CHAPTER 11

6.2K 441 54
                                    


Update yeyy!!

--------------------------

--------------------------

"Perbaiki akhiratmu, kelak duniamu akan baik. Perbaiki hatimu, kelak lahirmu akan baik. (Umar bin Abdul)"

Dari balik kerumunan ribuan manusia yang menyemut, Fath seakan melihat sosok Kanya di sana.

"Benar nggak sih itu Kanya?" monolognya.

Ia berjinjit-jinjit agar bisa lebih leluasa mengamati sekitar. Sebab dari ekor matanya, Fath dapat melihat bayangan sosok istrinya itu masuk menembus retina matanya.

"Kayaknya emang Kanya deh," serunya lantas ia mempercepat langkahnya.

Senyumnya semakin mengembang, saat sosok itu semakin tergambar nyata. Lelah dan segala kerisauan yang sempat memenuhi jiwa seketika musnah. Perempuan itu, yang tak lain adalah istrinya, tengah berdiri dengan sebuah totebag di tangan kananya.

Rencananya Fath ingin menjaili Kanya –seperti biasa-, namun istrinya itu lebih dulu membalik tubuhnya, sehingga planning-nya gagal total.

Kanya berlari mendekati dirinya dengan senyum yang tak kalah mengembang. Tangan kanannya yang menenteng totebag, ia angkat tinggi-tinggi, seolah ingin memamerkannya kepada Fath.

"Assalamualaikum Suami." Kanya mengecup pipi Fath tiba-tiba.

Reaksi Fath, ia hanya mematung, tak biasanya Kanya melakukan hal seperti ini, terlebih saat ini mereka berada di khalayak umum.

"Waalaikumussalam."

Fath menarik tangan Kanya untuk duduk di salah satu bangku panjang yang ada di Stasiun Gambir. Ia mengambil alih totebag yang sebelumnya dibawa oleh isterinya.

"Kenapa kok sampai jemput aku gini? Hhm?"

Kanya menggeleng tanpa ada kata yang terucap. "Terus kenapa?"

"Cuma pengen aja," jawabnya singkat sembari tersenyum lebar.

"Kok lucu." Sikap Kanya membuat Fath tak bisa menahan rasa gemasnya. Segera ia mencubit ujung hidung mancung Kanya dengan sedikit keras.

"Al, sakit!" pukulan bebas melayang di pundak Fath hingga ia menyengir kesakitan.

"Iya iya. Ada apa kok kamu sampai jemput aku? Kan aku udah bilang, tunggu aku aja di rumah."

Binar mata Kanya perlahan memudar setelah Fath mengucapkan kalimat tersebut. Kepekaan Fath berfungsi dengan baik malam ini, ia langsung menyadari bahwa ucapannya telah menyakiti isterinya.

"Emangnya nggak boleh aku jemput kamu?" Kanya menyebikkan bibirnya dengan pola melengkung ke bawah.

"Boleh sayang, boleh. Aku cuma tanya, ada apa kok sampai kamu jauh-jauh ke sini?"

"Aku kangen," bisik Kanya lirih. Ia menundukkan kepalanya semakin dalam, dan matanya beralih menatap kakinya yang menggelantung.

"Apa? Aku nggak denger deh?" goda Fath. Ia memepet-mepet kan tubuhnya, membuat Kanya tak bisa berkutik.

Kanya menoleh, dan pandangan mereka bertemu dengan jarak wajah tinggal beberapa centi. Sebuah kejadian yang tak direncanakan tersebut, sukses membuat jantung keduanya berdegub dengan cepat.

Posisi ini berlangsung beberapa detik, hingga suara deheman salah seorang penumpang yang tak sengaja lewat di depan mereka, menghentikan kegiatan –sedikit romantis- mereka.

"Tercyduk guys," dewa batin Fath berbicara.

Segera Fath menjauhkan wajahnya dari wajah Kanya, ia bersikap biasa saja. Memang dasarnya cowok yang lebih pakai logika, Fath merasa bahwa apa yang telah ia lakukan tak salah. Bahkan melakukan hal yang lebih dari itu, boleh kan? Kan mereka sudah nikah.

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang