24

11.2K 220 15
                                    

"Are you ok Xel?"
Kyra mengelus elus bahu Axel yang terlihat naik turun sedari tadi. Terlihat jelas Axel sedang sangat emosi. Dan hal itu membuat Kyra merasa begitu senang. Rencananya berhasil. Tapi tetap saja ia harus menjalankan rencana selanjutnya. Ia benar benar ingin Marla dan Axel berpisah. Cukup sudah ia saja yang selama ini menderita karena ulah mereka berdua. Saatnya kini ia harus membalaskan semua dendam nya kepada Marla dan Axel.

"Xel maaf ya tadi Aku nelpon kamu dan ngasi tau tentang Marla sama selingkuhannya. Aku nggak bermaksud bikin kalian berantem. Jujur kalian sudah aku anggep kayak keluarga sendiri. Tapi ya justru karena itu, aku terpaksa harus bilang sama kamu. Aku nggak mau kamu nantinya semakin sakit. Dan kalian berdua semakin jauh." Sekali lagi Kyra memasang tampang bersalah.

Axel menoleh sejenak dan berusaha tersenyum walaupun getir.

"Iya nggak apa apa. Justru aku berterima kasih sama kamu. Setidaknya aku jadi tau kalo Marla tidak mencintai aku."

"Apa kamu benar benar mencintai Marla?" Tanya Kyra hati hati namun jelas ada rasa tidak suka di dalam hatinya.

Axel hanya menggedikan bahunya sekilas sambil melirik Kyra lalu kembali fokus menyetir.

"Kita langsung pulang atau kamu mau balik ke kantor?" Kembali Kyra bertanya. Karena sedari tadi Axel hanya diam saja dan tidak memperhatikannya.

"Aku mau langsung pulang saja."
Mendengar jawaban singkat Axel. Kyra hanya mengangguk dalam diam.

Sedangkan di tempat lain. Marla tengah menagis sesenggukan sambil menahan emosinya terhadap Kyra.
Ia tak habis fikir bagaimana bisa Kyra dan Axel tiba tiba bisa berada di kaffe yang sama dengan dirinya. Padahal seingatnya kantor Axel lumayan jauh dari butiknya. Yang juga berarti tidak mungkin pula secara kebetulan Axel makan siang disana. Ini seperti sesuatu yang telah di rencanakan. Marla kembali memutar otaknya untuk membuktikan pada Axel jika semua yang dilihatnya tidak lah benar.

"Mar kamu nggak apa apa kan?"

Pertanyaan Hadi menyentak lamunan Marla.

"Iya aku nggak apa apa thanks ya Di, udah mau nemenin aku." Balas Marla tak enak hati.

"Santai aja Mar. Sebaiknya mulai sekarang kamu harus lebih berhati hati lagi. Karena sepertinya perempuan yang tadi bersama Axel benar benar licik"

"Em Di, aku boleh minta tolong kamu temenin aku ke Poin hotel? Aku mau minta bukti cctv yang kemarin sama pihak hotel. Tapi aku nggak tau ngomongnya gimana takut nggak di ijinin sama mereka."

"Ok. Kapan? Kalo langsung sekarang aja gimana?" tawar Hadi.

"Ya setuju lebih cepat lebih baik." Balas Marla kembali antusias. Semangatnya menggebu gebu untuk membuktikan pada Axel jika dirinya tidak bersalah.

Tanpa menunggu waktu lagi, Marla segera mengambil kunci mobil dan tasnya lalu mengajak Hadi untuk segera ke Poin hotel.
Tidak memerlukan waktu lama untuk sampai disana hanya 15 menit. Kebetulan jalanan sedang lancar.

Begitu turun dari parkiran, mereka langsung menuju lobby guna menanyakan perihal cctv hotel tersebut. Tentu saja semua tak semudah perkiraan. Karena si reception yang bertugas harus menelpon managernya dan juga beberapa pertanyaan dari duty manager yang di ajukan kepada Marla. Sampai akhirnya dengan kegigihan dan perjuangan mereka, rekaman cctv tersebut berhasil mereka lihat dan dapatkan copyan nya.

Ternyata memang benar Kyra lah dalang di balik semua ini. Terlihat jelas dua orang pemuda menggotong Marla dari luar menuju kamar yang kemarin di tempatinya. Yang kemudian di susul oleh Kyra. Marla menggeram kesal oleh ulah Kyra. Baiklah sekarang ia harus segera pulang dan memberi tahu Axel tentang semua ini.

MarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang