.
.
.
~SECOND DAY~"Eh?" Gumamku khas orang bangun tidur saat merasakan pipi kiriku ditepuk beberapa kali.
"Kita berangkat." Datar suara baritone di sebelah kananku. Dan aku berani bertaruh bahwa aku tertidur dalam rengkuhan pria ini semalam.
"Ma...maaf,"
Biasa kurasakan pipiku memanas. Aku perlahan menegakkan tubuhku yang awalnya duduk menyender di bahunya.
Aku melihat P-Watch di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 03.02. Pria tadi yang tidak lain adalah Kenzo menuruni pohon dengan cara melompat dan terlihat sedang membangunkan yang lainnya.
Aku menguap pelan dan merenggangkan badanku, pegal semua rasanya. Setelah itu aku mengambil bola kristal es di samping kiriku, lalu melompat turun.
Aku merapikan barang-barangku lalu mengambil botol minum dan meneguk air di botol itu sampai setengah.
"Aahh," Aku mendesah lega menarih perhatian Mirrae yang memang berada di dekatku dan melakukan hal yang sama.
"Hmm, kemarin malam kamu ada di mana? Perasaan kamu tidak di sini." Tanyanya.
"A..ah, itu. A-aku ada di atas pohon. Hehehe," Ucapku cengengesan. Mirrae terkejut dan sedikit melebarkan matanya. Beberapa detik kemudian ia terlihat seperti mengingat sesuatu.
"Mm, ya! Tadi malam juga Kenzo tidak ada. Kemana dia? Atau..." Mirrae menggantungkan kalimatnya. Aku sudah malu sekali. Dan kurasakan pipiku kini tengah memerah bak kepiting rebus, ah bukan, mungkin cangkangnya akan terkelupas.
"Kenzo dan Kate berada di batang pohon semalam. Kulihat mereka ketiduran." Ucap Nathan membuatku membulatkan mataku selebar-lebarnya.
"K-kenapa k-kauu--"
"Hmmm, bagaimana kau tau Nath? Kelihatannya mereka ada sesuatu." Ucap Mian menggodaku. Cih jahat sekali mereka.
"Kebetulan saja aku terbangun dari tidurku saat aku merasa haus pada pukul...mungkin jam 11 malam. Daaann aku tidak sengaja menatap ke atas, keduanya tertidur saling menyenderkan kepala." Jelas Nathan, hancur sudah imageku.
"B-ba-bagaiman k-kau t-tau?! K-kan g-gelap!" Ucapku gagap membantah. Tidak tahu kenapa, tapi rupanya aku salting. Duuuhh taru di mana ni muka.
"Tidak perlu ditanyakan lagi sih. Kamu kan bawa bola kristal cahaya itu. Aku mendongak ke atas karena merasa ada cahaya di atas." Jawab Nathan enteng. Yaah, kok aku lupa kalo aku bawa bola kristal itu. Cih, bodoh,bodoh, bodoh.
"Cie, cieeee!! Udah ngaku aja!" Seru Calista.
"Ekhem," Dehaman seseorang membuatku menoleh ke sumber suara dengan takut-takut. Bagaimana tidak, kalau orang itu adalah kakak.
"Ampun, ampun, sungguh aku gak sadar kak..serus nih, peace." Ucapku meringis lalu membentuk huruf 'v' dengan kedua jariku.
Kakak mendekat lalu menjitakku pelan. Wajahnya terlihat menakutkan. Bagiku sih, namun sedetik kemudian ia menyeringai, "Heh, kalau disuruh jujur itu jujur dong! Ngaku aja! Kakak gak pernah ngajarin bo'ong." Ucapnya menjitakku lagi namun ini lebih keras.
"Aaww, sakit tau kak! Dikira ini kepala tahan jitak hah?! Ngapain juga ngurus yang gak penting?!" Aku berjalan menjauh, kulirik Kenzo sekilas yang terlihat santai. Sudahlah, menyerah saja Kate, wajahmu pasti sudah semerah tomat.
***
Kami kembali memulai perjalanan kami yang masih panjang ini. Untunglah saat aku lihat ke maps, kami akan melalui sebuah desa kecil. Jadi kami tidak akan menahan rasa lapar untuk waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
FantasíaApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...