CHAPTER 10

6.2K 454 129
                                    

Sorry updatenya lama

-----------------------------

"Bro." Suara disertai sebuah tepukan mendarat di pundak Fath.

Kemudian ia menoleh, "Kenapa?" jawabnya sinis.

Di sampingnya sekarang berdiri tegas sosok laki-laki yang kemarin, hari pertama Fath bersekolah, telah membully nya. Menjadikan Fath seolah seorang babu yang siap melayani majikannya.

Tentu hal itu memberi bekas tersendiri dalam hatinya. Dengan sangat malas, Fath mengulang kalimatnya, setelah menunggu beberapa menit dan tak ada tanggapan dari lelaki itu, Brian.

"Kenapa sih Yan?" sungut Fath sedikit membentak.

"Weyy santai."

Fath memutar bola matanya jengah, lelah menghadapi lelaki yang tadi memulai pembicaraan, namun pada akhirnya justru Fath yang diabaikan. Dasar!

"Ya lu sih, kenapa tadi panggil gue?"

Fath termenung melihat Brian merogoh saku guna mengambil dompetnya, lantas ia mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dari sana.

"Gue nggak butuh uang lu," potong Fath ketika Brian menyodorkan uang tersebut ke arah Fath.

"Gapapa ikhlas gue. Buat lu, supaya bisa beli jam."

Kedua pangkal alis Fath tertaut sempurna. Seakan dapat membaca pikiran Fath, Brian kembali bersuara. "Soalnya lu nggak punya jam kan? Sekarang udah jam 7, tapi lu masih tenang-tenang aja di dalam kelas."

"Terus gue harus kemana?"

"Upacara lah. Udah ayo ke lapangan."

Baru bibir Fath terbuka, tetapi Brian sudah menyelanya, lagi. "Hari ini upacara khusus karena ada murid baru, yaitu lu," ujar Brian sambil berlalu pergi.

Di dalam kelas hanya tinggal Fath seorang diri. Ia menepuk jidatnya kemudian menggaruk tengkuk tak gatalnya.

"Lah kok gue kagak tau ya? Astaghfirullah!" Ia mengusap wajahnya kasar, kemudian mengikuti langkah Brian.

Benar apa yang dikatakan Briant. Pagi ini, di Hari Selasa pagi sekolah Fath mengadakan upacara. Upacara khusus dilakukan untuk menyambut murid baru. Seperti ritual atau kebiasaan. Dan kali ini, upacara ini diadakan untuk menyambut kedatangan Fath di tengah keluarga besar Elizabeth International High School.

"Fath, sini! Kenapa berdiri di sana coba!" teriak Brian dari balik kerumunan ribuan manusia yang memenuhi lapangan pagi ini.

"Care juga tuh bocah. Gue kira dia bener-bener ngeselin kayak kemarin," batin Fath.

Selanjutnya Fath ikut dengan barisan Brian saat upacara dimulai. Ada sedikit perbedaan yang ia simpulkan antara SMA yang dulu dan SMA yang sekarang. Jika di SMA Bintang Bangsa, sudah pasti setiap upacara, untuk memperingati apapun itu, banyak siswa yang ramai sendiri. Sedangkan di sekolahnya saat ini, jangankan ramai, siswa yang berbicara saja tak ada.

Lamunan singkat Fath buyar, saat tiba-tiba namanya dipanggil oleh kepala yayasan.

"Fath, sana ke depan. Dipanggil Pak Rusell tuh," ujar Brian mengingatkan Fath.

"Gue mesti ke tengah lapangan gitu?" tanya Fath dan diangguki oleh Brian.

"Ngapain?" tanya Fath lagi sembari memicingkan matanya.

"Untuk saudara Fath Fawwas Saputra, selaku siswa baru di Elizabeth International High School, silahkan maju ke depan."

Suara panggilan dari Pak Rusell mengudara memenuhi lapangan, menyita perhatian seluruh siswa dari penjuru sudut mana saja.

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang