Twenty Six

1.4K 109 3
                                    

.
.
.
~UNDER~

"Terakhir kalinya?" Pikirnya. "Sejak kapan sebuah real life akan menjadi sebuah dongeng? Aku yakin semua ini nggak akan berlalu begitu saja." Kate mengusap wajahnya lelah, entah mengapa sekarang semua masalah ini begitu rumit dan mencengkamnya.

Begitu Kate mengingat bagaimana dirinya dulu, ia merasa begitu berbeda. Menyenangkan memang, perestiwa-peristiwa ini bagaikan petualangan baginya. Dimana terdapat kenangan indah dan menyakitkan.

Kembali teringat saat melihat manusia-manusia dan kaum sebangsanya--pengguna elemen, di dalam sebuah tabung merenggut nyawa mereka waktu itu di sebuah gedung.

Perjalanan mereka belum selesai begitu saja setelah itu. Tanpa memakan waktu yang lama, mereka kembali diberi misi yang lebih mendalam. Bahkan belum satu bulan Kate sudah harus menjejakkan kakinya kembali di sekolah lamanya.

"Mau sampai kapan kau melamun?" Nathan yang entah sejak kapan berada di sebelah Kate, sedikit mengusik bayangan-bayangan yang terlintas di pikiran gadis itu.

Kate sedikit tersentak karena gangguan kecil dari Nathan. Mendengus pelan Kate mengangkat bahunya acuh, "Sudahlah, ayo." Ajaknya ketika melihat teman-temannya sudah berancang-ancang melakukan sesuatu. Nathan mengangguk lalu mengeluarkan P-Techno nya.

Tapi Kate tiba-tiba teringat sesuatu. Bagaimana dengan warga sekolah? Kecil kemungkinan tidak ada yang menyadari perkelahian di tempat umum seperti ini. Kate menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh kekhawatiran yang menggerogoti hatinya saat ini. Bukan identitasnya yang akan terbongkar yang ia takuti, namun nyawa orang-orang di sekitarnya.

Kaizel kini menghampiri Kate, seakan tahu apa yang dipikirkan rekannya Kaizel menepuk pundak gadis itu. "Sekarang bukan saatnya memikirkan itu. Yang menapaki sekolah ini bukan 'seekor tikus' yang tidak berpengalaman. Setidaknya kita bisa melumpuhkan mereka sementara jika kau ingin menghindari 'cara cepat' untuk menghentikan ini."

Kate mengernyit menatap Kaizel. Gadis itu menatap pemuda di sebelahnya dengan ngeri, "Apa yang kau maksud dengan 'cara cepat' yaitu membunuh mereka tanpa ampun?" Kejam sekali.

Tidak mau mengikis waktu lebih lama, Kaizel melepas seluruh kekuatannya untuk berlari secepat kilat ke arah musuh yang sedang lengah. Kate samapai ternganga saat matanya 'tidak dapat' menangkap pergerakan Kaizel.

Kate mendengus dan tersenyum masam. "Sekarang bukan saatnya mengagumi seseorang Kate."

Kate melirik Nathan. Ia terkekeh datar, "Ya, kurasa kau tidak perlu mengeluarkan senjata Nathan. Tidak untuk kali ini." Gadis itu memutar bola matanya melihat Kaizel melesaikan semuanya dengan cepat.

Tapi Kate tidak bisa berdiam diri, ia berpikir keras memikirkan cara agar tidak menimbulkan perhatian--sama yang seperti di lakukan Kaizel. Orang yang diserang mendadak oleh Kaizel jatuh tidak sadarkan diri, sementara orang di sebelahnya yang sedang lengah hanya bisa terkejut dan mencari Sang pelaku.

Kate meringis kesal. Ia merasa mungkin strategi tidak akan diperlukan. Lihatlah bagaimana Kaizel melakukannya 'dengan cepat'. Musuh hanya bisa mengedarkan pandangan mereka, dari raut mereka tidak ada rasa waspada sedikitpun, Kate tidak bisa menganggap kejanggalan kali ini sesuatu yang tidak penting.

Sebelum melakukan hal yang lebih dari itu, mendadak musuh diserang Kaizel tanpa bisa dilihat pergerakannya. Hanya enam pria berbadan kekar yang datang, Kate mengasumsikan musuh meremehkan atau memancing mereka. Kalau asumsi yang kedua itu benar, maka tidak bisa ditolak kemungkinan beberapa dari mereka akan kembali.

"Kita nggak perlu turut maju ke garis depan.  Itu justru akan mengundang perhatian. Biar dia yang tangani untuk sementara, tapi kalau keadaannya tidak menguntungkan cara lain adalah kita turun ke garis depan." Kelvin memberi strategi pertama.

"Dan aku yakin kita nggak akan menggunakan cara kedua." Kate menambahkan. Ia sepenuhnya percaya pada Kaizel.

Saat ini sepenuhnya keadaan memihak mereka, keempat musuh berhasil ditangani dengan cepat oleh Kaizel. Kaizel hanya memukul tengkuk musuh mereka dan menambahkan volt listrik kecil saat melakukannya. Kedua musuh yang masih berdiri tegak tumbang tanpa pergerakan perlawanan.

Tapi mereka tahu, ini terlalu mudah!

Seakan ada yang mengganjal, Kate merasa asumsi keduanya tadilah yang akan mengincar hari esok. Sekarang barulah pertanda kemudian hari.

Nathan mengernyitkan dahinya. "Apa ini nggak terlalu ganjil? Aku yakin mereka bukan orang yang gampang lengah. Tapi cara mereka berjalan masuk ke area sekolah sudah sangat mencurigakan. Mereka begitu santai, masa ada makhluk yang masuk dalam perangkap tanpa ada maksud tersendiri?"

Mirrae mengangguk-angguk. "Namanya mengantar nyawa dong. Lalu setelah mereka berhasil dilumpuhkan, apa yang akan kita lakukan pada mereka?"

Mereka saling tatap satu sama lain. Setelahnya di hadapan mereka Kaizel mendudukkan musuh dengan saling menyender. "Ini terlalu mudah." Kaizel mengernyit menatap tajam pria kekar yang sedang terkapar tak berdaya.

"Apa yang akan kita lakukan? Ini terlalu mengganjal, kita butuh bantuan." Kaizel menghela nafas.

"Kalau begitu serahkan pada kami!" Suara yang tidak asing di telinga Kaizel namun suaranya lebih berat dan serak dari terakhir kali ia mendengarnya. Rasanya sudah bertahun-tahun sejak saat ia mendengar suara itu. Dan tidak disangka membuka luka lama yang masih belum tertutup dengan sempurna.

•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•


MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang