Suara gemuruh hujan masih terdengar hingga pagi ini. Membuat siapa pun akan betah berlama lama di tempat tidur. Begitupula dengan Marla. Padahal tadi dia sudah sempat terbangun sebentar dan melirik jam di nakas yang menunjukan pukul 8:00 Pagi. Akan tetapi rasa ngantuk dan malas yang berlebihan efek hujan membuatnya enggan beranjak dari tempat tidur.
lima menit kemudian ia segera beranjak dari tempat tidurnya karena baru ingat akan sesuatu. ya dia ada janji bertemu klien hari ini jam sembilan.
"Mampus" Umpatnya kasar sambil segera berlari kekamar mandi.
Belum selangkah ia berjalan, kakinya sudah menyandung meja yang otomatis membuatnya terjungkal. Benar seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa meja.
Sambil meringis memegangi lututnya ia berjalan terseok seok menuju kamar mandi.
Cukup 30 menit menyelesaikan segala ritual perempuannya mulai dari mandi hingga berdandan . Tidak ada waktu untuk berlama lama. Bisa hancur reputasinya jika ia sampai telat.
Dengan tergesa gesa Marla berlari menuruni tangga. Axel yang tengah menikmati sarapan damainya pun harus terusik dengan kegaduhan yang di buat Marla.
"Pagi om" Sapanya sambil berlarian dari atas.
Baru saja akan di jawab oleh Axel, tiba tiba Marla terpeleset tepat di pijakan terakhir tangga. Rupanya saking terburu burunya ia sampai melompati beberapa anak tangga.
"Aduh tangga kurang ajar" ringisnya masih sambil memegangi lututnya yang sudah dua kali terbentur lantai.
Axel yang sudah tau tingkah keponakannya hanya menatap sekilas lalu kembali melanjutkan aktivitas sarapannya.
"Kamu ga apa apa?"
"Nggak kok om santai aja". Dengan cengiran kuda kebanggannya ia segera menuju meja makan.
Namun diam diam Marla memperhatikan Axel dari atas ke bawah.
"Tumben pakaiannya masih santai jam segini om" celetuknya sambil mencomot beberapa lembar roti dari meja makan.
"Hari ini aku lagi ga ngantor. Cuma mau ngecek beberapa proyek aja di sekitaran sini".
"Oh gitu, ok deh Marla pamit ya om".
Tanpa sadar ia mengecup pipi Axel. Hal yang sudah tidak pernah ia lakukan semenjak menikah. Dan kebiasaan tersebut kini kembali. Marla yang baru menyadari tingkahnya hanya tersenyum lalu melesat pergi. Sedangkan Axel hanya mengernyit heran dan tersenyum penuh arti. Marlanya yang dulu kini telah kembali. Keponakan kecilnya yang manja yang selalu mencium pipi kiri dan kanan Axel setiap ia mau pergi. Apakah mungkin efek semalam? batin Axel senang.
##################
Marla tampak menarik dan mengembuskan nafasnya berulang kali. Sungguh pelanggan yang sedang dihadapinya kali ini amat sangatlah kurang ajar. Jika saja ia tidak harus menjaga image di depan pelanggan penting lainnya, mungkin sudah dari tadi ia memanggil security untuk menendang wanita ular ini keluar dari butiknya bila perlu keluar angkasa sekalian. Dari tadi wanita ini hanya berkomentar tentang selera design Marla yang sangat rendah, lalu mencoba beberapa baju tanpa membeli. Untung saja meeting hari ini berjalan lancar sehingga agak mengurangi kedongkolan Marla terhadap wanita satu ini.
"Sebenarnya kak Zeeta kalau nggak punya uang ya nggak usah malu buat hutang dulu di sini. Khusus buat kaka zeeta aku kasih deh ngebon". Marla sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar oleh beberapa pengunjung lainnya.
Tampak Zeeta, nama wanita ular yang sedari tadi mengomentari butiknya secara asal asalan melempar beberapa baju kearah Marla.
"Hei kau pikir seorang Zeeta Haryadi tidak mampu hanya untuk membeli sepotong baju murahan ini? Cihh bahkan butik ini pun sanggup aku beli". Masih dengan nada congkaknya ia terus mengambil dan memilih beberapa baju.
Marla hanya terdiam sambil meggepalkan tanggannya menahan emosi. Sepertinya ia harus segera menghubungi Axel karena Medusa peliharaannya sepertinya terlepas dan membuat kekacauan di butiknya siang ini.
Tapi nihil telponnya sama sekali tidak diangkat oleh sang pawang. "Sial" umpat marla sambil memijat keningnya.
Ia tak habis pikir kenapa bisa dulu om nya berpacaran dengan seorang wanita yang begitu kekanakan dan angkuh seperti ini.
"Cihh Cara kak Zeeta balas dendam ke aku sangat nggak elegant. Aku jadi heran sebenarnya yang usianya lebih tua di sisni aku atau kak zeeta?"
"Hai gadis kecil, apa salah aku sebagai pelanggan disini untuk menilai pakaian apa yang ingin aku beli?"
"Aku bukan gadis kecil lagi."
" Hahaha ia aku lupa. Kau bukan gadis kecil lagi. Karena seorang gadis kecil tidak akan mampu untuk merebut kekasih dari wanita dewasa sepertiku."
Apa?
Dewasa katanya? Dewasa dari hongkong, kelakuannya lebih mirip seperti abege berusia belasan tahun yang kekasihnya telah direbut oleh tante tante cantik pemilik butik, Sehingga abege tersebut harus merajuk dan menjatuhkan lawannya dengan cara yang amat murahan binti kekanakan.
Dan Marla benci mengakui jika memang benar dirinyalah yang telah merebut Axel dari Zeeta. Ralat bukan merebut tetapi dijodohkan secara paksa oleh oma tersayangnya.
Cukup sudah. Kesabaran Marla benar benar habis ia tidak memperdulikan lagi tatapan beberapa pelanggan yang tampak heran dan juga kebingungan. Ia benar benar murka dipermalukan oleh mantan pacar om nya yang sepertinya sudah agak stres karena tidak terima diputuskan secara sepihak oleh Axel. Selalu saja Wanita ini mencari gara gara dengannya.
" Cepat keluar dari sisni atau aku panggi security buat nyeret kak zeeta keluar!" Geram Marla dengan tatapan menantang.
"Ok baiklah aku keluar. Tapi ingat aku tidak akan pernah membiarkan pernikahan kalian bahagia. Ingat itu". Desisnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marla
RomanceTerpaksa menikah dengan om sendiri tentu bukan hal yang mudah. Ini adalah kisah tentang Marla yang harus menikah dnegan om nya sendiri. Tentang Marla yang baru mengetahui jika pria yang selama ini dianggap sebagai om kandungnya, ternyata sama sekali...