Raine terbelalak. Ia tak menyangka Landon tahu, dan bermaksud untuk membicarakan hubungannya dengan Chase saat ia bahkan sedang mati-matian menghindari topik itu.
Gaby mendecak di samping Kanya yang tengah sibuk dengan ponselnya, "Ketinggalan zaman banget, Lan."
"Jadi, udah lama?" Tanya Landon seperti tak bisa menyembunyikan senyumnya.
Adit yang duduk di sisi lain Landon langsung menaruh ponselnya di atas meja dengan malas, "Baru, deh, percaya."
"Kita di sini sebenarnya ngapain, sih?" Tanya Raine berusaha menghindar.
"Tadinya mau nugas, cuma Thanks to Amanda. Dia bersedia share the whole assignment yang udah dikerjain sama anak Arsitektur." Jawab Gaby mengacungkan telapak tangannya pada Amanda yang sudah mengangkat kedua alisnya bangga.
Raine mengangguk pada Amanda, "Enggak ragu, buat jadiin Glen pacar kamu."
Glen Bramanta.
Gaby kemudian menatap panik ke arah Kanya yang masih sibuk berseluncur di dunianya sendiri. Benar saja, gadis itu sempat memutarkan kedua bola matanya kesal di depan layar ponselnya.
Gaby langsung melotot ke arah Raine.
Raine hanya dapat menggumamkan kata maaf di ujung bibirnya. Ia baru ingat bahwa Glen pernah hampir terlibat hubungan dengan sahabatnya, Kanya. Dan ia tak habis pikir sahabatnya itu masih belum juga melupakan perasaannya pada pria itu setelah sekian lama.
"Gimana penampilan kamu kemarin, Lan?" Tanya Raine pada Landon.
Landon tersenyum, "Masih kurang menurut aku."
"Aku yakin bagus banget, kamu emang sukanya merendah gitu." Sangkal Raine.
Pria itu menggaruk tengkuknya gugup, "Lebih bagus lagi dengan kamu ada di sana."
Adit dan ketiga teman Landon lainnya mulai berseru senang. Adit bahkan terang-terangan menyikut lengan Landon hingga pria itu bergerak ke arah Raine.
"Jangan dimasukin hati, Re." Ujar Landon cepat.
Raine hanya tertawa, "Aku juga berharap ada di sana."
"Gimana kalau besok siang?"
Mereka semua langsung tertawa. Termasuk Raine yang menganggap hal itu sebagai lelucon. Sedangkan Landon kembali menggaruk tengkuk lehernya seraya melemparkan senyum bodoh pada semua orang.
Kafe yang biasanya sepi pengunjung, kini mendadak ramai dengan suara nyaring dan tawa berat dari kumpulan mahasiswa yang duduk di ujung ruangan. Lama kelamaan, daerah mereka bertambah luas seiring datangnya teman-teman satu kampus mereka. Termasuk Glen, adik Chase yang sengaja mengambil duduk di depan Raine.
Akhirnya, ketika jarum jam raksasa yang menggantung di langit-langit menunjukkan pukul tujuh malam, Raine pamit untuk pulang. Ia yakin urusan bisnis Alec pasti akan berakhir tengah malam nanti, dan itu membuatnya bebas dari belenggu intimidasi yang pria itu ciptakan selama beberapa jam ke depan.
"Bareng aja, Re." Tawar Landon yang ikut beranjak dari kursinya ketika Raine hampir melangkah pergi.
Raine menggantungkan tasnya di bahu, "Enggak usah, Lan. Aku udah minta dijemput."
"Beneran?" Tanya Landon memastikan.
Raine yang melihat kekhawatiran di wajah Landon pun tertawa, "Bener. Udah, ya, aku duluan."
Setelah mendapat lambaian dan ucapan selamat tinggal dari teman-temannya ia melangkah pergi. Ia cukup senang akhirnya dapat menghabiskan waktu akhir pekan bersama dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Scars
General Fiction"Lihat wajah ketakutan kamu, Raine. Aku pastikan akan melihat itu setiap hari." Raine Theoran terpaksa harus menikah dengan putra dari lintah darat bagi perusahaan ayahnya sendiri, Alexander Raul Duncan, demi menyelamatkan kehidupan keluarganya yan...