Twenty Nine

882 63 2
                                    

.
.
.
~DARIOSA~

Sementara itu di pulau tidak jauh dari tempat Kate dan kawan-kawan. Pulau misterius yang disebut sebagai pulau Dariosa. Pulau ini memiliki karakteristik yang unik.

Di malam hari kabut akan memenuhi seluruh permukaan Dariosa. Tumbuh-tumbuhan langka menjulang tinggi dan mengeluarkan aroma yang khas. Suara hewan dan gemuruh menggetarkan udara, memberi suasana mencekam bagi siapapun yang berdiri di atas tanah pulau itu.

Saat matahari mulai menampakkan diri, kabut putih akan digantikan dengan cuaca cerah. Badai tidak pernah datang dan selalu menampilkan penampilan asri Dariosa. Pepohonan akan memekarkan bunganya. Tampak seperti musim semi tanpa kenal waktu.

Ada sebuah bangunan didirikan di suatu tempat di Dariosa. Bangunan tua layak pakai berdiri kokoh di pinggir tebing, seperti tidak takut akan sapuan angin di malam hari dan tahan akan panasnya terik matahari sepanjang hari.

"Bagaimana dengan 'itu'?"

"Argh! Para tikus tidak berguna itu selalu saja ikut campur!"

"Kita harus bertindak secepatnya. Para petinggi dengan alasan-alasannya pasti akan menjerumuskan kita suatu hari nanti jika mereka merasa tidak diuntungkan."

"Yah, setidaknya untuk sekarang kita masih memiliki beberapa kartu as."

Dengan penerangan yang cukup, empat orang tengah mengelilingi meja bundar. Seringaian, tatapan licik, dan rasa haus darah tidak akan terlewat di dalam ruangan itu.

"Bagaimana dengan gadis itu?"

"Tidak, tidak. Dia memiliki banyak pengawal." Kekehan penuh lelucon keluar dari bibirnya yang menyeringai.

"Lalu bagaimana dengan pengawalnya? Ah! Kau ingat bocah itu?! Hahaha...masa lalunya akan terus menghantui."

Tatapan penuh rencana licik tersirat di sorotan mata itu. "Biarkan dia masuk dalam kegelapan yang dibuatnya sendiri."

"Hm? Atau bisa dibilang skenario yang kita buat?"

Orang-orang sering menyebut mereka sebagai Elang. Kelompok kriminal dalam dunia gelap. Para 'Tikus' dan Elang adalah musuh sah berdasarkan hukum alam. 

***

Jam yang dijanjikan tiba. Di rumah Kate saat ini sangat ramai dengan orang-orang aneh berbahaya berkumpul dalam satu ruangan.

"Tikus? Elang? Yang benar saja, memangnya ada hubungannya dengan orang-orang itu?"

Saat ini Rei menceritakan hubungan antara Elang dan Tikus secara umum.

"Seperti guru SD saja kau ini. Dasar membosankan." Meskipun pelan, sindiran Kyla menancap tepat di hati Rei.

Rei hanya bisa tertawa renyah mengabaikan tusukan tak berdarah dari adik perempuannya.

Benar yang dikatakan Kyla karena semua orang selain Rei duduk manis seperti mendengar dongeng anak SD. Duduk melingkar dengan wajah bersemangat--tidak termasuk Kaizel--mengitari Rei yang ada di tengah-tengah.

Rei terbatuk pelan. "Hubungan elang dan tikus tidak sampai di situ saja. Ada kucing yaitu komplotan elang. Yah kali ini hubungannya tidak termasuk dalam hukum alam. Hanya situasi yang dibuat oleh kami."

"Lalu kelompok kalian termasuk apa? Tikus ya?" Celetuk Nathan. Benar-benar seperti anak SD yang mendengar dongeng.

"Kenapa kamu seperti meremehkan tikus?" Rei cemberut tersinggung. "Dengar ya! Yang licik itu bukan hanya elang dan kucing. Kamu pikir siapa yang masuk ke dalam rumah, mencuri makanan lalu keluar dengan selamat tanpa ketahuan sang pemilik rumah?"

"Hubungannya?"

