16

15K 233 2
                                    

"Maaf apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Hadi sebelumnya?"

Tanya resepsionis tersebut dengan nada sopan saat Zeeta menanyakan tentang  Hadi Priambono Direktur utama perusahaan tempat Zeeta berada sekarang ini.

Sebenarnya Zeeta tak menyangka jika pria yang masih muda tersebut sudah menjabat sebagai direktur utama di sebuah perusahaan periklanan besar seperti ini.

Ah palingan juga perusahaan warisan. Zeeta membatin sendiri

"Sebenarnya belum tapi bisakah saya bertemu dengan bapak Hadi?"

" Baiklah silahkan ibu duduk dulu sebentar, saya akan menghubungi pak Hadi. Dan maaf kalau boleh saya tau dengan ibu siapa dan untuk keperluan apa?"

"Katakan saja Zeeta Haryadi. Kemarin sore kami sempat bertemu di jalan dan saya ingin mengembalikan dompet Pak hadi yang kebetulan terjatuh."

Reception tersebut segera saja menghubungi Hadi dengan menyebutkan nama dan juga pesan Zeeta tadi.

Setelah beberapa saat akhirnya sang receptionist tersenyum dan mengantarkan Zeeta Masuk menuju ruangan Hadi.

Hanya perlu melewati beberapa ruangan mereka sudah sampai di ruangan direktur perusahaan tersebut.

Setelah mengetuk pintu dan bersopan santun terhadap atasannya , akhirnya sang receptionist segera kembali ke area kerjanya.

"Hai Hadi, lo masih inget gue kan?"

Kalimat pembuka sekaligus sekedar basa basi busuk agar suasana tidak terlalu kaku.

" Tentu saja Nona, saya masih sangat mengingat anda."

Zeeta seketika mengernyit mendengar nada yang begitu formal keluar dari mulut pria tersebut. yang benar saja baru kemarin ia bertengkar dengan pria yang tingkat kenyinyirannya melebihi ibu ibu komplek, sekarang pria tersebut berubah formal.

"Hem iya gue mau balikin dompet lo. Kebetulan ada kartu nama lo didalemnya sorry gue buka."

"Terima kasih banyak anda sudah repot repot datang kemari untuk mengembalikan dompet saya". Hadi masih tetap berbicara dengan bahasa formalnya yang menurut Zeeta sangat aneh.

"Bisa gak ngomongnya gak usah se formal itu? selain ngembaliin dompet gue ada sesuatu yang perlu diomongin sma lo".

"Karena ini di kantor jadi suasananya harus formal." Tekan hadi pada kalimat formal yang baru saja ia ucapkan.

Sial Zeeta merasa seperti sedang di kerjai oleh pria tersebut. Namun ia tetap berusaha mengiyakan dengan manggut manggut walau dalam hati ia sebenarnya geli juga dengan alasan yang di buat pria di depannya itu.

"Lo masih ada waktu kan buat gue ganggu sorry gue tau ini jam sibuk tapi gue beneran perlu ngomong serius sama lo?"

Astaga Zeeta merutuki dirinya sendiri yang ikut ikutan berbicara penuh dengan tata krama.Sejak kapan ia harus meminta ijin terlebih dahulu untuk mengganggu orang lain?"

"Yah kebetulan hari ini gue lagi nggak terlalu sibuk"

Zeeta senang mendengarnya. Bukan hanya karena Hadi ada waktu,tetapi juga gaya bicaranya sudah dirubah. Setidaknya ini lebih baik daripada gaya bicara Hadi yang tadi.

Tanpa basa basi lagi langsung saja ia ke poin utama pembicaraan.

"Gue mau nawarin kerja sama bagus buat  lo."Lo suka sama Marla kan? Gimana kalau kita kerja sama. Lo deketin Marla sedangkan gue deketin Axel gimana?"

"Maksud lo?" gue nggak ngerti terlihat Hadi masih enggan menanggapi ajakan wanita di depannya.

"Nggak usah pura pura nolak gitu. Gue tau lo suka sama Marla."

"Kalo pikiran lo salah gimana? kalo ternyata gue udah punya pacar atau bahkan istri gimana?"

Hadi balik menantang Zeeta.

"Well well gue udah tau status lo single, dan selama ini lo berusaha deketin Marla kan?"

Hadi mengernyit heran darimana wanita tersebut tau status singlenya?

"Hahha lo pasti lagi mikir kan dari mana gue tau?"

OK fix wanita ini selain gila ternyata juga cenayang yang bisa membaca pikiran orang. sekali lagi hhadi membatin dengan pikiran buruknya tentang Zeeta.

"Enggak usah mikir yang aneh aneh tentang gue" Teriak zeeta Kesal karena sedari tadi Hadi hanya memperlihatkan raut berfikir tanpa menanggapinya

"Ok jdi gue jelasin. Gue tau dari temen gue yang kebetulan anak buah lo. Gue juga nggak nyangka kalo dia kerja disini. Dan dia bilang kalo lo masih single. Kedua, gue tanpa sengaja sering liat lo berkunjung ke butiknya si wanita jalang pelakor itu. Dan ketiga, gue narik kesimpulan kalo lo single dan suka sama dia. Gimana lo terima tawaran gue?"

Zeeta benar benar gigih dengan penawarannya.

"Lo salah" elak Hadi

"Gue punya bukti lo suka sama dia. Lo pernah ngirim bunga buat dia diam diam dan jangan tanya lagi dari mana gue tau."

"Lo gila ya? mereka udah nikah gak mungkin kita ada celah buat ngehancuruin hubungan mereka dan kalaupun gue emang suka sma Marla, gue gak bakal nurutin ide gila lo." Akhirnya mau tak mau Hadi mengakui perasaannya terhadap Marla di depan Zeeta. Ya dirinya memang menyukai Marla sejak dulu. Dulu dipikirnya hanya sekedar cinta monyet akan tetapi rasa itu sepertinya tumbuh kembali sejak pertemuan pertama mereka di butik Marla setelah sekian lama hilang kontak satu sama lain. Marla salah jika selama ini menganggap bahwa Hadi dulu tak pernah memperhatikannya. Justru sebaliknya Hadi begitu tertarik melihat Marla yang selalu riang dan termasuk salah satu siswi berprestasi di sekolah. Tetapi sayang dia tidak pernah berani menyatakan cintanya terhadap Marla karena dulu Marla tidak terlalu populer dan ia takut juga jika gadis tersebut hanya akan dijadikan ajang bully oleh para penggemarnya. Sebut ia sombong karena hal ini tetapi itu memang benar adanya. Dulu pernah salah satu mantannya yang menangis meminta putus karena di bully dengan cara yang terlalu ekstrim oleh fans labilnya.

"Munafik lo. Jaman sekarang perceraian itu bukan lagi sesuatu yang tabu. Banyak kok orang yang kawin cerai bahkan bukan cuma para artis aja, pejabat yang terhormat pun banyak kasus kayak gitu. Apalagi cuma seorang Marla dan Axel. Tampak Zeeta masih belum menyerah untuk membujuk Hadi yang tampak kebingungan.

"Jangan kelamaan mikir. Kalo lo setuju hubunguin gue di nomor ini dan satu lagi kayaknya lo perlu beli bebrapa majalah Fashion buat tau siapa gue atau lo perlu sering sering nonton youtube. Cari aja ZeetaBeauty lo pasti bakalan tau gue." Zeeta segera menyerah kan kartu nama miliknya dan tak lupa senyum genit dengan kedipan satu mata sebelum meninggalkan Hadi di kantornya. Ya dirinya benar benar mengharapkan Axel menjadi kekasihnya lagi tidak perduli apapun dan bagaimanapun caranya yang pasti dia begitu membenci Marla yang menurutnya telah merebut Axel darinya. Marla lah wanita jalang yang telah merebut kekasih yang begitu di cintainya.

Seringai licik muncul di wajahnya begitu memasuki area parkir mobil tidak sabar rasanya melihat kedua orang tersebut bercerai.

Masih jelas teringat di benak Zeeta bagaimana dulu ia menjalin kasih bersama Axel. walaupun hubungan mereka belum terelalu lama hanya 6 bulan sebelum berita mengejutkan perjodohan Axel dengan keponakan angkatnya. Astaga hanya dengan memikirkannya saja sudah mampu membuat mood Zeeta berubah sangat buruk. Selama ini ia terbiasa selalu mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah begitu pula kali ini ia harus mendapatkan Axel kembali. Kemarin ia sengaja ke butik Marla untuk membuat onar, tetapi siapa sangka stelah pengusiran kejam yang di lakukan oleh si jalang Marla tersebut tangannya di tarik oleh seseorang dan mengancam akan bertindak kejam jika ia sampai menyakiti Marla. Di situ ia mulai berfikir sepertinya pria tersebut tertarik terhadap Marla. Ia mulai mencari tau siapa pria tersebut dan dari obrolan yang ia tangkap kemarin Hadi memang ada rasa terhadap Marla.

MarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang