menangkup kedua sisi pipi seorang pria yang menatap tajam dirinya.

Kaizel melepas tangkupan pada wajahnya. "Hn, aku tau."

"Kalau tau kenapa tidak makan bodoh! Cepat makan kalau tidak perutmu akan kosong semalaman."

"Hn, aku tidak peduli."

"Ya, kau tidak peduli tapi aku peduli!" Ucap Kate penuh amarah. Setidaknya sedikit saja pria itu menyentuh makanannya.

Kate tak sadar akan ucapannya yang membuahkan semburat tipis di kedua sisi pipi Kaizel yang berusaha ditutupi dengan wajah masam dan jangan lupakan wajah datarnya.

"Sudah sana makan. Kau bukan bayi yang harus disuapi untuk makan!"

"Aku.malas.makan." Tekan Kaizel di setiap kata kalimatnya.

"Kaizel. Kau ini kenapa hah?"

"Kate sudahlah. Aku bukannya tidak makan karena sebab aku memiliki alasan. Dengar, saat ini aku tak mau memikirkan urusan pribadiku. Ada urusan yang lebih penting dibanding urusanku sendiri."

"Setidaknya makanlah sedikit."

"Baiklah baiklah." Datar Kaizel pasrah. "Kenapa kau masih peduli padahal aku sudah melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu?"

***

Di lain tempat, Bandara Internasional.  Seorang pria dengan seringainya. Entah seringai yang memiliki arti apa ditunjukkan pria itu.

"Aku pulang. Tunggu aku ya, adik-adikku sayang. Aku merindukanmu... hehe, Kai. Lihat hadiah apa yang akan kubawakan untukmu, adik kesayanganku."

***

Kaizel menempatkan tasnya di kursi yang ia duduki dengan santai. Tiba-tiba datang seorang gadis cantik yang dianggapnya 'nenek lampir' menghampirinya.

"Kaizel sayang!"

"Astaga!" Batin Kaizel menatap horor gadis itu.

"Cih, dasar cabe centil!" Batin Kate menatap tak suka gadis dengan dandanan yang memang pas dan tidak tebal. Diakuinya kalau gadis itu cantik. Tapi untuk apa tampang cantik namun perilaku buruk?

"Kaizel! Aku suka kamu, mau ya jadi pacar aku?" Gadis itu mengedipkan matanya berulang kali.

"Iyuuh." Kate memasang wajah seakan-akan muntah.

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang