Siang ini suasana butik tampak lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena akhir tahun beberapa orang berlomba untuk menunjukan penampilan terbaiknya.
"Sepertinya aku perlu tambahan beberapa karyawan mungkin 2 cukup" Ucap Marla berbicara pada dirinya sendiri.
"Mbak maaf bisa tolong carikan baju untuk untuk anak usia 7 Tahun?"
Tiba tiba seorang pria menepuk pundak Marla dari belakang.Lama Marla terdiam sepertinya dia mengenal pria ini begitu pula dengan pria yang tadi menepuknya.
Tampak keduanya tengah berfikir untuk beberapa saat sampai akhirnya
Secara bersamaan mereka berseru"Marla"
"Hadi""Astaga kamu bikin aku pangling Mar. Kamu makin cantik aja beda banget sama yang dulu aku ampe pangling lho" Tampak senyum kagum terpancar dari Mata Hadi
"Bisa aja kamu Di. Lama ya kita gak ketemu, kamu juga makin kece aja". balas Marla tak kalah kagum.
Bagaimana tidak kagum jika salah satu cowok paling ganteng dan populer sewaktu SMP kini malah memujinya.
Dan sekarang ketampananya seakan tidak berkurang. Hadi merupakan paket komplit tipe pria idaman para siswi satu sekolah. Bagaimana tidak jika Pintar, tinggi, tampan, ketua osis . merupakan satu kesatuan yang di miliki Hadi jujur saja dulu Marla sempat menggilai Hadi.
Tapi dulu mereka memang tidak terlalu akrab karena Marla tidak terlalu menonjol dikalangan para siswa. Hanya beruntung saja bisa satu kelas dengan Hadi selama 3 tahun. Dulu Marla yang bandel hobynya bermain layangan dan panas panasan di lapangan. Jadilah dia dekil dan hitam. Untungnya Marla termasuk ke dalam kategori anak anak berkecerdasan lumayan jadi dia tidak terlalu tenggelam juga.. Hingga saat dirinya mulai SMA barulah ia mulai merawat diri. Tak sulit bagi Marla untuk menjadi seperti sekarang ini karena pada dasarnya ia memang memiliki kulit putih dan wajah yang cantik. Hanya saja dulu karena ia jarang merawat diri dan juga suka berjemur panas panasan jadinya banyak tumbuh jerawat di wajah nya dan kulitnya pun kusam bahkan bisa dibilang sangat kusam. Ya cantik memang tidak harus selalu putih tapi bagi orang asia khususnya warna kulit seakan menjadi salah satu patokan cantik bagi sebagian besar masyarakatnya."Hei kok bengong aja"
Lambaian tangan Hadi di depan matanya membuat Marla tersentak dari lamunannya. Bukan lebih tepatnya kekagumannya."Eh enggak kok cuma kaget aja bisa ketemu seorang Rahardi Priambono di sini." Balas Marla dengan wajah agak merona.
" Kamu masih inget aja nama lengkap aku Ma, padahal terakhir kita ketmu udah lama banget ya pas SMP deh kalo gak salah".
"Iya padahal dulu aku pengen banget satu SMA sama kamu tapi ternyata kamu SMA nya malah di luar kota." Marla tanpa sadar langsung menutup mulut lancangnya yang tanpa tahu malu malah mengatakan hal yang sangat memalukan. Entah apa yang akan dipikirkan Hadi tentang dirinya nanti. Ah entahlah
"15 menit lagi jam makan siang nih. Kalo kamu gak keberatan aku mau ngajak kamu makan siang di cafe depan biar ngobrolnya lebih asik. Tapi itu juga kalo kamu gak keberatan lho"
"Boleh kebetulan juga aku udah laper ayo sekarang aja" balas Marla
"Tapi maaf ni sebelumnya aku ngajak kamu makan apa nanti kamu gak takut ada yang salah paham?"
"Salah paham, maksudnya?" Marla masih belum paham dengan maksud Hadi.
"Ya pacar atau suami mungkin?" tanya Hadi tanpa terlihat menyelidik.
"Astaga iya " desah Marla pelan tanpa sadar menepuk jidatnya.
Bertemu dengan Hadi tiba tiba saja membuatnya lupa jika ia sudah menikah."Kamu kenapa tiba tiba tepok jidat?" Hadi mengernyit keheranan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
عاطفيةTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...