Ketika dunia memaksamu untuk berduka.
Percayalah, cobalah percaya jika Allah tak pernah ingin melukai hamba-Nya.
Allah hanya ingin membuatmu kuat agar dapat menjadi hamba terhebat.
Percayalah.
🌸🌸🌸Di sebuah ruangan yang kental akan bau obat-obatan, seorang pemuda berdoa panjang dalam sujud terakhirnya. Di malam yang sunyi ini, di saat sebagian besar manusia terlelap dalam alam mimpi, ia bangun, melaksanakan sholat tahajud dan merengek seperti bayi di hadapan Allah.
Hanya ini yang bisa Fath lakukan, menyerahkan semua masalah kepada Allah. Memohon agar Allah melapangkan hatinya, menguatkan jiwanya, dan membimbing dirinya agar dapat menemukan harta karun atas ujian yang tengah menerpa hidupnya.
"Ya Allah, hamba adalah hamba yang lemah, pandangan hamba terbatas hingga tak mampu melihat apa sebenarnya hikmah yang kau kirimkan dalam ujian ini. Mohon tunjukkan padaku Ya Rabb, agar hamba bisa senantiasa bersyukur dan ikhlas menjalani semua ini." Pintanya di tengah doa setelah selesai menunaikan sholat.
Ayah muda tersebut menatap penuh harap ke arah langit langit kamar, seolah ingin berbicara secara langsung kepada Allah. Ia tahu selirih apapun doa yang ia ucapkan, Allah pasti mendenger. Sebab salah satu Asmaul Husna adalah Al-Samii' yang artinya maha mendengar.
"Ya Allah, hamba sudah bisa menerima semua ketetapan-Mu ini, tapi tidak bagi istri hamba. Dia begitu terpukul mengetahui salah satu putrinya tak sempat menyapa dunia. Ya Rabb, tolong kuatkan istri hamba, tolong kembalikan kepingan hati istri hamba yang sempat tercecer karena hamba tak akan mampu melakukan itu. Hanya engkau Ya Allah yang mampu memperbaiki semua ini."
Fath mengusap air matanya menggunakan punggung tangan secara kasar. Dia mengakhiri doanya dengan ucapan aamiin, kemudian dia hendak mengambil mushaf Al-Quran miliknya yang berada di nakas samping ranjang rawat.
Namun saat ia menoleh ke belakang -hendak mengambil Al-Quran-, matanya menangkap Kanya yang menangis dan terus menerus mengucapkan kalimat istighfar.
Lantas Fath mengurungkan niatnya, ia justru segera melipat sajadahnya dan mendekati istrinya.
"Hei kenapa nangis?"tanya Fath tak bersambung jawaban dari Kanya.
Karena ia mendapat zonk jawaban, Fath berinisiatif ikut berbaring di ranjang rawat bersama Kanya. Pergerakan Fath membuat Kanya harus menggeser posisi tidurnya guna memberi celah bagi tubuh Fath.
"Aku buat kamu bangun ya?" Tanya Fath lagi sembari membenahi posisi lengannya agar menjadi tumpuan kepala Kanya.
Kanya menggeleng pasti kemudian mencari posisi nyaman dalam pelukan sang suami. Jujur, Kanya tak tahu mengapa ia meneteskan air mata, yang jelas ia baru sadar bahwa yang terluka bukan hanya dia. Fath -suaminya- juga merasakan hal yang sama, hanya saja lelaki itu terlalu pandai menutupi luka dan duka.
Benar, Kanya tadi sempat mendengar sepotong doa yang Fath ucapkan. Doa itu seakan menjadi titik terang untuk hati Kanya, menjelaskan bahwa bukan hanya dirinyalah pihak yang paling terluka. Ada suaminya, kedua orang tuanya, kedua mertuanya, sahabat mereka yang ikut menanggung duka yang sama. Kanya bersyukur saat ini ada banyak orang yang mencintainya dan berada di sampingnya tanpa ia minta.
"Kenapa nangis malem-malem gini, Ka? Hhmm?" Kanya melonggarkan pelukannya lalu mendongak dan menatap mata Fath.
Ia menggeleng dilanjutkan bersuara, "Aku mau sholat Tahajud juga."
Mendengar ucapan jujur istrinya, Fath tersenyum kemudian turun dari ranjang. "Kamu lupa kalau kamu dalam masa nifas?"
"Astaghfirullah, aku lupa Al."
Fath mengacak rambut Kanya sesaat, tak lupa tawa renyah menggema di antara mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIMI
Duchowe#SEQUEL ALKA# (Private) Layaknya sebuah hijrah yang harus diuji agar dapat dikatakan beriman dan bertawa. Cinta juga begitu, ada ribuan barisan ujian di balik pintu rumah tangga setelah terucap kata cinta. Laki-laki, masih dengan harta, tahta, wanit...