"Kalian para bocah pasti tidak mengerti."

Tatapan membunuh mulai mengitari Rei. Suhu tiba-tiba menjadi panas. "Y-yah, kami memiliki mata-mata untuk menyelidiki elang dan kucing."

"Lalu siapa elang dan kucing itu?" Tanya Mirrae dengan rasa penasaran.

"Hehe...sudah pasti kamu akan bertanya. Aku sudah menunggu pertanyaan ini darita..."

"Dasar banyak omong! Intinya saja!" Gerutuan keras Kaizel tanpa menatap mata Rei menjadi pertanda sindiran menusuk yang kedua untuk pemuda itu.

"Kalian ini jahat sekali." Gumam Rei mengusap kepalanya. "Elang yaitu kelompok kriminal, tikus yaitu para pemberontak..."

"Kami tidak bertanya tikus, kami tahu kamu itu pemberontak yang hakiki!" Komentar yang sama keluar bersama-sama menghasilkan tusukan bertubi-tubi di saat yang sama.

"Ingin kumenangis~" Rei terbatuk pelan kembali dan memasang wajah serius. "Kucing adalah para petinggi pemerintahan. Tidak semua tahu. Hanya tiga kandidat tersebut yang mengetahui kebusukan petinggi-petinggi itu. Haahh...lama-lama aku lelah dengan dunia palsu ini. Mereka hanya memikirkan pangkat yang dihasilkan dengan kekuatan palsu."

"Tidak mungkin..." Kate tertawa meremehkan. Rei hanya diam menanggapi, Kate berhenti tertawa dan menatap Rei tak percaya, "...kan?"

"Apa hubungan antara kucing dan elang?" Tanya Mirrae. Rei berkata bahwa kucing dan elang adalah komplotan. Tapi bukankah seharusnya mereka menjadi musuh secara hukum pemerintah?

"Mudah saja. 'Rei' mengatakan bahwa para petinggi memiliki pangkat yang dihasilkan dari kekuatan palsu. Kalian lihat saja gedung atau sebut saja laboratorium percobaan yang pernah kita kunjungi." Jawab Kaizel menggantikan Rei.

"Memang hamba sudah tak pantas dihormati. Teruntuk adik-adik saya..." Tanpa sadar Rei merenung di sudut ruangan meninggalkan yang lain dengan pendapat-pendapat mereka terhadap tiga kelompok itu.

"Benar. Pasti elang memiliki banyak tempat yang sama di daerah yang berbeda. Penelitian dan hasilnya pasti tidak hanya satu hal saja. Bisa saja seperti menguatkan hormon...? Bagi para manusia yang bisa menggunakan elemen. Lebih lagi petinggi-petinggi semuanya memiliki kekuatan tak terhitung besarnya."

Rei kembali lagi dengan wajah ceria. "Benar!" Matanya berseri-seri. "Dan aku ingin kalian membantuku menemukan tempat yang hampir mirip dengan laboratorium ilegal itu di suatu tempat."

"Kau merepotkan." Celetuk Kaizel dan Kyla bersamaan.

Rei murung kembali dengan adanya tusukan dari dua orang yang dicintainya. Semua orang kecuali tiga bersaudara itu hanya membatin,

"Kasihan sekali dirimu."

"Di mana tempatnya? Kalau boleh tahu...t-tapi kita kan juga sekolah." Mirrae mengutarakan kebingungannya.

"Kita sekolah hanya untuk menunjang agar tidak putus sekolah." Jawab Kate tersenyum senang karena akan membolos.

"Hahaha...sekolah biar aku yang urus. Kalian pergi saja bersama Kyla, aku masih ada urusan lain. Dan tempatnya yaitu di pulau tidak jauh dari sini. Kalian bisa menggunakan kapal milik kami."

"Jangan jawab yang lain terus Rei. Kami tanya tempatnya." Dan akhirnya Kelvin membuka suaranya.

"Bahkan Kelvin...apa salah daku oh ya Lord~"

Rei menghela nafas panjang dengan berat. "Dariosa. Kalian akan pergi ke tempat itu tiga hari lagi."

•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang