Twenty Three

1.5K 123 4
                                    

.
.
.
~I WANT TO...~

"Apa?! Tidak bisa! Aku memilih kalian bukan dengan tujuan seperti ini! Kita sudah melenceng dari tujuan awal kita!"

"Kami minta maaf, tapi kami juga memiliki dendam tersendiri."

"Dendam? Untuk siapa, dan kau balaskan pada siapa?" Sindir Rei menggelengkan kepalanya heran dan tersenyum miris dengan keputusan rekannya.

Rekannya hanya menundukkan kepalanya. "Renata sudah tertangkap karena keinginan egois kalian." Datar Rei dengan hawa dingin di setiap katanya.

"I-itu bukan rencana kami."

"Diam! Lalu siapa yang memiliki dendam dengan sekolah itu hah?!" Seru seorang gadis di sebelah Rei.

"Gara-gara keinginan egois kalian, 'rekan' kalian--tidak, dengar ini 'teman seperjuangan' mu semua sekarang berada di bawah siksaan yang mewakili perbuatan kalian! Tidakkah kalian punya otak?! Kita bisa merencanakannya baik-baik. Apa kalian lupa tujuan awal kita?! Ha?!" Bentak gadis itu.

"Lalu menurutmu apa?! Sakit hati takkan bisa hilang begitu saja!" Balas salah seorang dari mereka.

"Lalu apa kalian tidak merasa bersalah dengan 'teman seperjuangan kalian'? Apa kalian sudah seperti mereka yang tak punya hati?"

Hening. Tak ada yang membuka suara mereka.

"Lain kali rencanakan baik-baik. Ingat tujuan awal kalian. Jangan egois!" Ucap Rei tegas.

"Baik. Perintah diterima." Kompak mereka dengan suara ragu di dalamnya.

Rei dan gadis itu berjalan menjauhi kelompok mereka yang lain.

"Haah, aku tak menyangka akan serumit ini. Sebenarnya siapa yang salah dan yang benar di sini?--ah, tidak keadaan mana yang harus kami anggap benar?" Desah pria dengan wajah rupawan bergumam pada gadis di sebelahnya.

"Ikuti alurnya saja Rei."

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan Cassie?"

"Sebelum itu, apa kau yakin 'dia' pelakunya?"

"Karena aku tak yakin, aku tak tau jalur mana yang akan aku pilih."

***

Kelvin menatap satu-persatu orang yang mengelilingi meja makan saat ini.

"Besok tidak akan seperti biasanya. Bawalah beberapa senjata--"

"Heh, heh! Tunggu dulu. Itu lingkungan sekolah, kau mau kita masuk penjara? Hell no, umurku terlalu muda." Kata Kate sambil menaikkan sebelah alis.

Kelvin mendengus dengan sifat tidak sabaran yang dimiliki adiknya. "Maknnya, jangan pelihara kebiasaan burukmu itu."

Kate mendengus dan menumpukan kepalanya di atas meja. "Ya ya, lanjutkan." Datarnya.

"Perlu kalian tau, yayasan sekolah kita sebenarnya adalah sebuah organisasi resmi. Kita, kalian, termasuk aku merupakan anggota yang dipercaya untuk melakukan tanggung jawab sebagai orang yang dianggap 'mampu' oleh negara."

"Hmm, cepat...aku sudah mulai mengantukk!" Ucap Kate dengan tatapan malas.

"Harus kalian ketahui. Misi yang kalian jalani saat ini..." Kelvin menjeda sejenak, entah mengapa dia selalu merasa ada kaitan di setiap misi yang dijalankannya.

"Hufft...misi ini sudah termasuk tingkat S+." Lanjut Kelvin mengurut pangkal hidungnya.

"Apa?!" Seru mereka semua kecuali Kelvin dan Kaizel.

"Kau tak mau berkokok di malam hari seperti mereka, Kaizel?" Tanya Kelvin pada Kaizel yang sedang cuek-cueknya bertopang dagu.

"Aku tak akan melakukan hal konyol seperti itu." Balas Kaizel datar, seolah-olah tanpa sengaja memberi kesan menancap tajam dalam hati Kate, Nathan, dan Mirrae.

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang