SEVEN

2.1K 169 3
                                    

.
.
.
~FIRST DAY[part2]~

Angin malam bersemilir menerpa wajahku. Rambutku bergoyang sesuai angin yang berhembus. Malam hari yang gelap dan hanya ditemani chaya bulan, bintang, dan kristal es yang diberi cahaya oleh Mian.

Entah kenapa aku tidak bisa tidur, padahal sudah larut malam. Kau tahu sekarang aku berada di mana? Bodohnya aku memilih untuk naik ke dahan pohon yang besar dan cukup untuk ditiduri dua orang. Bisa terbayang kan besarnya seperti apa?

Aku takut. Memikirkan kehidupan setelah ini. Terbayang-bayang dengan masa lalu yang pahit. Kau bisa mengatakan bahwa diriku penakut. Tapi, bagaimana aku tidak takut akan masa yang akan datang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa itu, suka atau duka, tidak tahu.

"Hei."

"Eh? Bikin kaget saja!" Keluhku saat dikagetkan suara cowok di sampingku. Yeah, aku berkata tanpa menoleh sedikit pun.

"Kau tidak terlihat kaget." Ucap cowok itu datar. Dari caranya bicara tanpa menolehpun aku sudah tahu siapa orangnya.

"Hmm? Benarkah?" Tanyaku ambigu sambil menatap bulan. Mungkin hari yang bagus dan tepat saat ini aku ditontonkan gerhana bulan merah.

"Bulan yang bagus, eh?" Ucapnya mengikuti arah pandangku dan mengambil posisi duduk di sampingku.

"Begitulah. Tumben kau memulai pembicaraan." Jawabku seadanya. Benar kan? Dia kan pria irit bicara.

"Hn, bulan itu, mirip dengan matamu." Eh? Dia ngomong ngelantur ya?

"Eh?! Jangan bercanda. Itu tidak lucu. Haha." Tawa ku hambar. Jujur aku sedang malas saat ini.

"Sejak kapan aku suka bercanda? Warna matamu dan bulan itu hampir sama. Merah. Bedanya aku lebih suka matamu." Ucap Kenzo, mungkin dia memang sedang melantur.

"Aku tidak malantur asal kau tau saja." Kenapa dia bisa..?

"Tunggu-tunggu, kau bisa baca pikiranku. Jangan membaca pikiran orang sembarangan kalau begitu." Ucapku dengan tatapan horor.

"Aku tidak membaca pikiranmu. Kuker sekali jika melakukan itu." Jawabnya sambil menyender di pohon dan matanya menatap lurus ke arah bulan.

"Eh? Kau baru saja mengatai dirimu sendiri, padahal kau baru saja melakukannya." Aku ikut menyender pada batang pohon.

"Hm? Aku tidak melakukannya." Bodoh sekali!

"Jika kau berpikir aku bodoh, ingat di sampingku juga ada orang yang lebih bodoh daripada aku."

"Tuh, tuh! Bisa baca pikiran kan?! Dan aku tidak bodoh tau!"

"Pelankan suaramu. Orang-orang di bawah sedang berselancar di alam mimpi." Tegurnya datar. Memang tadi aku lupa memelankan suaraku.

"Yeah, ngomong-ngomong soal alam mimpi, kenapa kau tidak tidur?" Tanyaku.

"Kau mengkhawatirkanku?" Tanyanya ge-er.

"Pede bgt mas. Apa tidak boleh hanya sekedar tanya untuk rekan se-tim?"

"Pertanyaanmu juga berlaku untukmu. Kenapa tidak tidur?" Tanyanya datar.

Aku terdiam sejenak, dan mungkin sesekali menceritakan apa yang ada di pikiranku tidak apa. Aku mulai membuka mulut, "Yeah, maybe you'll think that I'm crazy. But ... imagine you're almost killed twice, and ...

"...and you're ... you ... Err, you know what I mean yeah." Ucapku yang gaje, namun memang apa yang ingin kuungkapkan tidak bisa kujelaskan lewat kata-kata.

" No, eso no es una locura. Alguien seguramente sentirá lo mismo que tú. Aún no estás acostumbrado." Lagi-lagi bahasa Spanyol, bisa tidak sih dia menggunakan bahasa sehar-hari?

" Debes estar pensando, qué sucederá en el futuro. Una cosa que propongo, no retrocedas aunque la realidad que tienes que aceptar sea amarga." Ngomong apa, sih?

"Tidak, itu tidak gila. Seseorang pasti akan merasakan hal yang sama sepertimu. Kau hanya belum terbiasa." Ia berhenti sejenak. Dan menatap lurus pada bulan.

"Kau pasti berpikir, apa yang akan terjadi di masa depan. Satu hal yang kuusulkan, jangan mundur meski kenyataan yang harus kau terima itu pahit." Ucapnya menjelaskan dengan panjang lebar. Wow baru aku tahu kalau seorang Kenzo akan berbicara sepanjang ini pada seorang gadis.

"Hm, aku cukup terkesan dengan perkataanmu itu. Dan bisakah kalau kau bicara jangan menggunakan bahasa asing itu padaku. Kalau mau menggunakan bahasa aneh itu ajari aku." Pintaku.

" Pídeme que te enseñe? Ah, no, no, serás una cabeza grande si lo logras.* "

"Hey, kau pasti menolakku, kan?!"

"Darimana kau tau?" Tanyanya datar.

"Kau bilang 'no', artinya tidak kan?"

"Hm, ya, kau sudah tau jadi aku tidak perlu mengajarimu."

"Iih! Kau ini menyebalkan! Ajari saja apa susahnya sih?" Gerutuku. Selesai menggerutu mulutku dibekap tangan Kenzo yang membuatku kesal setengah mati!

"Diamlah, dan tidur!" Perintahnya pelan. Kenzo mulai memejamkan mata, dan entah mengapa aku juga jadi mengantuk. Setidaknya sekarang aku jadi lebih tenang mendengar ucapannya tadi. Pemandangan yang indah namun sedikit buram terpapar di hadapanku, dan saat itulah aku menyadari bahwa aku mulai berselancar di alam mimpi.

•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•^•
.
.
.
A/n:

Maaf karena chapter kali ini lebih pendek dari sebelumnya...soalnya kali ini author lagi buntu. Hehehe.

Bye...bye, enjoy reading, walau mungkin ceritanya agak gaje.
.
.
.

MY ELEMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang