.
.
.
~REIZARK KENZO HIRAISHI~"Jangan bilang kau lupa pada kakakmu?"
Kaizel dengan perlahan menolehkan kepalanya. "Wajah itu, sudah lama sekali."
Kaizel melirik kepada gadis di sebelah Rei tapi langsung mengalihkan pandangannya."Tunggu?!" Sekali lagi Kaizel melirik gadis itu, bahkan sedikit membuka mulutnya.
"Hai, kak. Apa kabar?"
Kate menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Versi ceweknya Kaizel."
Kaizel diam seribu bahasa. Sudah berapa lama? Saking lupanya Kaizel sudah tak bisa menghitung berapa lama sejak saat ia meninggalkan semuanya.
Kyla tersenyum tipis. "Sudahlah, nggak perlu dijawab."
Kaizel kini benar-benar mengatupkan mulutnya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Bahkan rasanya mereka terasa asing walau memiliki hubungan darah.
"Sudahlah, sekarang mari urus mereka. Berlama-lama di sini hanya akan menimbulkan perhatian beberapa menit kemudian." Rei mengangkut salah satu pria yang tak sadarkan diri di punggungnya.
Rei mendecakkan lidahnya. "Berat banget, sih!"
Kate memandang Kaizel dengan tatapan tanpa kesan. Kaizel begitu kaku, gerakan yang ditimbulkannya juga tidak banyak setelah apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
"Apa yang pernah dilakukannya dulu hingga ia seperti itu?"
***
Saat ini mereka tanpa izin membolos kelas dan 'meminjam' gudang di belakang sekolah untuk melakukan suatu tugas. Kate menunggu di luar gudang bersama Kyla dan Mirrae.
"Jadi..." Mirrai menggaruk pelipisnya bingung, merasa canggung dengan keadaan saat ini.
Kyla sendiri bingung, entah sudah sejak kapan ia berinteraksi dengan orang lain selain kakaknya. Ya, dirinya seperti ini sekarang karena masa lalunya dan mempengaruhi masa remajanya.
Kate menggaruk pipinya. "Bagaimana...kalau kita kenalan dulu?" Kyla hanya merespon dengan anggukan karena tidak tahu akan menjawab apa lagi.
"Ee-m, o-oke...namaku Kate, kamu?"
"Kyla." Kyla tersenyum kaku.
"A-ah..." Keadaan kembali canggung. "Benar-benar satu spesies dengan kakaknya."
"K-kalau gitu, aku Mirrae. Salam kenal, ya."
Tanpa memudarkan senyum kakunya, Kyla mengangguk sambil terkekeh canggung.
"Arrgghh!!! Aku nggak kuat lagi!"
Kyla dan Mirrae sontak memandang Kate dengan tatapan aneh, yang ditatap hanya bisa mengerutkan alisnya kesal.
"Kyla, kau benar-benar satu produk sejenis Kaizel, ya? Ini canggung banget!"
Kyla tertawa pelan. Namun tak lama ia sendiri tertegun dengan perlakuannya barusan. Sudah berapa lama ia tertawa?
Kyla kembali tersenyum miris, tapi dengan cepat Kate menangkap sudut bibir Kyla dengan dua telunjuknya.
"Kumohon, tersenyum lebarlah!" Seru Kate, kemudian teringat sesuatu ia tersenyum kecil. "Maaf, ya. Karena aku juga ada hububgannya dengan sikapmu saat ini. Seandainya saja kakak bodohmu itu memikirkan lebih jauh!"
Dehaman seseorang tiba-tiba menginterupsi obrolan singkat mereka. "Em, maksudnya kakak bodohnya yang mana, Kate?" Rei meringis menggaruk tengkuknya.
Kate tersenyum canggung lalu dengan cepat menunjuk Kaizel yang baru saja keluar dari gudang. Kaizel yang mendapat tudingan hanya menaikkan alisnya dan sedikit memiringkan kepalanya, walau rautnya terlihat sangat-sangat datar.
"Apa?"
"Kau, bodoh." Pernyataan Kate membuat Kaizel mengerutkan alisnya tak suka.
"Tapi kau menyukai orang bodoh itu." Jawab Kaizel asal. Muncul perempatan di dahi Kate dan semburat tipis di masing-masing sisi pipinya.
"Bodoh."
Rei terbatuk pelan. "Kami akan melakukan sesuatu pada orang-orang itu."
Nathan tiba-tiba merangkak masuk dalam pembicaraan. Pintu gudang yang terbuka lebar memperlihatkan 'orang yang mencari masalah' terkunci oleh lekukan kayu tebal. "Siang bolong begini kita tidak bisa apa-apa."
"Kita akan bergerak di malam hari. Itu kesimpulanku saat ini." Tangan Kaizel terangkat, telapak tangannya menutupi silaunya matahari saat ia memandang sang Surya.
•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
ФэнтезиApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...