30

11.7K 248 20
                                    

Marla menatap penuh rasa cemas pada dua orang pria yang kini tengah mendekat ke arahnya. Di tatapnya lagi Kyra dengan pandangan memohon. 

"Kak please tolong aku." Akhirnya tangis yang sedari tadi di tahannya pecah juga. I benar benar ketakutan sekarang. 

" Lo pikir dulu ada yang nolongin gue waktu gue nangis memohon mohon? Lo pikir dengan tangisan nggak penting lo itu gue bakalan luluh? cihh jangan harap." 

Ucap Kyra sambil berusaha melepaskan kakinya dari cengkraman tangan Marla yang masih berlutut di bawahnya.

"Lo nikmatin aja dulu, sebelum kita mati bersama." Sekali lagi Kyra  menggoyang kakinya lebih keras sekaligus mendorong tubuh Marla dengan tangannya agar kakinya bisa terlepas dari cengkraman gadis tersebut.

"Hendri, Darta, cepet lakuin apa yang mau kalian lakuin. Gue tunggu di luar."

Kyra segera melangkahkan kakinya keluar lalu menutup pintu dengan suara keras.

Sebelum benar benar mengunci pintu ia sempat melihat sekilas ke arah Marla. Wajah gadis tersebut benar benar memelas. Namun Kyra segera menggelengkan kepalanya. Marla tidak boleh di kasihani. Ia harus merasakan apa yang selama ini ia rasakan.


Kyra segera menenggak beberapa minuman alkohol yang sengaja di bawanya saat perjalanan tadi. Tak lupa ia menyalakan rokok sembari duduk menikmati alunan musik. Suara tangis dan teriakan Marla terdengar memekakan gendang telinganya. Berulangkali ia mencoba memejamkan matanya agar tidak berubah pikirn menyelamatkan gadis tersebut. Bagaimanapun juga ini adalah saat saat yang selama ini ia tunggu. Inilah saatnya ia membalaskan dendam yang sudah ia pendam selama bertahun tahun. Ia tidak boleh terbawa perasaan. Tidak boleh. Ia harus kuat, Ia harus kejam, dan ia harus tega. Inilah kalimat yang sedang ia rapalkan di kepalanya. Namun tetap saja hati kecilnya tidak mengijinkan ini, ia merasa bersalah. Tapi tidak boleh ia kembali menggeleng gelengkan kepalanya. Menenggak kembali minuman penenang jiwanya.

Baru beberapa saat ia memejamkan matanya. Terdengar  banyak derap langkah kaki. Ia mencoba memasang kembali pendengarannya dan mengucek matanya. Mungkin ini efek mabuk. Racaunya pada diri sendiri.

Namun suara langkah tersebut terdengar semakin jelas. Dan Ia benar benar melihat beberapa pria dengn seragam polisi dan juga Axel tepat berada di depan dan di sampingnya.

"Oh astaga gara gara mabuk gue ampe ngeliat yang enggak enggak" Gumamnya sambil tertawa.

"Kyra dimana Marla?" teriakan Axel menyadarkan Kyra jika ini bukan halusinansinya. Ia segera terbangun dari kursinya dnegan gelagapan.

"Kyra?" Dion ternganga melihat sosok di depannya. Walaupun ia tidak begitu mengenal Kyra tapi ia tak percaya bahwa sosok Kyra yang dimaksud Axel adalah wanita yang kini tengah berhadapan dengannya.

"Istri lo ada di dalem Xel." Teriak Dion segera kembali memusatkan pikirannya dari shock sesaat begitu mendengar teriakan minta tolong dari arah dalam gubuk.

"Cepat buka pintunya!" desis Axel memegang kerah baju Kyra.

Akan tetapi Kyra bukannya takut, ia malah menyeringai licik dan tertawa puas.

"Buka aja sendiri palingan lo bakalan liat istri kesayangan lo lagi di garap sama anak buah gue." ledek Kyra masih dengan wajah angkuhnya.

"Kita dobrak aja" Dion memberikan usulan yang di sertai dengan anggukan oleh Axel.

Benar saja begitu pintu di dobrak, pemandangan mengenaskan terlihat di depan mata Axel. Marla dengan baju yang sudah robek di mana mana dan wajah penuh darah.

"Marla!"  Teriak Axel berlari ke arah Marla sambil membuka baju atasnya untuk menutupi badan Marla. Beruntunglah Dion juga segra meminjamkan jasnya untuk gadis tersebut. Axel segera membopong Marla ke dalam mobilnya. Sedangkan Dion dan satuan polisi lainnya segera membekuk kawanan penjahat tadi beseryta Kyra. Beruntungnya tidak ada perlawanan yang berarti dari mereka.

Setelah memastikan Marla di tempat yang aman, Axel segera kembali ke rumah tersebut dan hampir saja menghajar dua orang bodyguard berwajah seram tadi kalau saja tidak di halangi oleh beberapa orang polisi yang memborgol Hendri dan Darta.


###################


"Gimana keadaannya Dok?" Axel menutup pintu dengan perlahan agar sang empunya kamar tidak terbangun.

"Lukanya tidak begitu parah hanya saja Marla masih perlu beristirahat yang cukup dan juga untuk pemulihan kondisinya yang mengalami shok ringan. Dan ini obat yang harus di tebus di apotek. Nanti kalau Marla sudah bangun segera minumkan obat yang tadi saya beri." Ucap dokter  Ryan.

" Baik terimaksih dokter." Axel menagngguk sopan pada dokter pribadi keluarganya.

"Kalau begitu saya permisi dulu dan jangan lupa jaga Marla baik baik." Ucap dokter Ryan sebelum akhirnya meninggalkan kediaman keluarga Brawijaya.

Setelah kepergian dokter Ryan Axel segera memanggil bi Ratih untuk menjaga Marla karena dia harus ke apotek menebus resep yang di berikan dokter Ryan tadi.


###################


"Kalian kemana aja sih? Hampir 10 menit gue pencet pencet tu bel nggak ada yang bukain pintu." Hadi menghempaskan pantatnya di sofa sambil melepaskan dasi dan melonggarkan kemejanya.

"Gue tadi abis mandi nah bi Ranum tadi gue suruh belanja ke supermarket depan beli buah. Kenapa?" Jawab Zeeta sambil mengikat rambutnya berjalan melewati Hadi.

"Marla kemana?"

"Tau deh. Dari tadi siang udah ngilang nggak balik balik. Orang orang The one fashion pada sibuk nyariin dia. Tapi telponnnya nggak di jawab jawab."

"Terus lo nggak ikut nyariin dia gitu?"

"Ngapain? repot amat. Dia udah gede palingan juga dia setres gara gara mau pagelaran terus pergi ke spa deh buat relaksasi. Atau mungkin dia balik ke rumah suaminya." 

Tanpa menjawab ucapan Zeeta, Hadi segera menghubungi Marla.Ttapi tak kunjung di jawab oleh gadis tersebut.

Hadi merasa sedikti khawatir. Di cobanya mengirim pesan berkali kali namun tetap tak ada respon.

"Udah deh biarin aja palingan dia balik kerumah suaminya. Lo ngapain sih repot amat deh idup lo."  Zeeta kembali berkomentar sambil memasukan satu sendok besar ice cream ke mulutnya sebelum ia akhirnya memuntahkannya kembali.

"Lo kenapa?"

"Astaga gara gara ngobrol sama lo gue jadi lupa kalo lagi diet."

" Udah makan aja repot amat idup lo." Balas Hadi mengulang ucapan Zeeta barusan yang tentu saja di balas dengan pelototan dari gadis di depannya.

"Pergi lo sana ganggu aja deh"

Di usir dari apartemennya sendiri membuat Hadi hanya geleng geleng kepala heran dengan kelakuan tak tau malu Zeeta. 

"Amit amit deh. Kasian banget calon suaminya ntar dapet istri modelan cewek nggak tau malu kayak dia" Gumam Hadi sambil mengetuk ngetukan kepalan tangan di kepalanya.

"Gue denger lo ngomong apa. Idiih gue juga ogah dapet jodoh kyk elo. Gue doain semoga jodoh lo sama persis kayak gue bila perlu lebih parah." Balas Zeeta lalu ngeloyor pergi kekamarnya.



MarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang