Twenty

1.5K 134 2
                                    

.
.
.
~KENYATAAN[part2]~

Bagai tersambar petir Kate mencoba menenangkan dirnya. Dirinya mencoba mendinginkan kepalanya. Mungkin Kaizel ada alasan tertentu atau mungkin hanya bercanda.

Hatinya terasa perih saat mengetahui kenyataan orang yang 'dicinta'nya lah yang membunuh adiknya.

"Aku tau, kau punya penjelasan. Jadi tolong luruskan." Ucap Kate lirih dengan nada bergetar.

Kaizel tahu saat-saat seperti ini yang akan terjadi. Hari dimana ia menghancurkan hati orang yang disayanginya. Orang yang satu-satunya diberi rasa sayangnya baru-baru ini. Yang baru saja membuatnya merasakan hangat setelah sekian lama.

Kaizel menatap Kate penuh perasaan yang bercampur menjadi satu. Kasih sayang, cinta, kesedian, kekecewaan terhadap dirinya sendiri, dan terlebih penyesalan teramat sangat.

Nathan mengetahui arti tatapan Kaizel pada Kate. Setelah sekian lama dirinya menatap seseorang dengan pandangan penuh cinta yang tergantikan tatapan tajam dan dingin.

Ia tahu, Kaizel bersikap dingin agar tak ada yang mau mendekatinya. Selama mereka jauh dari pria itu, mereka akan tetap aman dan Kaizel tak perlu merasakan ketakutan pada dirinya sendiri.

Nathan pun dulu sempat dijauhi Kaizel dengan alasan ia tak suka pada Nathan yang tidak pernah serius. Itu terjadi saat mereka masih bocah. Nathan tak dapat mengartikan apa yang dimaksud Kaizel.

Nathan sempat membenci dan bermusuhan dengan Kaizel. Kaizel yang sekarang berbeda dari saat Kaizel menatapnya dengan senyum hangat menanyakan namanya.

Ia tak tahu alasan Kaizel menjauhinya sampai mereka kembali bertemu saat Nadorel's Junior High. Saat dirinya hampir terbunuh oleh segerombolan preman jalanan yang membawa senjata sementara dirinya hanya seorang bocah berusia 12 tahun, Kaizel menyelamatkannya.

Namun setelah menyelamatkannya, Kaizel kembali mengatakan bahwa lupakan saja dan keesokan harinya ia harus berpura tidak terjadi apa-apa hari itu.

Seketika Nathan marah dan mengeluapkan semua isi hatinya. Kaizel terkejut melihat pertama kali Nathan marah.

Kaizel pribadi yang ia temui saat ini berhati dingin tak seperti saat pertama kali ia menanyakan namanya. Sudah cukup, ia sudah muak dengan alasan konyol Kaizel menjauhi dirinya.

Semenjak saat itu Nathan dan Kaizel kembali memperbaiki hubungan mereka yang rusak dengan segala penjelasan Kaizel. Tentang Kaizel yang meninggalkan rumahnya 2 tahun yang lalu, perubahan sikapnya, bahkan pembunuhan yang dilakukannya pada seorang gadis kecil berumur 4 tahun.

Saat Nathan mulai memahami sosok baru pada diri Kaizel saat itulah ia memahami penderitaan sohibnya.

Dan saat ini tatapan lembut Kaizel sangat menghenyakkan dirinya. Seperti rasanya sudah bertahun-tahun tak ada tatapan hangat dari pria itu. Balok es yang hanya sebagai tamengnya dan kehangatan yang sesungguhnya mulai bangkit saat pria itu bertemu Kate. Gadis dengan sifat yang mirip ibu pria itu.

Nathan tahu kini hati Kaizel penuh penyesalan teramat sangat pada perbuatannya yang sama sekali tidak disengaja.

Mengetahui Kaizel butuh privasi dengan gadis yang dicintainya pertama kali seumur hidup, Nathan mengajak Mirrae pergi memberi ruang agar Kaizel bisa bercerita dengan Kate.

Sepeninggalan Nathan dan Mirrae, Kaizel masih terus memandang Kate dengan hati berdenyut nyeri.

"Kaizel?" Lirih Kate saat mengucapkan nama asli pria di depannya.

"Maaf..." Kaizel ikut berkata lirih.

"Ada yang ingin kau katakan?"

"Maaf..."

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang