FIVE

2.4K 167 1
                                    

.
.
.
~LET'S GO!~

Setelah 11 hari berlatih, aku jadi lebih kuat dari sebelumnya. Walaupun kadang-kadang konsentrasiku pecah saat mengeluarkan elemen. Namun aku jago kalau soal fisik-mengingat di hari keduaku berlatih badanku encok+memar+pegel semua, aku jadi lebih sering berlatih karena itu. Aku juga sering beradu fisik dengan Kenzo. Awalnya aku yang sering kena pukulannya, namun seiring waktu aku bisa menghindari pukulannya dan balas menyerang. Dan sekarang memar di tubuhku sudah hilang.

Kami akan memulai perjalanan kami hari ini. Dan saat ini aku dan kak Kelvin sedang bersiap-siap. Tahu ini jam berapa? Jam 2 pagi! Dan jam tiga kita sudah harus berkumpul di pos.

Kemarin kami menentukan dimana kami akan berangkat. Dan tempat dimulainya start adalah pos kami, begitupun finish nya. Kami memutuskan berkumpul di jembatan yang menghubungkan kota yang kutinggali ini dengan gunung yang beratus-ratus km jauhnya.

"Kak, apa yang harus kubawa?!" Teriakku dari dalam kamarku.

Kak Kelvin datang dan nyelonong masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu. "Kok jadi kakak songong banget sih?!"

"Udah diem. Ayo cepet, kita belum sarapan sama yang lain." Ujarnya.

"Makannya aku tanya, aku bawa apa aja." Ucapku sabar. Ya orang sabar disayang Tuhan.

"Baju ganti sama bawahannya dua, P-Clothes nya kamu pake sekarang aja. Jaket, pake sekarang juga. P-Techno mu jangan lupa dibawa. Pake P-Shoes aja, gak usah bawa sandal ato alas kaki lain. Handuk kecil, dompet, dan ini..."

Aku berbalik menatap kak Kelvin setelah memasukkan barang-barang yang disebutkannya. Ia melempar benda yang dengan sigap aku tangkap.

"Pistol?!" Tanyaku kaget.

"Iya, aku punya dua."

"Ta-tapi--"

"Tenang saja itu cuma pistol pelumpuh. Yang milikku baru pistol peluru." Aku membulatkan mataku. Aku sedikit lega saat tahu kalau itu hanya pistol pelumpuh, tapi kakak punya pistol peluru?

"Jangan kaget begitu. Aku sudah memilikinya sejak masuk SMA. Dan ini memang sudah senjataku."

"Terserah kau saja kak!"

"Dan ini..." lagi-lagi kakak melempar sesuatu. Sebuah kotak.

"Apa ini?" Tanyaku.

"Bukalah."

Aku membukanya dan cukup kaget, isinya 10 butir pelumpuh, dan 10 butir peluru. Yang kukagetkan kenapa kakak memberi aku peluru?

"Pistol itu milikmu sekarang. Dan asal kamu tau, itu bukan hanya pistol pelumpuh." Aku menganga.

"Isi pistolmu bisa kamu ganti dengan peluru. Tapi tenang saja isi pistol yang ada di tanganmu adalah butir pelumpuh. Dan aku belum menggantinya." Syukurlah.

"Yasudah, sana hus-hus. Aku mau bersiap-siap." Usirku mendorong tubuh kakak keluar dam menutup pintu rapat-rapat.

Aku memakai P-Chlotes dan P-Watch milikku. Memakai P-Shoes dan kemudian earphone P-Glasses di sebelah kanan telingaku. P-Techno ku aku masukkan di saku tas hitamku. Setelah memastikan P-Techno ku aman dan tidak akan jatuh, aku mengikat rambutku menjadi ekor kuda dan menyisihkan poni dan beverapa helai rambut di samping kanan dan kiri pipiku.

Setelah merasa cukup, aku menyambar jaket boomber dark blue kesayanganku. Hangat lah ya.

Saat hendak keluar dari kamar aku langsung teringat pada pistol kakak yang sekarang telah menjadi milikku. Aku menaruh pistol itu dan kotak pemberian kakakku di dalam ransel. Kalau aku masukan di kantong senjataku takutnya orang-orang akan mengira aku ini pembunuh atau apaan. No! Bereskan? Tidak ada yang tertinggal? Sip!

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang