Marla memijit kepalanya yang terasa pusing. Seluruh badannya juga tak kalah sakitnya. Diperhatikannya tangan dan kakinya lebam dan terdapat beberapa jahitan di tangan kiri dan juga jarinya. Segera diliriknya jam yang terpasang di dinding kamarnya yang menunjukan pukul 10.00 malam rupanya ia tertidur cukup lama.
Puluhan pesan juga telepon masuk di smart phone nya. Di ceknya satu persatu, beberapa dari Hadi yang menanyakan keberadaan dirinya dan beberapa lagi dari kantor The one fashion. Segera saja ia membalas pesan dari Hadi dan mengatakan jika dirinya baik baik saja dan sekarang sedang berada di rumah. Kemudian ia meletakan kembali smartphone nya di sebelah bantal. Baru saja ia akan memejamkan matanya kembali, pintu terbuka perlahan dari arah luar.
"Marla kamu udah bangun?" Suara lembut yang begitu dirindukannya kini kembali ia dengar.
"Iya om tapi masih agak sedikit pusing."
"Kamu makan dulu ya. Setelah itu minum obat biar kondisi kamu cepat pulih."
Axel segera memanggil bi Ratih untuk menyiapkan bubur serta membantu Marla untuk senderan di tempat tidur.
"Om Maksasi udah selamatin aku. Kalo enggak mungkin aku udah.." Kata kata Marla tertahan di kerongkongannya ia tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika om nya datang terlambat sedikit saja. Mungkin sekarang dirinya sudah bukan seorang gadis lagi dan bahkan mungkin nyawanya pun sudah melayang.
"Udah nggak usah dipikirin yang terpenting kan kamu nya nggak kenapa kenapa."
Axel mengelus pucak kepala Marla dan mengecupnya pelan.
"Om aku minta maaf atas semua kesalah pahaman kita selama ini"
"Sstt jangan dibahas dulu. Kondisi kamu masih lemah justru jika ada orang yang paling pantas di salahkan disini, orangnya adalah aku Marla. Aku yang udah buat kamu jadi kayak gini. Jadi kita bahasnya besok aja ya."
"Den, buburnya sudah siap" Terlihat bi Ratih membawa nampan berisi bubur yang masih hangat dengan asap mengepul serta buah dan air putih.
"Taruh di meja dulu bi. Makasi banyak bi."
"Iya sama sam non, den, kalo gitu bibi mau permisi kebelakang. Nanti kalau ada apa apa tinggal panggil bibi aja."
"Bibi nggak pulang?" Marla bertanya dengan nada tak enak hati karena biasanya bi Ratih jam segini sudah ada di rumah. Dan Marla berfikir mungkin karena kondisinya sehingga bi Ratih harus tetap berada di rumah nya.
"Engak non. Kebetulan bibi malam ini nginep di sisni sama keluarga bibi."
"Oh syukurlah setidaknya Marla merasa sedikit lebih lega karena banyak orang kini menjaganya.
"Kata dokter kamu perlu beristirahat total paling enggak dua sampai tiga hari." Axel segera memberitahu pesan dokter pada Marla begitu melihat Marla mengecek ponselnya.
"Tapi om pagelaran aku tinggal tiga hari lagi. Dan tadi udah mulai gladi seenggaknya besok aku harus kesana biarpun cuma sebentar." Marla memberikan tatapan memelas pada suaminya.
"Kamu bisa ijin satu hari kalau begitu. Dan lusa aku yang bakal temenin kamu buat ke sana. Lagi pula badan kamu masih memar memar begini."
"Nggak bisa om. Apa kata pihak The one fashion nantinya. Nanti aku dikira nggak profesional lagi."
"Kamu tinggal bilang kejadian yang sebenarnya ke direktur The one fashion. Aku yakin beliau bakalan ngerti kok."
Akhirnya Marla hanya pasrah mengangguk. Karena dirinya pun masih merasa pusing dan badannya terasa remuk mungkin istirahat satu hari bisa memulihkan kondisinya. Lalu ia segera menghubungi Mawar dan memintanya untuk menghandle semuanya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
RomanceTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...