vote jangan lupa
Waktu adalah pedang yang akan memenggal siapapun yang menyia-nyiakannya.
Semilir angin malam menusuk-nusuk, menimbulkan gelenyaran aneh pada siapa saja yang diserangnya. Angin malam ini tampaknya sedikit lebih kencang dari biasanya, mungkin karena hujan yang terus mengguyur kota Jakarta.
Sama dengan seorang perempuan hamil muda yang tengah duduk melamun di kursi yang telah disediakan. Ia termenung sembari menunggu kedatangan sahabatnya, Viranda, yang ia paksa menemani kegalauan dirinya.
Merasa jengah, Kanya berpindah haluan, ia berjalan menyusuri kolam di taman. Tubuhnya ia dudukan di sana dengan posisi kaki sedikit selonjor dan tangan sejajar kaki.
Lamunannya buyar saat cahaya flash kamera terarah padanya. Langsung ia mendongak, di sana berdiri sosok yang telah ia tunggu-tunggu dengan cengiran tanpa rasa bersalahnya.
"Vir. Itu flash-nya nggak bisa dikondisikan ya?" Kanya bangun dan mendekati sahabatnya.
"Hehehe, sorry, lupa belum dimatiin tadi."
Kanya mendengus kesal, lalu menarik Viranda untuk duduk di kursi yang tadi ia duduki.
"Ngapain nyuruh gue ke sini jam setengah sembilan gini? Tadi gue udah wudhu mau tidur, dan lu, merusak segalanya."
Kikikan menyembur dari bibir manis Kanya. "Untung sahabat ya."
"Iya, Afwan, gue lagi melarikan diri."
Viranda mengernyit, "Melarikan diri dari suami?"
Tebakan yang sangat tepat hingga Kanya tak berkutik. "Iya kan pasti kalau diem gini? Ada apa lagi sih, Ya Allah."
Mereka berdua saling membenarkan posisi duduknya agar saling berhadapan. "Gue juga nggak tau Vir, hormon ini membuat gue jadi tambah baperan," sungut Kanya.
"Hormon apaan dah?"
Kanya menepuk jidatnya, ahhh ia lupa jika ia belum memberitahu Viranda tentang kehamilannya. Sigap, Kanya mengatakan yang sebenarnya.
"Gue hamil Vir, dan hormon ibu hamil ini yang bikin gue tambah baperan."
Viranda terdiam, seperti ia belum mengerti maksud Kanya. "Lu? Hamil Nya?" tanya Viranda dengan pupil yang membesar.
"Iya, gue hamil anaknya Fath."
Toyoran pelan mendarat mulus di kepala Kanya. "Ya iyalah anaknya Fath."
"Heeee," Kanya nyengir. Detik berikutnya, Viranda memeluk Kanya begitu erat sebagai ucapan selamat.
"Ya Allah Nya, nggak nyangka gue. Selamat ya, barakallah," ucapnya masih dengan posisi pelukan.
"Iya Vir, tapi ini lepasin dong, kenceng banget meluknya, baby gue kegencet nih." Mendengarnya, Viranda langsung mengurai pelukannya lalu mengelus perut Kanya.
"Aduh adek, maafin ya sayang, nggak sengaja." Sahabatnya ini berbicara sembari mengelus perut rata Kanya, seolah tengah berbicara dengan Fath junior.
"Eh btw, kalau lu lagi hamil, ngapain malah kabur dari rumah? Bukannya ngasih tau Fath?" selidik Viranda seusai acara menyapa bayi Kanya.
Raut wajah tertekuk itu kembali menutupi paras ayu Kanya. "Gue kesel tau ih. Lu harus tau! Gue udah sms Fath dari sepulang periksa pas siang, gue spam chat tuh, gue telepon juga. Tapi hasilnya? Gue dicuekin, please!"
"Aduh bumil satu ini sensitif banget ya. Mungkin dia lagi sibuk atau ada acara penting apa gitu di sekolah."
"Biasanya dia itu kalau ada apa-apa chat gue dulu, tapi ini, gue kaya nggak dianggap Vir. Gini-gini, gue juga punya hati."

KAMU SEDANG MEMBACA
BIMI
Spiritual#SEQUEL ALKA# (Private) Layaknya sebuah hijrah yang harus diuji agar dapat dikatakan beriman dan bertawa. Cinta juga begitu, ada ribuan barisan ujian di balik pintu rumah tangga setelah terucap kata cinta. Laki-laki, masih dengan harta, tahta, wanit...