Pagi ini Marla seakan enggan membuka kedua bola matanya. Terasa begitu nyaman dan hangat.
Tumben sekali tidurnya senyaman ini.
Mungkin karena guling baru yang dipeluknya begitu hangat.
Dan guling ini sungguh canggih karena bisa membalas pelukan Marla.
Namun sepertinya Marla tidak punya guling secanggih itu. Karena seingatnya dia masih memakai guling yang dipakainya setiap hari.
Marla yang masih diambang antara alam mimpi dan alam sadar malah semakin kencang memeluk guling baru yang sangat canggih ini. Dipikirannya saat ini adalah yang terpenting dia merasa begitu nyaman. Sudah lama dia merasa tak senyaman ini. Mungkin terakhir saat dia berumur 5 tahun sewaktu almarhum orang tuanya masih hidup. Dulu Marla tipe gadis manja yang selalu tidur dengan kedua orang tuanya di setiap ada kesempatan. Kecuali di saat orang tuanya keluar kota untuk urusan bisnis barulah ia akan tidur sendiri.Tapi tunggu sejak kapan guling bisa bernafas? Dan nafasnya bercampur antara aroma mint dan aroma aroma nafas orang bangun tidur. Ditambah lagi dengan keanehan guling ini bisa mengeluarkan suara.
Sepertinya Marla kenal suara ini.
Setelah seluruh kesadaraanya terkumpul langsung saja matanya membulat melihat guling hidup yang ternyata adalah suaminya sendiri.
"Om Axel kok bisa tidur disini?" teriak Marla tepat di telinga Axel. Bisa dibayangkan bagaimana pekaknya telinga Axel mendengar teriakan cempreng Marla di pagi pagi buta begini.
"Apaan sih Mar" terlihat tatapan sebal Axel sambil sibuk mengusap usap telinganya yang terasa berdengung.
"Gak usah pura2 sok polos deh om.
Situ ngapain bisa tidur disini? Kan kemaren janjinya mau tidur di sofa""Aduh kamu tu ya tega bener kamu gak liat sofa sekecil itu kamu suruh nampung badan aku yang segede dan setinggi ini ya mana muat. Kemarin badan aku sakit semua tau Mar, Jadi ya mumpung kamunya juga lagi tidur ya aku ikut aja naik"
"tapi kan gak sopan om"
"Masak? Bukannya kamu tuh yg gak sopan. Kamu durhaka jadi istri tau Mar, masak suaminya di suruh tidur si sofa mana ada istri yang berkelakuan kayak gtiu. Aku aduin ke komnas HAM tau rasa kamu.
"Heh situ pikir situ anak anak bisa lapor kesana? Pokoknya om turun sekarang juga dari tempat tidur aku!!
"Yakin nih di suruh turun? Bukannya tadi pagi kamu peluk aku kenceng banget ya kayak ga mau di lepas gitu" dengan tingkah konyolnya Axel memperagakan posisi berpelukan dengan mulut monyong monyong najis
"Ih dasar om om genit najis" gerutu Marla sambil berkacak pinggang
"hallahh sekarang aja bilangnya najis nah tadi akunya malah kamu peluk kenceng kenceng. Bilang aja kalo meluk aku tu bikin kamu nyaman. Iya kan Mar? Mendingan ngaku deh gak usah sok gengsi gitu lagian juga sama suami ini kok. Udah sahhh Marla"
Axel semakin gencar meledek Marla tanpa terlihat marah sedikitpun karena tadi dikatai najis oleh istri kejamnya itu.Marla yang tadinya memasang tampang galak langsung mati kutu kehabisan akal untuk menjawab ledekan Axel. Memang tak dapat dipungkiri jika tidurnya begitu nyaman saat memeluk Axel tapi kan itu karena Marla tidak tau jika yg disangkanya guling adalah Axel. Batin Marla berusaha mencari pembenaran atas sikapnya pagi ini
"Udah ah aku mau mandi"
Hentak Marla kesal lalu langsung ngacir ke kamar mandi.*****
Suasana ruang makan yang agak sepi di jam segini membuat Marla mengernyit heran biasanya Oma Rini pasti selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama meski harus dengan kursi roda. Tapi pagi ini agak berbeda hanya terlihat bi Ratih yang sedang sibuk menata sarapan diatas meja.
"Oma kemana bi kok tumben gak kelihatan?"
"Tadi sih bibi udah ketok kamar nyonya besar non tapi nggak ada sahutan dan bibi gak berani buka non takut dikira lancang."
Jawab bi Ratih masih sibuk dengan pekerjaannya."Ya udah gapapa bi biar Marla aja yg bangunin oma. Bibi kalo udah selesai tolong panggilin om Axel ya biar bisa sarapan bersama soalnya Marla mau buru2 ke butik pagi ini gak enak kelamaan di tinggal libur". Langsung saja Marla melenggang menuju kamar omanya setelah berpesan pada Bi Ratih.
Memang sudah menjadi aturan wajib sesibuk apapun orang orang dikeluarga ini sangat harus dan wajib untuk sarapan bersama. Karena Rini tidak mau kesibukan mereka membuat keluarganya menjadi saling menjauh setidaknya dengan sarapan bersama mereka masih ada waktu untuk sekedar bertemu atau menyapa.
"Tok tok tok. Oma ayo sarapan bareng"
Tak ada sahutan dari dalam.
Sampai 3 kali Marla mengetuk namun tetap tak ada jawaban Marla yang mulai merasa ada sesuatu tidak beres di dalam sana Langsung saja memutar kenop pintu dan "cklek"
Pintu berhasil terbuka dengan mudah karena memang oma Rini jarang mengunci pintu semenjak sakit akhir akhir ini mungkin untuk memudahkan nya meminta tolong jika terjadi sesuatu dengan dirinya.perlahan Marla mendongakan kepalanya ke dalam. Terlihat oma Rini masih tertidur dengan begitu pulas diatas bed king sizenya. Namun Marla merasa ada yang berbeda dengan tidur omanya kali ini. kekhawatiran Marla semakin menjadi saat dia sudah mendekat dan terus memanggil omanya namun tetap saja tak ada sahutan.
Dengan takut takut dia menyentuh tangan omanyaDingin banget" Marla membatin
Sekarang dilanjutkan sengan menaruh telunjuknya di depan hidung omanya. Tak ada nafas yang berhembus. Menyadari hal tersebut Marla seketika berteriak panik memanggil omnya.******
"Gimana dok?"
Terlihat nada begitu khawatir dri Axel."Nyonya Rini sudah meninggal 2 jam yang lalu" balas dokter Ryan yang merupakan dokter pribadi keluarga Barwijaya.
Seketika dunia Axel dan Marla terasa berhenti berputar mereka masih tak menyangka dengan kejadian pagi ini. Baru saja mereka mewujudkan impian oma dan mamanya. Namun beliau malah pergi meninggalkan mereka.
Axel masih mampu menahan diri untuk tidak menangis namun tidak dengan Marla dia begitu hancur air mata terus mengalir dari kedua pelupuk matanya. Mungkin karena lelah atau terlalu shock Marla tak sadarkan diri
********
Prosesi pemakaman di laksanakan 3 hari setelah kematian Rini.
Perlu beberapa persiapan dan juga menunggu seluruh kerabat untuk hadir. Marla masih mengurung diri di kamar sepertinya dia begitu enggan hanya untuk sekedar bertegur sapa dengan orang lain. Sedangkan Axel sibuk dengan persiapan pemakaman mamanya. Sudah beberapa hari ini ia kurang tidur nampak jelas dari kantong matanya yang begitu hitam dan tebal. Memang mengurusi prosesi pemakaman bukanlah hal yang mudah terlebih ada perasaan berat melepas kepergian orang tersayang.*******
Semua pelayat telah pulang tetapi Marla masih terlihat begitu enggan meninggalkan makam oma Rini.
Axel yg melihat hal tersebut menjadi khawatir terhadap kondisi kejiwaan Marla.
"Mar kita pulang yuk. Udah sore gini. Kasian mama kalo kamu tangisin terus nanti beliau gak tenang di alam sana" Axel mencoba mengajak Marla pulang dengan tangannya terulur ke arah Marla.
Marla hanya mengangguk pasrah tanpa memalingkan sedikitpun wajahnya dari makam omanya. Terlihat kepedihan begitu mendalam dari sorot mata Marla. Siapapun yg melihat Marla kali ini pasti tau begitu dalam sedih dan rasa kehilangan yg dirasakan Marla saat ini. Sebenarnya Axel juga merasakan hal yang sma namun sebagai lelaki yang lebih dewasa sekaligus suami dia harus berusaha terlihat tegar dan kuat di mata semua orang terutama di depan Marla. Dia tidak ingin Marla semakin kacau keadaannya jika melihat Axel juga bersedih. Biarlah rasa sedih dan kehilangan ini cukul ia simpan untuk dirinya sendiri.
Dengan langkah pelan Axel membimbing Marla menuju mobil. Perlakuan Axel kali ini teramat lembut dan hati hati seakan takut jika Marla terluka sedikit saja.
Cukup hati dan jiwanya saja yg terluka jangan sampai fisiknya juga
Batin Axel.Hai hai maaf ya cerita bagian ini bahasanya masih kaku.
Kritik dan saran yang membangun sangat di perlukan demi kemajuan penulis yang masih sangat amatiran ini
Semoga kalian enjoy dengan cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
RomanceTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...