Fourteen

1.8K 143 3
                                    

.
.
.
~NEW MISSION~

"APA?! MISI LAGI?" Teriak Kate, Mian, dan Calista bersamaan.

"Gak usah teriak juga elah." Kelvin menutup kedua disi telinganya.

Ketiga gadis yang berteriak tadi memilih mengabaikan omelan Kelvin dengan meminta penjelasan lanjut dari kepala sekolah mereka.

"Jadi?" Tanya Mirrae.

"Kami mendapat informasi bahwa mereka memiliki agen khusus yang seumuran kalian."

"Apa?!" Seru mereka semua, kecuali Kenzo.

Indra mengangguk. "Agen khusus tersebut dikirim ke sekolah Kate sebelumnya."

"Maksud bapak sekolahku yang lama?" Tanya Kate mengangkat satu alisnya.

"Benar. Maka dari itu, aku mengirimmu, Mirrae, Nathan, dan Kenzo untuk melakukan pertukaran pelajar sampai misi selesai."

"Kenapa kami?" Tanya Nathan.

"Kau dan Mirrae tidak dilihat oleh musuh karena saat itu kalian menjaga laboratorium. Kenzo langsung menghilang sebelum dilihat oleh musuh, entah bagaimana caranya." Kenzo mendengus, nyatanya dia bukan menghilang namun melakukan teleportasi--salah satu kemampuan rahasia keluarganya.

"Lalu bagaimana denganku?" Kate mengerutkan dahinya heran. Kalau perasaannya tidak salah, ketua musuh sudah mengetahui keberadaannya.

"Entahlah, tapi aku yakin kau akan dibutuhkan nanti. Sekolah itu dulunya sekolahmu kan?" Jawab Indra bersedekap dada.

"Tapi bagaimana bisa kita melakukan pertukaran pelajar sementara sekolah ini bukan sekolah biasa?" Tanya Kate heran.

"Ah, iya benar. Bukankah sekolah kita ini sekolah khusus. Lagipula anak yang bukan seorang pengguna elemen tak bisa dan tak mungkin masuk ke sekolah ini." Ucap Mirrae.

"Tenang saja. Aku sudah memperhitungkan itu." Ucap Indra tersenyum lebar.

"Maksud anda?" Tanya Kenzo.

"Beberapa anak yang sekolah di sana ada yang hanya lulus di Nadorel's Junior High dan tidak melanjutkan pendidikan mereka di sini karena urusan keluarga. Lagipula, sekolah Kate yang dulu berada di tengah ibu kota dan berada sangat jauh dari sini." Jelas Indra sambil menyesap kopi yang berada di atas mejanya.

"Kapan kita mulai misi itu?" Tanya Kenzo langsung menuju inti.

"Besok." Indra kembali menyesap kopinya.

"Apa?! Cepat sekali!" Seru mereka kecuali Kenzo dan yang tidak bersangkutan.

"Tentu saja. Mereka sudah merencanakannya sejak lama dan kita baru saja tahu kemarin. Sedangkan aku memberitahu kalian hari ini. Tentu saja kalian harus berangkat besok."

"Ini gila." Datar Nathan.

***

Pagi-pagi buta, mereka berangkat ke bandara dengan seragam sekolah mereka--kan hanya pertukaran pelajar, bukan pindah sekolah. Pukul 03.00 mereka menuju bandara, kira-kira pukul 5.15 mereka sampai di rumah Kate yang sementara dipinjamkan pada mereka saat pertukaran pelajar berlangsung, kemudian mereka hanya memiliki sekitar 1 jam untuk beristirahat karena pukul 06.30 mereka sudah harus berada di sekolah.

"Ini sangat melelahkan! Kenapa mendadak sekali?!" Gerutu Kate menghempaskan tubuhnya di kursi penumpang pesawat.

"Iya. Padahal aku baru tidur 4 jam." Balas Mirrae kalem.

"Benarkah? Setelah pulang dari kantor Pak Indra, aku buru-buru menyiapkan barang-barangku, memberi surat izin pertukaran pelajar pada orangtuaku kemudian mengumpulkan persenjataan yang akan aku bawa. Setelah itu aku ke bandara untuk meminta izin untuk membawa senjata karena ini adalah misi sekaligus menunjukkan surat-surat misi--kalau tidak disuruh Pak Indra dan kalau tidak terpaksa aku tidak akan melakukan ini. Untung Pak Indra teman papa sekaligus kepala sekolah kita kalau tidak sudah kutarik hidung mancungnya itu!" Gerutu Kate bertubi-tubi sampai Mirrae hanya bisa meringis.

"Apa kami tidak merepotkan memijam rumahmu yang ada di sana Kate?" Tanya Mirrae sungkan. "Kalau itu terlalu merepotkan aku dan yang lainnya akan menginap di apartemen untuk sementara." Lanjutnya.

Buru buru Kate menggelengkan kepalanya. "Ah, tidak tidak tidak. Tak apa, sungguh. Lagipula aku akan sendirian di rumah itu. Sungguh tak apa. Kalau kalian tidak ingin menganggapku membantu kalian anggap saja kalian yang menolongku agar tidak sendirian oke." Bujuk Kate.

"Aah, baiklah kalau tidak merepotkanm--"

"Tak apa, aku bersungguh-sungguh." Ucap Kate memotong ucapan Mirrae.

Setelah itu terdengar penuturan untuk segera duduk di tempat masing-masing dan menggunakan sabuk mengaman.

"Nah, kalau begitu terimakasih ya Kate. Maaf sekali lagi kalau mere--"

"Sudah kubilang tak apa Mirrae. Aku senang malahan." Kate tersenyum setelah memotong ucapan Mirrae.

***

"Apa ini kotamu yang dulu Kate? Tak kusangka ternyata sebesar ini." Ucap Nathan.

"Norak." Ucap Kenzo tajam.

"Shh, lidahmu tajam sekali ya?" Ringis Nathan meninju bahu Kenzo sambil tertawa.

Kenzo meringis sambil mengusap bahunya. "Pukulannya sakit." Batinnya datar.

Kate tertawa. "Kalau begitu ayo cepat! Ini sudah jam berapa tau?!" Ucapnya mendorong punggung Kenzo dan Nathan untuk masuk ke dalam taxi.

Sementara Mirrae tersenyum geli melihat keduanya. Rasanya lebih tepat mengatakan suasana kali ini bukan nelaksanakan misi namun tour liburan.

"Ini mau kemana nona?" Tanya sopir taxi pada mereka.

Karena mereka tidak tahu jawabannya, mereka kompak menoleh pada Kate. "Ah, aku lupa kalau mereka tidak tau." Gumamnya menepuk jidat. "Ke GSL-26 blok B ya pak." Ucapnya

"GSL-26 itu apa?" Tanya Nathan memecah keheningan yang tercipta 5 menit lalu.

"GSL itu nama perumahanku. Lalu 26 itu nomor rumahku." Jawab Kate antusias.

"Ooh, apa sebentar lagi kita sampai?" Tanya Nathan lagi.

"Sekitar 11 menit lagi sampai." Jawab Kenzo.

"Eeh, aku tidak tanya kau. Dan bagaimana kau tau?"

"Benar nak. Bagaimana kau tau kalau 11 menit lagi kita sampai?" Pak sopir taxi itu ikut bertanya.

"Insting." Jawab Kenzo.

"Hebat anak muda sepertimu yang memiliki insting kuat. Atau kau memang pernah kemari?" Tanya bapak itu.

"Entahlah, tapi aku berasa familiar dengan daerah ini." Jawab Kenzo.

"Hmm, kalau begitu warna rumah Kate apa?" Tanya Nathan, dan kemudian ingin bertanya lagi namun Kenzo menyumpal mulut cowok itu menggunakan bungkus plastik.

"Kau ini dari tadi terus bertanya. Kau akan tau setelah sampai di rumah Kate." Ucap cowok itu sebal.

Kate dan Mirrae refleks tertawa melihat Nathan dengan mulut yang tersumpal bungkus plastik. "Ayolah ini tidak lucu, berhentilah tertawa. Kalian terlihat menyebalkan." Gerutu Nathan setelah mengambil benda yang menyumpal mulutnya.

Mereka tertawa semakin keras karena kekonyolan rekan mereka tak terkecuali Pak sopir dan Kenzo yang hanya terkekeh pelan. Suatu perkembangan bagi Kenzo yang sedang terkekeh.

Kate, Mirrae, dan Nathan bengong menatap Kenzo. Melihat pemandangan langka dan sangat jarang dilihat.

"Kenzo kau tertawa?" Tanya Mirrae.

"Apa salahnya orang tertawa nak?" Tanya Pak sopir.

"Yeah, selama kami mengenalnya dia tidak pernah tertawa sekalipun, tersenyum saja hanya setipis 2 inci." Jelas Kate terkekeh.

Kenzo berhenti terawa lalu memalingkan wajahnya kearah jendela. Malu rupanya. Kini mereka menertawakan Kenzo sampai mereka tiba di rumah Kate.

Ya, balok es sebagai pertahanan pria itu perlahan mulai mencair hanya dengan tindakan-tindakan kecil dan hangat oleh rekan sekaligus orang yang mulai dianggapnya keluarga.

•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang