CHAPTER 17

5.8K 504 217
                                    

jangan lupa vote

Euforia berita kehamilannya, masih menjadi sumber kebahagiaan bagi Kanya dan mama. Bahkan tadi setelah pulang dari dokter Syabila, mama terus menawari dirinya untuk mampir ke swalayan dan membeli susu hamil, dan Kanya selalu menolak ajakan itu.

Bukan apa-apa, Kanya ingin membeli susu ataupun keperluan lainnya hanya bersama Fath, suaminya. Ia ingin melihat ekspresi bahagia Fath saat mengatahui kejutan ini. Membayangkannya saja sudah membuat senyum tak luntur dari bibirnya.

Ahhh! Sungguh tak sabar rasanya, ingin sekali ia terbang ke bogor sekarang juga. Demi Allah, semua ini adalah kado terindah yang tak pernah Kanya sangka sebelumnya. Hamil di usia yang masih sangat belia, 18 tahun, ya ia baru 18 tahun beberapa bulan lalu, dan sebentar lagi ia akan menjadi seorang umi. MasyaAllah.

Di waktu yang sama namun berbeda tempat, seorang lelaki tengah bersandar di tembok masjid sekolah saat istirahat kedua.

Terdapat secarik kertas dalam genggamannya. Ia memegangnya erat, tapi pandangannya entah tertuju kemana. Dalam diam, ia memikirkan tentang seseorang yang mengirimkan pesan itu. Yang jelas ia tahu bahwa seorang cewek lah pengirimnya. Tapi siapa?

Kembali ia membuka surat itu, retinanya merekam setiap kata yang tertulis di sana.

Bahkan aku rela menjadi tokoh antagonis demi dirimu.

Berbeda, satu kata itulah yang dapat Fath tangkap. Gadis pengirim surat ini berbeda hari ini. Ia tak lagi mengirim surat untuknya di kala senja, tapi ia justru mengirim surat saat Fath baru menginjak tanah Bogor pagi hari.

Terlebih, setiap deret kata dalam surat seakan menyengat tubuh Fath. Terdapat sebuah ambisius dan harapan di balik tulisan yang tertera. Fath khawatir jika gadis ini akan menghancurkan hubungan dirinya dan sang istri.

Bagaimanapun, wanita tetap menjadi masalah utama bagi seorang lelaki. Bahkan lelaki sholeh sekalipun bisa silap akan keindahan kaum hawa, dan Fath takut jika imannya tak kuat. Pantang bagi dirinya untuk berpaling, namun setan mempunyai banyak cara untuk menggoda manusia kan?

Karena gadis pengirim surat memberikan surat saat pagi, Fath memutuskan untuk membalas surat itu dan menitipkannya kepada penjaga loket tiket kerata api.

Fath menulis agar gadis ini mau bertemu denganya sore ini, sepulang sekolah. Tak bisa dibiarkan terlalu lama, Fath telah muak mendapat teror surat layaknya hari-hari semenjak ia sekolah di Bogor.

"Ya Allah, ku mohon jaga hati ini. Jangan sampai diri ini menyakiti perempuan yang seharusnya ku jaga hatinya, jangan sampai diri ini meluruhkan air mata perempuan yang seharusnya kusunggingkan senyum manisnya," bisik Fath sembari meraup wajahnya.

"Bahkan aku rela menjadi tokoh antagonis demi dirimu." Fath mengulang isi surat baru yang ia terima.

Ia menghembuskan napasnya kasar, lantas kembali memasok sebanyak mungkin oksigen memebuhi rongga dadanya.

"Kalau sampai lu berani macem-macem, apalagi ngehancurin rumah tangga yang udah gue bangun susah payah, lihat aja apa yang bakal gue lakuin." Fath bermonolog sambil melayangkan tatapan tajam ke arah surat di genggamannya.

"Kalau lu bisa jadi tokoh antagonis, gue juga bisa jadi tokoh yang lebih antagonis demi istri gue," titahnya.

Dalam kalimat yang ia ucapkan terselip sebuah harapan dan doa semoga Allah melindungi hatinya dari fitnah wanita.

"Eh Bro ngapain lu ngelamun di teras masjid gini!" sapa seseorang yang entah sejak kapan telah berdiri di hadapannya.

Fath mendongak dan memicingkan matanya, "Kepo amat lu Yan, kaya dora."

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang