Ibu datang dengan wajah lelah letihnya, aku berjalan menghampirinya sambil membawa segelas air mineral hangat. Ia duduk di sofa sambil memijit kedua lengannya yang terasa saku.
"Terimah kasih, sayang" jawabnya sambil mengambil segelas air hangat yang kusodorkan kearahnya.
"Ibu. Hari ini aku memasak sup sayuran, tadi aku pergi kekedai Deany dan neneknya baru pulang dari Austria, dia memberikan aku dan Rea oleh-oleh sayuran dan buah" seruku semangat memberitahukan oleh-oleh dari nenek Deany.
"Lalu bagaimana kabar kakek dan Deany? Apa mereka baik-baik saja" tanya ibu sambil membuka sepatu dan kaus kakinya.
"Tentu, mereka baik-baik saja" jawabku dan mengambil sepasang sepatu ibuku lalu kuletakkan di rak sepatu.
"Tunggu ibu selesai membersihkan badan, setelah itu kita makan bersama" perintah ibuku yang sudah melenggangkan tubuhnya menuju kamar mandi.
Aku mulai memanaskan sup sayuran yang kubuat, kulihat ada beberapa daging asap dan seketika ada sebuah ide untuk mengelolah daging asap itu. Dengan keahlihan sederhana daging asap itu kuubah menjadi gading saus. Kutatah dua piring, dua gelas yang kuisi air mineral dan sup beserta daging tadi.
Ibu selesai dari kamar mandi, ia menuju kamarnya untuk memakai baju santai rumahan. Aku duduk menunggu ibuku datang, akhirnya ia datang dan duduk tepat di depanku. Aku menaruh sup dan daging di atas piringnya. Dingin cuaca malam menjadi hangat akibat sup yang kubuat.
"Ibu besok pagi aku akan pergi keperusahaan. Aku dengar perusahaan itu membutuhkan karyawan" aku membuka pembicaraan pertama.
"Jam berapa?" tanya ibuku singkat.
"Pagi. Jam 8.00 berarti aku mulai berjalan jam 7.30, aku sama sekali tidak sabar untuk besok ibu" ucapku gembira membayangkan akan menginjakkan kaki di sebuah perusahaan besar.
"Ibu juga senang, sayang. Tapi apa nama perusahaannya?" tanya lagi ibuku.
"Soal itu aku belum sempat tanya nama perusahaannya apa. Tetapi aku diberikan kartu nama perusahaan itu dan aku belum melihatnya" seruku sambil cengar-cengir.
"Ya Tuhan, anak ini. Kalau begitu cepat habiskan makan malammu, lalu siapkan segala kebutuhanmu untuk besok, jangan lupa liat apa nama perusahaannya"
"Siapp... boss" sautku sambil menaruh telapak tanganku di sisi jidat, terlihat seperti memberikan hormat kepada seorang kepala sekolah dulu saat mengadakan upacara.
Aku menaruh piring kotor di wastafel, lalu ibuku mulai mencuci dan aku melapnya kemudian menyusun ke dalam rak susun yang tergantung. Hal seperti ini sudah menjadi rutinitas sehari-hariku bersama ibu, dulu waktu ada ayah. Tugas pria itu menyusun piring-piring yang telah aku lap, setelah itu dia akan menganggu ibu hingga ibu mengerutkan keningnya.
Tidak apa-apa, setidaknya aku masih memiliki seorang ibu. Aku memasuki kamar mungil, istana yang menjadi tempat tidur dan tempatku bersantai. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur ukuran sedang. Kututup kedua mataku sambil menghirup oksigen yang memenuhi rongga dadaku, tiba-tiba aku penasaran dengan sesuatu.
Aku berjalan kearah celana jeans yang kugantung di balik pintu. Aku mengambil kartu nama ukuran kecil berwarna hitam, warna yang elegan dan menandakan sang ceo adalah orang yang sombong dan angkuh. Aku sama sekali tidak ambil pusing, setidaknya aku mendapatkan gaji dan itu sudah cukup.
"A.Sfrowy" gumamku membaca nama perusahaan yang tertera di kartu nama itu.
"Kaya pernah dengar... dimana ya" nama itu sepertinya tidak asing ditelingaku.
Kunyalakan hpku lalu mencari nama perusahaan itu dan bertapa terkejutnya aku, perusahaan raksasa dunia yang selalu aku liat di majalah dan tv akan menjadikanku salah satu karyawannya. Aku melompat-lompat sangkin senangnya, aku menghampaskan lagi tubuhku diatas kasur dan cepat-cepat menutup mata.
Pagi menjelang memanggilku dari alam nyata untuk bangun dari alam mimpi. Kulirik jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, aku berdiri mengambil handuk dan masuk kekamar mandi. Setelah itu aku memilih pakaian. Ketahuilah aku tipe perempuan yang tidak terlalu repot dalam berpakaian.
"Sayang. Sarapan sudah siap" teriak ibuku menggema di lorong sempit rumahku.
"Aku datang, bu" kubalas dengan teriakan.
Tidak ada makeup berlebihan seperti wanita lain, hanya ada bedak bayi dan liplos, aku keluar dari kamar dan menemukan ibuku sudah duduk manis di sana sambil menghirup teh hangatnya. Kulihat ada roti panggang dan selai yang dibuatnya sendiri dari buah pemberian nenek Deany.
"Jangan melakukan tindakan berlebihan. Bersikap sopan dan santun, jangan melawan atasan atau jangan menolak apa pun yang disuruh atasan. Ingat itu baik-baik" perintah dan saran ibuku.
"Ya...bu, aku sudah harus pergi, takut terlambat" jawabku sambil berdiri dan menghabiskan susu vanilla kesukaanku.
"Hati-hati sayang. Semoga harimu menyenangkan" seru ibuku sambil mencium pipi kanan dan kiriku.
"Ya, bu. Semoga harimu juga menyenangkan" sautku yang sudah berada diluar rumah. Aku berlari mengejar waktu takut terlambat, sesekali aku melirik jam tanganku.
Saat ini aku sudah berdiri di depan perusahaan yang luar biasa sangat tinggi, jika lebih detail kuamati semua karyawan di perusahaan ini memakai kendaraan pribadi. Aku merasa tidak pantas berada di dalam sana, melihat stelan jas kantor mahal karyawan itu, tetapi nasihat ibu terus terbayang di benakku. Dengan cepat aku kembali berjalan menuju perusahaan di depanku.
"Ada yang bisa saya bantu nona muda" jawab seorang pria tua yang kuperkirakan usianya 45-an. Ia memakai seragam seperti office boy, ia juga terlihat ramah saat menyapaku.
"Begini pak. Saya mau mendaftar menjadi office girl disini" jawabku sambil menyerahkan kartu perusahaan pemberian wanita penjual hotdog kemarin.
"Jika begitu. Mari nona saya antar keruangan atasan saya, lewat sini nona" ajak pria tadi.
Kuperhatikan setiap ruangan di perusahaan itu. Berbagai macam dekorasi mewah dan modern menjadi satu padu di sana, sungguh perusahaan berkelas tingkat internasional. Aku tidak bisa membayangkan menjadi salah satu karyawan di sana. Namun, menjadi office girl juga tidak jadi masalah.
Ruangan berukuran sedang atau bisa dibilang ruangan rapar para dewan ataupum karyawan kantor di sini terlihat elegan. Seorang pria tua bertubuh tinggi duduk disana sambil membaca beberapa berkas di depannya.
"Maaf tuan Rogran. Saya membawa calon office girl penganti Mrs.Mojr" seru pria tadi.
"Siapa namamu nona muda?" tanya pria itu sambil tersenyum.
"Panggil saya Neya, tuan. Dan ini beberapa berkas saya" seruku sambil mengeluarkan map berwarna biru tua.
"Baik. Kalau begitu Mrs.Jodan akan menunjukkan ruangan para staf office di perusahaan ini. Dia juga yang akan memberikan seragam dan jadwal, sekarang kau biasa pergi" seru pria tua yang bernama Mr.Rogran.
Aku berjalan bersama Mr.Jodan. Belum sampai ke tempat tujuan, kita berpapasan dengan seseorang yang memiliki wajah tampan, tubuh yang tinggi besar. Tiba-tiba kariawan yang berlalu lalang berhenti dan menunduk hormat, aku mengikuti perintah Mr.Jodan yang menyuruhku membungkuk hormat. Aku bisa melihat pria itu tersenyum kearahku. Dengan kikuk aku membalas senyumannya.
Gengs... itu Jake....
.
.
.
.
.
Horeeee para pembaca sekalian terimasih atas waktu kalian yang mau membaca cerita saya.... komen dan like di tunggu... Gemis follow wkwkwsss....🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...