.
.
.~THEY WATCHING US~
Aku merasa tidak nyaman. Bukankah aku baru saja pindah dari sekolah ini? Kenapa sekarang aku ada di sini?
Bukannya aku tidak senang karena teman-temanku yang dulu berbagi cerita selama aku tidak ada. Tetap saja aku belum merasakan satu semester di Namion's. Semua ini karena aku langsung mendapat misi tingkat senior.
"Ada apa Kate?"
Oh, kenalkan ini teman lama yang saat ini berbicara padaku. Aku tidak perlu menyebutkan namanya karena terlalu banyak tokoh dalam cerita hidupku.
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Saat ini aku dikelilingi oleh anak perempuan yang pernah kenal dekat denganku. Pasti heboh mendengar anak pertukaran pelajar yang datang ke sekolah mereka ternyata adalah anak pindahan dari sekolah itu sendiri--sepertinya kata-kataku terlalu rumit. Yah, semoga mereka tidak bertanya yang aneh-aneh dan menganggap hal ini sudah wajar.
"Hm, aku sebenarnya bingung. Di mana sekolahmu yang baru? Kamu langsung pergi begitu saja setelah berkata akan pindah ke sekolah lain."
Benar, kan?
"Yah, aku hanya terburu-buru...mungkin." Aku tidak mampu berbohong dan menambah gumaman di akhir kata. Setidaknya aku mengatakannya, terserah mereka mendengarnya atau tidak.
"Lalu, mereka yang datang kemari itu teman-temanmu? Yang laki-laki benar-benar tampan!"
Astaga, dasar cewek!
"Aku dengar ada dua kakak kelas tampan, loh! Namanya kalau tidak salah...ah, siapa ya? Aduh, bisa-bisanya aku melupakan nama dari malaikat jatuh yang tampan!"
Hei, terlalu berlebihan. Dan memangnya kau pernah melihat malaikat?!
"Tidak hanya itu! Kaizel juga...dan kalau tidak salah namanya Nathan di kelas sebelah!"
Ah, jangan bicarakan mereka. Aku muak. Apa mereka ingin bicara denganku? Kalau tidak silakan ngerumpi di pojokan sana!
Suara berat dari para kaum Adam tiba-tiba mendekat. "Kate! Kenalkan kami pada anak perempuan di kelas sebelah, dong! Dia sangat manis!"
Oke, sudah cukup. Dan mereka kemana, sih? Di saat orang-orang ini membicarakan kalian, kenapa kalian malah tidak ada?!
"Kate!"
Sudahlah. Aku tidak dengar.
Aku merosot dari posisi dudukku yang semula. Aku memasang wajah jengkel. Sebenarnya agar mereka sadar kalau aku tidak ingin diganggu. Tapi rupanya nafsu manusia mereka menutupi pandangan mereka.
Saat namaku dipanggil dengan keras. Masih ingat dengan cabe bernama Shelly?
"Heh!" Aku memandangnya dengan kesal.
"Apa?" Suaraku benar-benar rendah seharusnya dia sadar moodku benar-benar jelek.
"Jangan pernah merebut Kaizelku!"
'Ku'? Sejak kapan dia jadi milikmu?
"Kenapa tidak menyerah saja? Dia sudah berulang kali menolakmu bukan?" Tanyaku.
Shelly terdiam dengan kesal. Teman-temanku menatapnya. Aku tahu dia malu dengan wajah merah itu.
"Kenapa juga kau tidak menyerah menggangguku?" Tanyaku lagi. Memang sebelum aku pindah dia selalu menggangguku.
"Kau ingin tahu?" Dia mendekat ke arah mejaku dan menggebrak benda di depanku.
"Karena kau aneh, kau menghancurkan harapanku! Dah lagi, saat kau mengancamku kau lebih aneh dari sebelumnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ELEMENTS
FantasyApa kalian berpikir dunia fantasi itu nyata?... Sejak kapan ini dimulai? Aku takkan menyadarinya. Yang mungkin saat ini aku sadari, kehidupan itu memiliki sebuah rantai. Saling berhubungan, memiliki sisi terang maupun sisi gelap yang tak kita lihat...