33

12.5K 233 20
                                    

Axel berlari dengan panik menuju kamar Marla saat mendengar teriakan gadis tersebut. 

Axel yang awalnya ingin mengambil minum tiba tiba saja di kejutkan oleh teriakan kencang Marla dari arah kamarnya. Ia begitu panik dan khawatir. Dan benar saja begitu pintu kamar terbuka, Marla terlihat tengah menangis gemetar.

"Marla!" seru Axel panik

"Om aku takut." Isak Marla masih dengan tangis yang mulai mereda.

"Kamu mimpi buruk hem?'

Marla hanya mengangguk sambil berusaha mengelap air matanya dengan tissue yang diambilkan Axel dari atas meja.

"Kamu mimpi apa?"

Bukannya menjawab Marla malah menatap Axel sejenak lalu menggeleng.

"Kamu bisa ceritain mimpi buruk kamu sama aku. Kamu ingat apa kata mama? kalau kita bermimpi buruk jangan lupa berdoa dan juga kamu bisa cerita ke orang lain supaya perasaan kamu jadi lebih lega."

Marla selalu ingat tiap kali mimpi buruk pasti akan ada oma nya yang menemaninya hingga kembali terlelap atau kadang om  nya juga tak akan segan untuk menemaninya.

"Aku mimpiin waktu aku di culik kak Kyra om. Padahal aku udah mau lupain itu tapi aku masih aja keinget nggak tau kenapa." Jawab Marla pada akhirnya sambil menyenderkan kepalanya di bahu bidang Axel.

"Aku ingat waktu kak Kyra hampir bunuh aku. Pisau itu benar benar ada di leher aku, tapi untungnya kak Kyra cuma menggores lengan aku aja," Marla bergidik ngeri mengulas kembali cerita penculikan yang baru saja dialaminya beberapa hari yang lalu.

"Aku inget waktu aku dipukul dua suruhan kak Kyra waktu aku melawan saat hampir diperkosa." Kini isak Marla kembali pecah. Ia benar benar tidak suka bermimpi buruk. Apalagi di mimpi tersebut ia benar benar merasa seperti mengulang kembali kejadian buruk yang pernah menimpanya.

Axel menatap geram ke arah langit langit kamar Marla. Perasaannya bercampur aduk. Ia merasa marah dan kesal atas perbuatan Kyra terhadap Marla. Namun di sisi lain ia pun juga menyadari bahwa perbuatan Kyra adalah atas dasar kesalahannya di masa lalu. Tapi ia benar benar sungguh tidak suka melihat Marla seperti ini.

"Mana tangan kamu yang tergores itu?" Axel segera mengambil tangan kanan Marla dan menciumnya. "Sekarang bekas goresan itu udah di tutup sama ciuman aku." Balas Axel berusaha menghibur Marla.

Marla hanya terdiam saat Axel mencium tangannya.

"Dan bagian mana saja yang di sentuh bajingan itu? Boleh aku gantikan dengan sentuhan ku?"

Axel menatap Marla yang terlihat ragu hingga akhirnya mengangguk. Lalu menuntun tangan Axel menuju pipi kemudian turun ke arah leher dan dadanya.

Marla memejamkan matanya saat tangan Axel mulai menyentuh dengan lembut setiap bagian yang dituntun oleh Marla.

"Tenang Marla aku suamimu dan kamu istriku. Aku akan menghapus setiap sentuhan bajingan itu dengan sentuhannku. Apakah kamu mau?"

Marla hanya mengangguk pelan tanpa menatap Axel.

"Sekarang bolehkah aku mencium semua yang sudah di sentuh oleh mereka? kalau kamu mengijinkan aku akan melanjutkannya tapi kalau kamu tidak mau tinggal gelengkan kepala mu. Aku tidak mau menyakiti istri ku."

Marla kembali mengangguk pelan dan mulai berani menatap Axel.

" Iya kita suami istri dan sudah seharusnya bukan orang lain yang menyentuh badan ku tapi om Axel, suami sah ku." Sepertinya Marla mulai menyadari jika ia juga menginginkan sentuhan Axel bukan sentuhan orang lain. Ia merasa jijik dengan tubuhnya yang sudah di gerayangi dan hampir di renggut kesuciannya oleh dua orang bajingan suruhan Kyra. Ia harus menghapus bekas dua bajingan itu. Ia harus bisa melupakan kejadian itu. Marla membulatkan tekadnya hingga ia akhirnya pasrah atas semua perlakuan Axel.

MarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang