-Marla-
Pagi ini dengan langkah mengendap endap layaknya seorang maling aku keluar kamar. Fiuh untung saja om Axel udah pergi batinku lega dalam hati. Memang sudah beberapa hari ini aku menghindar dari om Axel karena kejadian menyebalkan sekaligus memalukan yang ku alami malam itu. Ah bisa bisanya dia berbuat setega itu kepadaku memangnya dia pikir dia siapa bisa dengan seenaknya memperlakukan ku dengan sikap yang sama sekali tidak sopan. Dan sampai saat ini jangankan meminta maaf, berusaha menemuiku saja dia tidak pernah padahal kan kami tinggal serumah malah dia seperti berusaha menghindariku dan terlihat marah. Apa apaan padahal kan seharusnya aku yang marah dasar om om mesum gila. Eh padahal kan aku sedang menghindarinya tapi mengapa di satu sisi aku juga ingin dia menemuiku dan meminta maaf ya? aihhh dasar aku ini memang super plin plan. Tanpa sadar aku mengegelng gelengkan kepalaku sendiri.
"Ehem lagi mikirin apa kamu sampai jalan aja sambil geleng geleng" suara berat di belakangku hampir saja membuat jantungku copot.
Terlihat ekspresinya mengernyit heran menatap ku yang masih berusaha menetralkan diriku dari rasa kaget.
"Om kok masih di rumah bukannya ini udah siang ya? aku pikir om udah berangkat ke kantor".
"Kamu masih mau menghindar dariku?" tanyanya langsung tepat tanpa basa basi.
"Pikir aja sendiri. Masih berani natap aku kayak gitu setelah apa yang om lakuin sama aku" Kini nadaku mulai meninggi karena kesal.
"Masih mikirin kejdian malem itu? udah lah gak usah ampe segitunya masih bagus aku berbaik hati gak sampe macem macemin kamu. Itu pelajaran buat kamu biar lain kali gak usah sok ngerasa paling bisa ngelindunguin diri sendiri." Balasnya sambil berlalu menuju meja makan
Tak terima dengan ucapannya yang sepertinya begitu meremehkan ku aku langsung berlari mengejar manusia tak punya perasaan itu.
"Gak usah sampe segitunya? maksudnya apa ya. Om udah ngeliat punya aku, trus om pikir itu hal biasa, bukannya minta maaf ini malah bikin aku makin kesel".
Aihhhh bodohnya aku malah mengucapkan hal memalukan yang seharusnya tidak usah aku sebut lagi. Pasti dia akan mengingat lagi kejadian malam itu dan.... Tidak tidak apakah malam itu dia melihat dengan jelas punyaku? lagi lagi pertanyaan bodoh melintas di otaku yang entah sejak kapan mulai terkontaminasi oleh otak mesumnya.
"Kamu kenapa lagi?" kini terasa tangan besar milik om Axel menangkup wajah ku. Terasa hembusan nafasnya begitu dekat menerpa permukaan kulit wajah ku.
Ada sensai aneh yang kurasakkan saat hidungku mencium aroma mint dari mulutnya.
Belum sepenuhnya kesadaranku kembali, terasa bibirnya sudah menempel tepat dibibirku. Otaku memerintah untuk mundur dan menjauh tapi entah mengapa kali ini badanku berlawanan arah dengan otaku. Badanku malah semakin mendekat dan mulutku semakin membuka. Membiarkan ia mencecap rasa dari bibirku dan begitupula sebaliknya. Manis itu hal pertama yang kurasakan. Sepertinya aku tergoda dan menginginkan lebih darinya. Aku hanya mempasrahkan diri saja saat Om Axel mulai meraba punggungku dan merayap hingga kebagian pangkal pahaku menyingkap sedikit rok ketat yang hari ini ku kenakan. Ahh kenapa aku bisa sepasrah ini. Entah lah tapi yang pasti aku tak memungkiri jika akupun menikmatinya.
"pyarrrr"
Terlihat wajah terkejut dari bi Ratih beserta mangkuk sop yang tumpah ke lantai.
Refleks aku mendorong om Axel . Wajahku terasa begitu panas menahan malu. Bisa bisanya aku dan om Axel kelepasan melakukan hal gila semacam ini di meja makan. Kami memang sudah berstatus suami istri, namun tetap saja tidak sopan bila kami sampai kelepasan di tempat terbuka dan pagi pagi begini pula.
" Ma.. Maaf non, den, bibi gak sengaja numpahin sopnya"
Terlihat nada agak takut dari bi Ratih mungkin dia mengira kami akan marah. Tapi tentu saja tidak. Karena ini murni kesalahnku dan om Axel bukan bi Ratih.
"Gak apa pa kok bi kami yang salah."
ucap Axel sambil berusaha membenarkan letak dasinya akibat ulah nakal tanganku
Terlihat bi Ratih hanya mengangguk sopan sambil berjalan menuju dapur untuk mengganti sop yang tadi tanpa sengaja tertumpah.
Aku yang begitu malu segera mengambil tas dan berlari menuju garasi tanpa berpamitan terlebih dahulu.
*******************
-Axel-
Setelah bebrapa hari ini dia sperti menghindar dari ku, akhirnya aku memutuskan untuk meminta maaf atas kejadian malam itu. Sungguh itu semua di luar kendaliku. Aku yang begitu kesal dengan sikapnya yang tidak menghargaiku sama sekali sebagai suaminya, membuatku lepas kendali. Aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran jika dia tidak sekuat yang di pikirkannya. Dia hanyalah gadis lemah yang tak akan bisa melawan jika seseorang berniat berbuat jahat kepadanya. Tidak dapat di pungkiri aku hampir saja lepas kendali saat melihat payudaranya yang ternyata cukup besar untuk badan skecil itu. Ya aku melihatnya dengan jelas ingin rasanya aku menerkamnya saat itu namun aku masih memiliki rasa kasihan terhadapanya. Aku tidak ingin melukainya. Apakah aku mulai jatuh cinta kepada gadis kecilku? ah entahlah aku belum bisa memastikan perasaan yang ku miliki terhadapnya saat ini. Yang pasti aku hanya ingin melihatnya tersenyum dan terlindungi karena hanya aku satu satunya keluarga yang tersisa yang ia miliki. Mungkin ini hanya sekedar perasaan seorang om yang ingin melindungi keponakan mungilnya. Walaupun dia tidak lagi mungil. Dia cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Tapi aku masih saja menganggapnya gadis kecilku yang mungil. Gadis kecil yang dulu sering mengompol di celanaku ketika aku akan berangkat sekolah hingga aku terpaksa harus menggantinya lagi dengan yang baru. Aku merindukannya. Merindukan saat saat tertawa dan bercanda dengannya tanpa beban. Merindukan saat aku satu satunya orang yang menjadi tempatnya mencurahkan segala isi hatinya. Tapi semenjak Mama menjodohkan kami, kebiasaan itu menghilang begitu saja. Kini ia terlihat lebih canggung saat berdekatan dengan ku meskipun aku merasakan hal yang sama setidaknya aku masih berusaha menutupuinya.
Hingga pagi ini aku sengaja menungguinya untuk meminta maaf tapi lagi lagi dia malah membuatku kesal dengan sikap cerewetnya. Kenapa dia bisa secerewet ini sih. Aku yang awalnya ingin memperbaiki keadaan malah mengucapkan kata kata yang semakin membuatnya kesal. Bosan mendengarnya berbicara, tanpa sadar aku mendekatkan bibir ku ke bibirnya. Mencecap manis dan hangat bibirnya membuatku lagi lagi lupa diri. Ditambah dengan sikap pasrahnya yang membuatku semakin gemas dan ingin mereguk kenikmatan yang lebih dari hanya sekedar beciuman. Dengan kesadaran penuh aku mulai menelusupkan satu tanganku ke arah penggung halusnya. Kulitnya yang terasa begitu halus semakin mambangkitkan gairah lelakiku. Aku sudah tak memperdulikan lagi dengan statusku yang sebelumnya hanya antara om dan keponakan. Saat ini dia adalah istriku. Hanya itu yang terlintas di otaku saat nafsu sudah menguasai sepenuhnya pikiranku. Aku sendiri tidak mengerti kenapa tiba tiba saja aku berubah menjadi lelaki super mesum yang mulai tertarik untuk membayangkan hal yang tidak tidak dengan istri sekaligus mantan keponakanku. Hingga saat tanganku menelusup di balik rok ketat yang ia kenakan,
"Pyar" suara mangkuk jatuh mengejutkan ku dan Marla. Langsung saja kami menoleh secara bersamaan, ternyata bi Ratih yang tampak tergagap Karena memergoki kami. Malu itu hal pertama yang aku rasakan tapi ya sudahlah sudah terlanjur terjadi aku masih berusaha menetralkan pikiran dan perasaanku. "Ga apa apa bi kami yang salah" ucapku berusaha menetralkan suasana. Bi Ratih yang masih terlihat sungkan segera berjalan menuju dapur mungkin akan mengambil sop yang baru. Tapi secara bersamaan Marla mendelik kearahku lalu langsung pergi tanpa pamit.
Halo halo. Maafin ya kalo typo dimana mana dan ceritanya masih nggak bagus. Maklum selain baru belajar nulis, mood juga berubah ubah. aku type orang yang moody an banget soalnya. kalo udah sibuk atau capek dikit aja langsung deh berimbas ke hal lainnya. Dan juga sedikit bocoran
sssstttttt tapi ini diantara kita aja ya
aku tu sebenernya dulu nilai Bahasa Indonesiaku gak begitu bagus ya jadinya berimbas deh ke novel ini yang mana tanda baca tidak pada tempatnya dan penggunaan bahasa yang super amburadul. Maafkan ya
Daannnn kritik serta saran yang membangun sangat di butuhkan demi perkembangan penulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
RomanceTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...