40

8.9K 500 36
                                    

A/n
Hai! Akhirnya Beautiful Scars update lagiii hihi, maaf yaahh hiatus nya kelamaan): soalnya abis uas kemarin sibuk banget ngurusin praktek lapangan. Bener, aku sm Raine satu jurusan hehe kalo Raine ada program magang, aku jg bakal ada dan harus diurus dari sekarang gituu tementemenn.

Dan makasihh banyak buat support kalian semuaaa, aku ga nyangkaa banyak yg nunggu Raine sm Alec disiniii(': makasihh makasihh🖤🖤  you guys mean so much to me

***

"Well, we made it, Theorans!"

Raine menghembuskan napas agak berat seraya mengedarkan pandang acak pada seisi bandar udara yang sedikit penuh sesak oleh turis asing dari berbagai ras dan juga negara. Ia bahkan dapat melihat sekelompok pria dengan mata sipit dan kulit putih pucat yang mirip seperti vampir, Asians.

Ia sendiri sebenarnya juga tak menyangka telah mencapai langkah sejauh ini. Bukan, bukan dengan anggota keluarganya yang lain. Tapi dengan Alec. Sebelumnya, sangat sulit bahkan hanya untuk membayangkan mereka berdua berdiri di atas wilayah selain Jabodetabek dan Bandung. Paling jauh otaknya hanya dapat memperkirakan Bekasi.

Tapi Hawaii? Amerika? Rasanya masih seperti mimpi.

"How about us, Mrs. Theoran?" Sahut Josh yang kini sudah berdiri dengan cengiran terbaiknya di samping Rian.

Renata hanya menepuk pelan dahinya, kemudian berkacak pinggang, "Ah yeah, sorry. I did mean for the two of you too."

"I've smell the fresh coconut from here." Sahut Carlos memejamkan matanya seolah menyerap seluruh wewangian yang ada di sekitarnya.

Rian mendecak pelan, "Oh, please. Don't be so dramatic."

"Nah, not me. They do." Carlos menunjuk tepat ke arah Raine dan Alec yang sedari tadi sibuk mencuri pandang satu sama lain.

Raine hanya menunduk untuk menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Sedang Alec justru tak gentar sama sekali dan terus melekatkan pandangannya pada gadis yang berdiri kikuk di sampingnya.

"Here we go again, the envy Carlos." Komentar Josh memutar kedua bola matanya malas seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Okay boys, that's enough. Let's catch up the vehicles." Ujar Renata berusaha menengahi seraya melayangkan tatapan tajam pada suaminya yang berdiri seperti zombie di sampingnya.

Renata akhirnya melenggang pergi sembari menarik lengan suaminya yang setengah tidur itu. Melewati kerumunan manusia yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Beberapa bahkan masih mengenakan kacamata hitam dan bikini yang dibalut kain luaran hingga menyapu lantai marmer yang kotor.

Carlos dan Josh mengekor tepat di belakang Rian, masih berseteru dengan suara pelan dan tajam. Sedang Alec dan Raine masih bergeming di tempat mereka berdiri, merasa canggung sekaligus bingung harus melakukan apa. Selain melirik ke arah satu sama lain tentu saja. Seperti saat di perjalanan. Tepatnya, sama seperti selama berada di perjalanan, bahkan di setiap detiknya.

"Aku bawain kopernya," tukas Alec akhirnya setelah lama sekali tak bicara.

Raine hanya menggeleng, "Aku bisa sendiri."

"Kalau gitu, jalannya hati-hati."

Alec membiarkan Raine berjalan satu langkah lebih maju darinya untuk memberi gadis itu ruang lebih luas. Ia tak ingin Raine pingsan kehabisan napas hanya karena dirinya terus berada di samping gadis itu dan tak bisa berhenti menatapnya dengan tatapan protektif. Ia sebenarnya takut sesuatu terjadi pada gadis itu.

Beautiful ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang