CHAPTER 31

4.7K 419 219
                                    

Jangan lupa vote comment
___________________________

Kanya merekahkan senyuman manis sembari mengelus perut buncitnya. Hari ini ia ditemani bunda pergi ke dokter kandungan untuk cek up dan USG kandungannya. Ia sungguh tak percaya jika mimpinya menjadi nyata. Setelah terakhir kali ia, Fath, dan anak panti asuhan bercanda mengenai anak kembar, hari ini Allah memberikan ia kejutan. Ya! Ia tengah mengandung anak kembar! Betapa bahagianya!

Usut punya usut, ternyata neneknya –ibu dari bunda punya kembaran- jadi tidak aneh jika Kanya bisa hamil anak kembar, karena ada keturunan genetik. Meski begitu, Kanya masih begitu terkejut dan bahagia tiada kira.

“Kalian sehat-sehat ya di perut ummi. Nggak sabar pengen ketemu sama kalian, ahhhh!” Kanya berujar seorang diri dengan posisi memeluk perutnya, seolah ingin memeluk anak kembarnya yang masih di rahimnya.

Betapa bahagianya mengetahui berita ini! Hari ini ia ingin membuat kejutan untuk Fath, ditambah sepengetahuannya hari ini Fath bebas dari latihan pentas sekolahnya. Jadi ia memasak bervariasi menu makan malam sebagai kejutan. Tapi agaknya sekarang dirinyalah yang terkejut, nyatanya Fath justru pulang lebih larut dari biasanya.

Jam dinding bermotif polkadot yang menempel manis di dinding tepat di atas televisi telah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Namun, Kanya tak kunjung menemukan tanda jika suaminya akan pulang. Suaminya itu tidak mengirimi pesan apapun jika ia akan pulang telat.

Kanya menatap nanar makanan yang letah lelah ia masakan khusus untuk suaminya. Jujur kemampuan memasak Kanya memang masih ala kadarnya, tapi setidaknya sudah lebih baik daripada hari pertama ia menjabat sebagai istri Fath. Menu kali ini pun masih dengan bantuan google, dan instruksi bunda –yang sekarang tengah berada di Surabaya menemani ayah menghadiri acara keluarga–

“Salah gue juga sih nggak telpon Al dulu,” ujarnya sembari mematikan televisi dan berjalan menuju meja makan.

Kanya mendempetkan piring wadah sayur dan lauk pauk di meja sebelum ia tutup dengan tudung saji. Ia berasumsi Fath tak akan pulang sekarang. Daripada makanannya terkena debu, ia memilih menutupinya, lagipula bisa ia panaskan nanti.

“Ceroboh banget sih Kanya, kan mubadzir kalau gini,” dumelnya memarahi dirinya sendiri.

Setelah memastikan semua makanan tertutupi, Kanya berjalan menaiki tangga menuju kamar. Lebih baik ia mengistirahatkan sejenak badannya, ber jam-jam berjibaku di depan kompor membuat badannya lelah, entah ini efek kehamilannya yang telah membesar atau memang memasak itu melelahkan. Nanti juga paling Fath akan membangunkannya jika lelaki itu sudah pulang, begitulah pikirnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan berkata, “Kita makannya nanti nunggu Abi dulu ya, sekarang kita istirahat dulu.” Seraya mengelus perutnya.

Tubuhnya sedetik lagi menyentuk ranjang. Namun, matanya lebih sigap menangkap banyak tumpukan jaket Fath di balik pintu.

“Kebiasaan banget sih, nggak pernah di taruh di keranjang,” dumel Kanya dengan kaki yang beralih mengambil beberapa jaket Fath kemudian ia kembali keluar kamar dan menuruni tangga.

Fath dan Kanya memang tinggal di apartemen, tapi apartemen mereka berdua bisa dibilang lumayan besar. Bahkan memiliki dua lantai dengan ukuran ruang yang lumayan besar. Lebih dari cukup untuk menampung Fath dan Kanya, dan sebentar lagi akan ditambah dua anggota rumah lagi. Mengingat akan ada kedatangan anggota keluarga baru, hati Kanya kembali menghangat.

Ia memeluk tumpukan jaket Fath yang ia pegang, membayangkan wajah bahagia Fath jika mengatahui berita bahagia ini.

“Pasti Fath senang banget deh!” pekiknya tak kuasa menahan letupan kebahagiaan.

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang