Alec mengedarkan pandang ke seluruh sudut ruangan. Matanya terus berakomodasi untuk memastikan satu persatu wanita bergaun hitam di ruangan ini. Ia mengutuk dirinya sendiri karena telah memilih warna paling universal yang membuat wanita itu jadi tersamarkan.
Jantungnya langsung berdetak kencang ketika menyadari bahwa gadis itu memang tak ada dimanapun di ruangan ini. Ia menyisir lagi satu persatu gadis di ruangan ini. Dan tetap saja, nihil, istrinya itu tidak ada dimana-mana. Bahkan di meja terakhir kali ia meninggalkannya.
Sandra menempelkan kepalanya di atas dada Alec, "Segitu kangennya, ya, kamu sama aku sampe jantung kamu kayak mau lompat?"
Alec bersumpah. Bukan wanita di depannya ini yang membuatnya jadi kalut setengah mati hingga jantungnya berdebar kencang. Bukan wanita yang menjadi sahabatnya dulu ketika ayahnya masih memimpin perusahaannya. Bukan wanita yang baru saja memaksanya berdansa.
Ia menjauhkan bahu Sandra seraya mengedar pandang sekali lagi untuk memastikan bahwa gadis itu masih di sini. Matanya jelalatan kesana-kemari. Menyisir senti demi senti tempat ini dengan pengelihatan tajamnya.
"Lec, kamu kenapa, sih?" Tanya Sandra mulai terganggu dengan air muka panik Alec yang jelas kentara.
Alec tidak menjawab, dan langsung melepaskan diri dari Sandra untuk berlari ke arah meja tempat terakhir kali ia melihat gadis itu duduk. Panik, dan kacau. Dua kata yang jelas menggambarkan keadaannya saat ini ketika melihat kursi itu sudah kosong.
Ia mendengus kasar di bawah suara musik yang mengalun agak keras di ruangan, saat tahu bahwa gadis itu tidak mengangkat panggilan telfonnya.
Alec berlari untuk mencari di setiap lorong yang ada di ruangan ini, di setiap balkon yang mencuat keluar gedung di bawah gerimis. Tapi tetap saja, ia tak menemukan gadis itu dimana-mana.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam, dan Jakarta masih ramai seperti biasanya. Ia tak bisa memungkiri bahwa ia merasa sangat khawatir. Ya, pada gadis itu. Belum lagi, jika gadis itu dicegat oleh sekumpulan orang jahat di tengah perjalanan.
Hingga akhirnya pukul setengah dua belas malam, Alec masih belum juga menemukan gadis itu dimana-mana. Ia bahkan sudah mencari di setiap tingkatan lantai, menelfon ke apartemennya, dan menghubungi Raine dengan segala cara. Ia mulai kehabisan akal dan lelah.
Dapat dipastikan, malam ini ia tak tidur, lagi. Dengan alasan yang sama. Gadis itu.
Alec melangkah gontai melewati pintu lift yang sudah terbuka, dan terkejut karena justru mendapati ruang terbuka, bukan ruang aula tempat pesta berlangsung. Ia pasti salah menekan tombol angka karena pikirannya sudah terlampau jauh untuk mencari kemungkinan dimana gadis itu berada.
Tepat sebelum pintu lift tertutup, matanya menangkap seorang gadis dengan gaun hitam tengah mendongakkan kepalanya ke angkasa yang mendung. Ia langsung mengacungkan tangannya untuk menahan agar pintu lift kembali terbuka.
Ia hampir merasakan dirinya berlari ketika menghampiri gadis yang tengah duduk di atas pipa air itu saking leganya. Rasanya seperti ada seseorang yang telah menarik penyumbat raksasa di dadanya. Luar biasa lega.
"Aku cari kamu kemana-mana." Ucap Alec seraya menyampirkan jas yang tadi dipakainya, di atas bahu gadis itu.
Gadis itu memutar kepalanya perlahan, dan menampakkan wajah kusut yang telah basah oleh tetesan air hujan. Gadis itu tersenyum hambar kemudian kembali memalingkan wajahnya ke depan, ke arah hamparan gedung tinggi yang berkelap-kelip.
"Karena aku nggak dimana-mana," timpal gadis itu dengan suara agak serak, "Aku di sini."
Alec terus menatap rambut kecokelatan Raine yang menggelap di bawah bayangan tiang yang menjulang di atasnya. Tetes hujan tampak terperangkap di beberapa helai rambutnya yang sudah setengah basah karena diguyur gerimis itu. Ia masih tak menyangka, dapat menemukan gadis itu di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Scars
General Fiction"Lihat wajah ketakutan kamu, Raine. Aku pastikan akan melihat itu setiap hari." Raine Theoran terpaksa harus menikah dengan putra dari lintah darat bagi perusahaan ayahnya sendiri, Alexander Raul Duncan, demi menyelamatkan kehidupan keluarganya yan...