CHAPTER 20

4.7K 440 39
                                    

^^Jangan lupa vote dan komen ya^^

"Assalamualaikum," salam Fath dan Kanya bersamaan.

Pintu kayu berbalut warna cokelat mengkilat di hadapannya terbuka dan memunculkan sosok lelaki yang menjadi cinta pertama Kanya.

"Ayah," teriaknya sembari berlari memeluk ayah dengan begitu erat.

Saking kuatnya dorongan dari Kanya, tubuh ayah hampir terjungkal ke belakang jika beliau tidak menguatkan pondasi kakinya.

"Ya Allah, Nak. Kamu hampir bikin ayah jatuh," kata ayah, kemudian beliau membalas pelukan putri kecilnya.

"Kanya kangen Ayah!" teriak Kanya tepat di telinga ayah.

Fath hanya bisa tersenyum melihat interaksi antara anak dan bapak di depannya ini. Dalam hati, ia berdoa agar kelak ia bisa meniru sosok ayah. Supaya ia bisa dekat dengan anak-anaknya kelak.

"Ayah juga, tapi kok tumben manja banget? Biasanya juga gengsi bilang kangen ke ayah. Kenapa? Hhmm?" Ayah mencolek-colek pipi sisi kanan anaknya.

"Ih ayah sukanya colek-colek kayak Fath aja," ujar Kanya polos tanpa saringan, hingga suaminya yang berada di belakang mendelik salah tingkah.

Sementara, ayah justru terkekeh. Beliau mengalihkan pandangan ke arah Fath berada, hampir saja ia melupakan kehadiran menantunya.

"Loh ayah baru sadar kalau Fath di sini. Nggak sekolah ini kamu?"

Dengan sigap Fath mencium punggung tangan mertuanya hormat lantas ia berkata, "Hee, enggak Yah, nemenin bidadari di rumah."

"Dia mah udah besar Fath, nggak usah dijagain," goda ayah seraya mengerlingkan mata.

"Ihh ayah! Nanti kalau anaknya hilang aja nangis bombai tujuh hari tujuh malam," balas Kanya tak kalah sadis.

Mengikuti kemauan sang anak, ayah ikut memainkan peran. "Aduh sakitnya tuh di sini." Ayah memegang dadanya. "Sakit ya tapi nggak berdarah," lanjut Ayah.

Sepasang suami istri muda yang mengamati, melongo tak percaya. Baru kali ini mereka mendapati ayah yang biasanya berwibawa berubah alay begini.

"Yah, kok alay sih," ucap Kanya jujur.

"Ayah kan ikutan kamu, Nak. Udah ah, masuk yuk, bercanda terus dari tadi."

Ayah merangkum tangan Fath dan Kanya, diajaknya mereka ke dalam rumah.

"Mau minum apa nona dan tuan?"

"Ayah apa sih, biar Kanya yang buat minum."

Kanya berdiri berencana menyiapkan minum untuk mereka bertiga. Namun tiba-tiba ia ingat jika sejak kedatangannya, ia sama sekali tak melihat bunda. Ia memutuskan untuk bertanya kepada ayah.

"Yah, bunda kemana?" tanya Kanya yang membatalkan langkahnya menuju dapur.

"Lagi ke rumah Bu Nina, beliau sakit katanya, terus bunda sama ibu-ibu kompleks lainnya pada besuk ke sana."

Merasa puas atas jawaban yang didapat, Kanya kembali melangkah menuju dapur, dan kembali beberapa menit kemudian dengan tiga gelas sirup dan dua toples cemilan.

Tepat ketika Kanya duduk di sofa, bunda muncul dari arah pintu masuk utama. "Loh ada Fath dan Kanya!" beliau berteriak nyaring lantas berjalan cepat menghampiri mereka.

"Tumben ke sini berdua di jam sekolah gini. Kanya kan hari ini free nggak ada kelas, eh tapi Fath bukannya kamu sekolah?" Bunda menatap menantunya penuh curiga.

"Heehe iya Bun, tadi Fath izin nggak masuk."

"Bolos Bun bukan izin," sahut Kanya yang dihadiahi pelototan ganas dari Fath.

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang