“Gue kenal sama tulisan tangan ini Fath!”
Mendengarnya tubuh Fath langsung berubah kaku, matanya melotot, akhirnya semua akan terpecahkan. Dengan antusias ia bertanya, “Siapa? Itu tulisan tangan siapa Yan?”
Brian mendekati telinga Fath kemudian berujar. “Tulisan tangan—“
Geraman kesal terdengar lolos ketika Brian memilih menjeda ucapannya. “Yan please!” ucapannya berhasil mengoyak tawa Brian.Berbeda dengan Brian yang menganggap ucapannya sebagai guyonan. Fath justru telah memasang telinga dengan hati berdegub kencang, tak sabar ingin mengetahui siapa gadis misteriusnya.
“Itu tulisan tangan manusia Fath, masa gitu aja nggak tau?” ujar Brian enteng sembari menaik turunkan alisnya.
“Anjir!!!!!” ucapan sarkas itu tiba-tiba saja meluncur dari pengucapan Fath.
Sedetik kemudian, seolah sadar dengan apa yang ia ucapkan, Fath menutup mulutnya lantas lanjut berkata, “Astaghfirullah! Sumpah Yan! Lu bener-bener gila!” makinya.
“Hahahahahaha,” tawa renyah menyambut ucapan Fath.
Dari ekor matanya, Fath dapat melihat tawa Brian yang begitu bahagia dan lepas, tak lupa dengan satu tangan Brian memegangi perutnya.
“Lu gila! Beneran! Ya Allah! Nyesel gue dengerin lu!” maki Fath lagi lantas berlalu meninggalkan Brian yang tengah menikmati ekspresi kekesalannya.
“Woy woy! Santai dong bro.” Brian menepuk pundak Fath pelan.
Fath menoleh cepat, bibirnya berkedut menahan kalimat sarkas yang menunggu dikeluarkan. “Ahh serahlah! Lu bener-bener!”
“Gue nggak nyangka,, kalau lu hahahahaha, percaya gitu aja sama ucapan gue hahahaha,” balas Brian masih dengan derai tawanya.
Tak melihat respon apapun dari sang empu, Brian kembali berkata, “Ya kali gue langsung ngerti siapa yang nulis surat itu! Yang percaya sama ucapan gue lebih gila sih.” Lagi-lagi respon nihil yang ia dapat.
“Lagian lu ribet amat, cuma surat kaya gitu, nggak usah diambil pusing lah! Kalau cewek misterius itu justru lebih baik buat lu daripada pacar lu sekarang, mending juga putusin cewek lu dan pacarin dia lah,” ujar Brian santai sambal mengarahkan tatapan ke surat yang telah ia taruh di meja.
“Masalahnya dia itu istri gue, bukan pacar gue yang bisa gue putusin kapan aja!” jawab Fath lantang tanpa berpikir apa yang baru saja ia katakan.
Dengan was-was, Fath menoleh ke arah Brian. Lelaki itu tengah menampilkan wajah cengo nya dengan bibir setengah terbuka. “Istri lu kata?! What!”
“Iya, cewek yang lu lihat lagi vidcall sama gue, dia istri gue,” ucap Fath merendahkan nada bicaranya.
Brian menepuk jidatnya cukup keras, hingga menimbulkan bunyi. “Oh God! Lu udah nikah?” Fath mengangguk.
Seakan belum percaya, Brian geleng-geleng kepala tak menyangka, lalu berdiri. “I think she is your girlfriend, but what?! She is your wife!”
“Calm down bro! Yaaa, she is my wife, we have got married.” Fath pun tak lelah menjawab racauan tak jelas Brian.
“Duduk lagi Yan,” suruh Fath dan dituruti oleh Brian.
“Jadi alasan lu khawatir dan kepo maksimal sama si gadis misterius pengirim surat karena lu udah punya istri, dan lu takut rumah tangga lu terganggu. Gitu?” Brian mencoca menelaah satu demi satu fakta yang diterima akal sehatnya.
“Ya, bisa dibilang gitu. Jadi sekarang lu mau serius bantu gue kan?”
Brian tak menjawab, ia hanya menatap kosong ke depan, dengan wajah datar tak tertebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMI
Spiritual#SEQUEL ALKA# (Private) Layaknya sebuah hijrah yang harus diuji agar dapat dikatakan beriman dan bertawa. Cinta juga begitu, ada ribuan barisan ujian di balik pintu rumah tangga setelah terucap kata cinta. Laki-laki, masih dengan harta, tahta, wanit...