CHAPTER 23

5K 412 156
                                    

^^Vote comment jangan lupa^^

Setelah kemarin Kanya menghabiskan setengah harinya bersama sang suami, di pagi ini ia mengulas senyum ceria sembari berkutat di dapur. Agaknya, kenangan mereka berdua kemarin belum enyah dari pikirannya.

Mengingat bagaimana pasrahnya Fath semalam, ketika dirinya meminta lelaki itu berpose ala pemuda jaman sekarang, lebih tepatnya terpotret di depan lensa kamera dengan berbagai ekspresi wajah unyu. Meski Kanya harus memohon terlebih dahulu untuk meluluhkan ego seorang lelaki.

Tak apalah, toh dirinya tak mengeluarkan kalimat penuh kedustaan. Memang kemarin tiba-tiba saja setelah ia menjelajahi salah satu sosial media yang tengah digandrungi para remaja, sebuah ide berujung keinginan muncul dari dalam benaknya.

Sepertinya lucu jika melihat suaminya yang selama ini bergaya sok cool itu, memasang berbagai ekspresi unyu dalam jepretan kamera. Hipotesis sederhananya ternyata memang benar, bahkan hingga berkali-kali ia memegangi perutnya dan sesekali mengusap cairan bening di ujung matanya guna meredam tawanya agar tak semakin berderai nyaring.

Memilih segera menyelesaikan kewajibannya untuk membersihkan alat makan seusai sarapan, Kanya berusaha mengusir setiap kepingan ingatannya. Bisa-bisa tawanya kembali meledak apabila ingatan itu terus saja berlarian bebas di dalam kepalanya.

Ia langsung melangkah ke arah sofa setelah tugasnya selesai. Duduk bersandar di punggung sofa, sebelah tangannya mengambil ponsel di saku celana kulot yang ia kenakan.

Mengotak-atik sejenak benda berbentuk persegi pipih itu, seketika senyuman bulan sabit terukir cantik di bibirnya. Di hadapannya sekarang terpampang nyata foto, di mana kemarin sang suami sukses meloloskan beribu tawa bahagia di sela bibirnya.

 Di hadapannya sekarang terpampang nyata foto, di mana kemarin sang suami sukses meloloskan beribu tawa bahagia di sela bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatannya tanpa aba-aba mereka ulang bagaimana kejamnya Kanya memaksa Fath untuk memenuhi keinginannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ingatannya tanpa aba-aba mereka ulang bagaimana kejamnya Kanya memaksa Fath untuk memenuhi keinginannya.

"Al, sini deh," rengek Kanya sambil bergelayut manja di lengan Fath, ketika baru saja pria itu pulang sehabis berkumpul dengan para sahabatnya.

"Ada apa Ka? Penting banget kayanya, sampai aku dipaksa gini," sangsinya.

Meski hatinya bertanya, badannya justru mengikuti kemana saja langkah sang istri membawanya. Tepat di sofa ruang tengah, Kanya menghempaskan tubuhnya di atas sofa empuk berwarna putih tulang itu.

BIMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang