^^Vote komennya yuk^^
Di tengah perjalanan menuju swalayan yang jaraknya dekat dengan apartemen mereka, Kanya tiba-tiba meminta Fath meminggirkan mobilnya.
"Stop Al!" teriak Kanya tiba-tiba.
Fath mengerem mobilnya mendadak, hingga suara decitan ban yang bergesekan dengan aspal menembus gendang telinga mereka.
"Kenapa sih Ka?" tanya Fath setelah berhasil meminggirkan mobilnya.
"Perut kamu sakit?"
Kanya menggeleng.
"Ada yang ketinggalan di rumah bunda?"
Kanya menggeleng.
"Kamu pengen sesuatu?"
Lagi-lagi Kanya menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa sih?" tanya Fath mulai tak sabar.
Istrinya itu tak menjawab, ia malah membuka pintu mobil namun segera dicegah Fath.
"Mau ngapain turun? Jangan-jangan kamu mau bunuh diri?" tanya Fath konyol.
"Bunuh diri mbahmu." Kanya meraupkan telapak tangannya ke wajah Fath.
"Pikiran konyolmu itu tolong disingkirkan ya Al, aku tahu bunuh diri itu dosa."
Fath terkekeh, "Hehehe iya maaf, soalnya kamu sih tiba-tiba minta mobilnya berhenti, dan sekarang seenaknya aja mau keluar mobil. Nggak lihat tuh jalanan rame banget. Mau ngapain sih?"
Kanya mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan Fath. "Udah selesai ngomongnya?"
"Kamu nggak lihat Al. Itu." Kanya menunjuk sesuatu di seberang jalan.
"Apa sih?" Fath mengedarkan pandangan, dari timur ke barat, bahkan ia mengamati sekitar, dari arah utara ke selatan juga.
"Ada apa sih Ka? Aku nggak lihat."
"Udah ah, kamu nggak peka."
Tanpa menunggu jawaban Fath, Kanya telah berhasil keluar dari mobil. Di posisinya sekarang, Fath dapat melihat Kanya meneyebrangi jalanan yang ramai kendaraan. Terus saja ia mengamati gerak-gerik Kanya, sampai perempuan itu berhenti di dekat seorang nenek yang telah renta di seberang jalan.
Sekarang Fath mengerti, mengapa tiba-tiba Kanya memintanya untuk menghentikan laju mobil mereka. Ternyata istrinya itu mau membantu seorang nenek tua yang kesulitan menyebrang.
MasyaAllah, istrinya itu ternyata benar-benar baik luar dalam. Selain memiliki paras yang ayu, Kanya juga mempunyai akhlak yang baik kepada sesamanya.
Memang benar, perempuan tanpa akhlak itu tak ada apa-apanya. Biarpun seorang perempuan memiliki wajah cantik bak bidadari. Ataupun memiliki harta melimpah ruah. Bahkan ia mempunyai gelar dan pangkat yang tinggi. Namun jika ia tak memiliki akhlak yang baik, ia tak bernilai.
Layaknya angka seribu. Akhlak ibarat angka satu, sementara kecantikan, kekayaan, kepintaran ibarat angka nol dibelakangnya. Jika angka satunya dibuang, maka angka itu tak lagi bernilai. Begitu juga perempuan tanpa akhlak, ia akan bernilai nol.
Meninggalkan lamunannya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian segera membuka pintu mobil dan menyusul Kanya. Ia menghentikan beberapa mobil yang melintas, agar dapat segera menggapai keberadaan istrinya.
Sesampainya ia di seberang jalan, Fath memanggil Kanya yang terlihat tengah asik berbincang dengan sosok nenek tua renta itu.
"Ka."
"Loh, kamu ikut ke sini?" tanya Kanya dengan tatapan tak percaya.
"Kamu pikir aku setega itu ngebiarin istriku nyebrang jalan ramai seorang diri?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BIMI
Spiritual#SEQUEL ALKA# (Private) Layaknya sebuah hijrah yang harus diuji agar dapat dikatakan beriman dan bertawa. Cinta juga begitu, ada ribuan barisan ujian di balik pintu rumah tangga setelah terucap kata cinta. Laki-laki, masih dengan harta, tahta, wanit...