Malam ini Marla tampak begitu sibuk memberi arahan pada beberapa tukang jahitnya agar pakaian yang akan di tampilkan pada malam pagelaran tampak sempurna. Memang tukang jahitnya sudah tidak diragukan lagi kualitas mereka, tetapi tetap saja Marla masih belum puas jika tidak mengawasi secara langsung.
3 karyawannya yang memiliki anak balita sudah kembali pulang sejak sore tadi. Hanya tersisa 4 orang tukang jahit di tambah dengan Rani yang kebetulan sudah kembali dari luar kota. Ya beberapa hari yang lalu, Rani sempat ditugaskan untuk melihat perkembangan butiknya yang baru dibangun di Surabaya.
Ia mengambil, lalu mengecek sekali lagi hasil karya nya sambil tersenyum puas.
"Ok semua karena sudah larut, pekerjaan hari ini kita lanjutkan besok saja. Dan terima kasih untuk kalian yang sudah ikut lembur bersama saya. Tentunya seperti biasa, selain uang lembur, kalian juga akan mendapat bonus sesuai dengan hasil kerja kalian." Ucap Marla tersenyum yang dibarengi dengan ucapan syukur dan terima kasih dari karyawannya.
"Kalian hati hati dijalan ya dan jangan lupa istirahat yang cukup dan besok pagi kalian boleh datang terlambat 30 menit."
Marla memang bos yang baik hati dan loyal. Setidaknya itulah yang tercermin dari sikapnya yang tak pernah segan membantu karyawannya yang sedang mengalami kesulitan.
Sebelum pulang ia tidak lupa mengecek situasi di toko utama butiknya. Memang ruang jahit dan ruang pembeli dibuat di gedung yang berbeda. Untuk gedung tempat menjahit, berada di belakang toko utama. Sehingga memudahkannya untuk mengontrol pegawai pegawainya.
"Malam bu." Sapa Mawar dan Ratna berbarengan. Mereka adalah karyawan yang kebetulan jaga shift sore hingga pukul 9 malam.
"Gimana aman aman aja kan?"
"Aman dong bu." Jari Mawar membentuk tanda ok yang artinya semua aman.
"Nanti sebelum tutup, tolong minta pak Yanuar buat ngecek lagi keliling ya. Dan kalian jangan lupa nanti pulangnya hati hati." Pesan Marla kepada Mawar dan Ratna, sebelum akhirnya pergi menuju parkiran mobilnya.
Pak yanuar adalah sekurity yang bertugas malam hari ini menemani Mawar dan Ratna.
Segera saja ia menghempaskan pantatnya dengan nyaman di jok mobil kesayangannya, begitu pintu mobil terbuka. Tak lupa sambil memutar musik dari mp3 player yang selalu ia bawa kemana mana. Ia memang lebih senang mendengarkan musik sambil menyetir lalu ikut bernyanyi, daripada harus hanya mendengarkan suara mesin ataupun klakson dari kendaraan lain, walaupun sebenarnya ia sadar jika suaranya sangat jauh dari kata bagus. Tak masalah, toh cuma ia saja yang mendengarnya. Tetapi tak jarang pula ia merasa kesal saat ia sudah bersusah payah ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu, rupanya nadanya tak sampai atau bahkan jauh berbeda dari melodi yang seharusnya alias kelewat fals. Dan itu membuatnya harus sampai berkali kali memutar satu lagu tersebut, hingga ia bosan sendiri dan berakhir dengan ia membenci penyanyi sekaligus lagu tersebut. Konyol memang tapi itulah dia.
Ia terus bersenandung mengikuti alunan lagu di iringi suara perut keroncongannya yang menambah semarak suasana di dalam mobil.
Baru saja ia akan mempercepat laju kendaraannya, tiba tiba ia merasa ada yang aneh pada mobilnya. Terasa seperti agak oleng. Buru buru ia menepi untuk memeriksa."Sial bannya pecah." Umpat Marla kesal. Hari ini dirinya begitu lelah lembur mempersiapkan pagelaran di tambah sekarang ban mobilnya pecah.
Kemudian ia segera masuk kembali kedalam mobil dan mencari handphonenya untuk menghubungi Axel. Tapi rupanya dewi fortuna masih enggan dekat dekat dengannya. Kali ini baterai hape nya habis.
"shit" sekali lagi ia mengumpat.
"Sial banget sih hari ini." Ia tampak berfikir sepertinya ramalan bintang yang ia baca tadi pagi tidak menuliskan jika ia akan tertimpa kesialan yang beruntun seperti ini. Dan sepertinya ia harus berganti langganan ke horoskop harian lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
RomanceTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...