A/n spesial kali ini aku update banyak part, terima kasih banyakk buat apresiasi dan excitement kalian semuaa!! Me love you guysss
Lets get started"Bajingan!"
Raine memegangi pipinya yang panas dengan satu tangan. Sedangkan tangan lainnya mencengkeram kuat-kuat celana kulot yang dipakainya hingga tersisa kerut-kerut kasar di sekitarnya. Ia masih menunduk, merasa malu sekaligus bingung dengan apa yang baru saja wanita di depannya itu lakukan.
Ia merasakan sesosok bayangan hitam jangkung mendekat ke arahnya dari belakang. Dapat dikatakan otaknya bingung mencerna perasaannya sendiri, ia merasa aman sekaligus takut. Selain takut jika memang ia lah akar masalahnya, ia juga takut akan kehilangan pria itu malam ini.
Jantungnya berdegup kencang, mengisi suasana mencekam yang mencekiknya dengan ganas. Ia butuh seseorang untuk dipeluk, untuk diberi tahu bahwa ia benar-benar takut hingga rasanya lebih baik mati.
Sebuah telapak tangan menyenggol sikutnya pelan memberi sinyal bahwa tak apa, semuanya baik. Padahal ia jelas dapat merasakan kebohongan. Yang sangat menyakitkan.
"Jahat banget kamu, Lec!" Pekik wanita itu dengan suara melengking.
Alec langsung keluar melewati Raine yang masih tertunduk dengan wajah yang ditutupi oleh setengah rambutnya. Ia memberi isyarat agar wanita di depannya itu berhenti berteriak di kawasan rumah orang-orang yang sedang beristirahat. Apalagi ada Sophie yang mungkin akan terbangun.
Wanita itu tidak menangis, hanya memekik marah, dengan sangat keras. Tangan wanita itu bahkan sudah gatal sekali untuk mencakar-cakar wajah Raine hingga babak belur dan menghasilkan luka parut yang tak akan sembuh dalam semalam. Tapi Alec menahannya, membiarkan dadanya yang terkena kuku-kuku tajam wanita di hadapannya.
Wanita itu memekik lagi, sekaligus berhasil mencabik lengan Raine dengan kukunya, "Keterlaluan banget kamu, Re! Dasar jalang licik!"
Raine ingin menangis. Mungkin karena malu pada Alec karena bukan hanya pria itu yang berani mengatai dirinya seorang jalang, atau takut jika sesuatu yang diperbuatnya tanpa sengaja membuat wanita itu meraung-raung seperti ini.
"V, tenang dulu," ujar Alec menahan wanita yang sudah hampir menghambur untuk menyentuh Raine, "Kenapa?"
Kini wanita itu memelotot ke arah Alec kemudian menyahut dengan suara galak, "Kamu bilang kenapa? Tanya sama istri bajingan kamu!"
Raine menelan salivanya mentah-mentah. Bagus, malam ini ia kehilangan dua hal berharga darinya dalam satu waktu. Harga dirinya, juga Alec, yang entah mengapa rasanya sangat disayangkan jika mereka harus kembali bersikap keras satu sama lain.
"Kamu udah hamilin dia belum? Huh?" Kini suara cempreng wanita itu tampak pilu.
Raine jadi menyesal. Alec masih punya Veronica. Ia hampir lupa.
Wanita itu menjambak rambut Raine hingga ia berhasil memalingkan wajahnya yang memerah karena takut, "Selamat atas perusahaan kamu kalau gitu. Walaupun kamu juga berhasil buat hubungan aku benar-benar hancur!"
"Aku juga perempuan, Re. Kamu pikir nggak sakit apa? Huh?" Lanjut wanita itu masih belum menurunkan intonasi suaranya yang selangit, "Kamu udah bohongin kita semua dengan lagak kamu yang sok polos!"
Alec mendecak, berusaha menjauhkan wanita itu dari Raine, lagi, "V, tenang dulu. Ada apa?"
"Tanya dia, Lec! Tanya dia!" Telunjuk kurus wanita itu teracung pada Raine yang masih mencengkeram kuat celananya hingga jarinya memutih.
Alec memutar kepalanya, menatap Raine dengan tatapan yang sulit sekali diartikan. Raine menggeleng lemah, berusaha memberi tahu Alec bahwa ia benar-benar tidak tahu apa yang Veronica maksud sedari tadi hingga membuatnya tampak seperti orang bejat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Scars
General Fiction"Lihat wajah ketakutan kamu, Raine. Aku pastikan akan melihat itu setiap hari." Raine Theoran terpaksa harus menikah dengan putra dari lintah darat bagi perusahaan ayahnya sendiri, Alexander Raul Duncan, demi menyelamatkan kehidupan keluarganya yan...