Marla

1

Suasana di sebuah ruang keluarga tampak begitu tegang. Seorang wanita berusia diatas 60 tahunan tengah serius menatap gadis muda yang terlihat gelisah sambil meremas celana panjangnya. Sedangkan di sisi lain tampak seorang pria tengah menatap wanita tua tersebut dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Kami tidak akan menikah apapun yang terjadi" akhirnya suara berat milik pria tersebut membuka keheningan yg berlangsung cukup lama di ruangan itu.

"Lalu apakah kalian pikir saya sedang meminta pendapat kalian" jawab wanita tersebut masih dengan nada yang sama yaitu datar

"Tapi oma, Marla gak mungkin nikah sama om Axel. Kita masih keluarga dan itu gak boleh terjadi" entah mendapat keberanian dari mana akhirnya Marla gadis yang biasanya hanya menurut dan takut untuk melawan satu pun perintah oma Rini kini menjawab sambil memperlihatkan wajahnya yg tengah di basahi air mata. Rupanya Marla menangis karena menahan kekecewaaan yang teramat dalam terhadap oma nya.

Suasan hening untuk beberapa saat. Terlihat wanita tua yang kini hanya mamp[u duduk di kursi roda tersebut tengah berfikir keras. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

Hanya suara isak tangis Marla dan denting  jarum jam yang tengah bergerak begitu lamban.

"Baiklah kalau tidak ada satupun orang yang mau berbicara lagi, aku ijin keluar sbentar suasana di sini begitu pengap dan tidak masuk akal". Keluh Axel jengkel sambil menatap sang mama dengan tatapan dingin.

"Marla, Kamu bukan cucu kandung oma" akhirnya Rini mengungkapkan kebenaran yang selama berpuluh puluh tahun di sembunyikannya. Dia takut kehilangan Marla sangat takut bahkan demi Marla Rini rela melakukan apapun bahkan dengan ide gila menjodohkan cucu angkatnya dengan Axel yang tak lain adalah anak kandungnya. Itu semua demi kebahagiaan Marla karena jujur saja bukannya dia tidak tahu jika Axel menyimpan rasa untuk Marla. Naluri seorang ibu tidak bisa di bohongi. Rini yakin Axel lah orang yang bisa dipercaya untuk menjaga cucu kesayangannya.

"Apa maksud mama?"
Tatapan tak percaya mengarah dari dua pasang mata orang orang tersayangnya.