Setelah kejadian Bran membuat kalimat-kalimat manis yang tak pernah aku lupakan, disaat itu kita menjalani hubungan sepasang kekasih secara resmi. Sudah lebih dari 4 bulan kita berpacaran secara diam-diam, aku hanya tidak ingin menjadi istimewah di mata karyawan-karyawan lainnya dan untung saja Bran mau mendengarkan alasanku. Ya, walaupun dia sempat marah dan ngambek tetapi aku tidak gentir mempertahankan alasan itu.
Bran orang yang baik dan hangat, dia seorang pria yang selalu menepati janji-janji kecil. Dan terkadang aku heran mengapa ia selalu saja membuat kejutan-kejutan yang membuatku terpukau. Sebenarnya aku sering bilang jika ia tidak harus melalukan itu semua, tetapi ia selalu bilang "Aku hanya ingin melihatmu senang". Padahal hal yang membuatku senang cukup sederhana. Hanya ada keberadaannya di setiap hariku maka aku sudah merasa sangat senang.
Seperti sekarang, ia selalu saja datang ke ruangan staf office dan mengajakku untuk makan atau bahkan pulang terlebih dahulu. Kadang aku merasa risih dengan tatapan dari para staf dan karyawan lainnya. Tetapi Bran sama sekali tidak peduli, ia dengan enaknya menyeretku untuk makan siang di saat jam kerjaku padat.
"Kau mau pesan apa, sayang?" serunya sambil tersenyum lebar.
"Ussstt... jangan kencang-kencang nanti ada yang dengar" peringatku berbisik kepadanya.
"Ya...ya... kau mau makan apa?" tanya lagi.
"Samain aja kaya kamu!" jawabku.
Ia memesan makanan dan minuman lalu ia kembali memegang tanganku, kulirik ke kanan dan ke kiri untung saja tidak terlalu ramai. Jika ada banyak orang bisa-bisa adengan seperti ini akan menjadi bahan gosipan hangat. Aku mengendus kesal dan Bran hanya tersenyum polos sambil memperhatikanku.
"Bran... aku mau bilang sesuatu!" seruku pelan.
"Kau mau bilang apa?" jawabnya dan kali ini iya memegang rambut gelombangku.
"Sebaiknya kita jangan terlalu mencolok" dan bisa di lihat Bran mulai memasang wajah cemberutnya.
"Kau tidak suka" tanyanya dengan nada meraju yang dibuat-buat.
"Aku hanya tidak suka jika mereka mengatakan hal-hal buruk tentang kau" jawabku sambil tersenyum.
"Bisa ku pecat" lama-lama ke sabaranku habis jika Bran selalu begini.
"Bran... kau kan sudah janji jika hubungan kita jangan sampai ketahuan oleh karyawan lainnya" dengan nada lembut aku memberikan sedikit penjelasan.
"Aku tau, tapi aku tidak iklas waktu bilang itu" saut Bran sambil tersenyum.
"Mana bisa seperti itu... sudah berulang kali kita berdebat soal ini dan kau terus melanggar hal-hal yang aku ucapkan" akhirnya emosiku lepas.
"Kalau kau cuma takut dengan omongan orang mengapa kau menerimaku saat itu, mana ada hubungan seperti ini. Konyol, sekali" Bran mulai ikut emosi karena ucapanku.
"NEYA... DUDUK" bentak Bran saat aku mulai berdiri dari tempat duduk.
Aku berjalan dan pergi meninggalkannya di sana, aku berjalan menuju kearah taman. Sedikit menyegarkan pikiranku, ada perasaan tidak enak saat aku terlalu melarang Bran, tetapi aku sama sekali tidak suka tatapan dan omongan orang yang merendahkan Bran. Jika mereka menghinaku, ya tidak apa-apa. Tetapi ini Bran, hanya karena aku berada di sampingnya ia terikut-ikut menjadi bahan gosipan dan namanya jadi jelek.
"Berantem untuk pertama kalinya?" suara Omar dari belakang membuatku tersadar dari lamunan.
"Aku jengkel jika ia bersifat seenaknya saja" jawabku.
"Kau harus mengerti sifat Bran... dia hanya ingin membuatmu bahagia dengan caranya sendiri" nasehat Omar membuatku kembali teringat dengan Bran.
"Apa aku yang salah?" tanyaku kepada diriku sendiri sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...