29

6.4K 368 8
                                    

VOP Bran...


Aku berjalan-jalan di sekitar kantorku, rasanya sangat hampa tanpa kehadiran Neya. Gadis itu semakin membuat hatiku merasa bersalah, beberapa sapaan dari pegawai di kantorku sendiri terdengar. Namun, aku masih tidak ingin di ganggu, dengan cepat aku berjalan tanpa memperdulikan sapaan dari mereka semua. Aku sampai di ruang santai yang berada di lantai 20, tidak ada satu pun karyawan di ruangan ini.

Kududukan pantatku diatas sofa sambil memikirkan kalimat yang pertama kali akan aku ucapkan kepada Neya nantinya. Kuambil sesuatu di dalam kantong celanaku, benda bulat sederhana yang pernah di pakai Neya membuatku tersenyum. Ada banyak sekali hal yang aku lalu bersama kekasihku itu, dan aku tidak mau semuanya berakhir seperti ini.

Suara dering dari benda pipih di saku jasku terdengar, dengan malas-malas aku mengeluarkan benda pipih itu. Tanpa melihat aku menaruh benda itu di telingaku, terdengar suara seorang pria yang merupakan salah satu anak buahku membuka pembicaraan.

"Ada apa?" tanyaku tanpa berbasa-basi.

"Kami sudah menemukan lokasi kota yang nona Neya tinggali sekarang bersama ibunya," kalimat itu membuat kedua mataku membulat.

"Apa di mana?" tanyaku bersemangat.

".... Kanada," dengan cepat aku memutuskan pembicaraan.

Aku berdiri dan langsung berlari ke arah parkiran di mana mobilku menungguku, beberapa karyawan kembali melihatku dengan tatapan heran dan terpukau mereka, tetapi aku masih tidak peduli. Dengan cepat aku terus saja berlari, kulihat mobilku di sana. Aku masuk dan melajukan mobil ini dengan sangat kencang, jalan bahkan tidak terlalu ramai. Dan itu sangat memudahkan langkahku.

Kembali terdengar suara dering hp yang berada di kursi sebelahku "Iya," seruku sambil berusaha untuk berkonsentrasi menjalankan mobil mewahku.

"Kakak kau ada di mana?" suara Omar semakin terdengar.

"Aku ada urusan mendadak. Sebaiknya kau hubungi pilotku dan katakan kepadanya dalam waktu 15 menit aku akan sampai di bandara, jika dalam waktu segitu belum ada Jet maka aku akan memecatmu beserta pilot itu," karena malas mendengarkan omelan dari Omar aku langsung melempar benda itu ke samping.

Seperti perkiraanku, aku pun sampai di depan bandara dalam waktu 15 menit. Aku tersenyum senang karena Jet beserta pilotnya sudah siap menungguku, pria berumur yang lengkap mengenakan pakaian pilot itu menyapaku dengan sapaan basa-basi khas miliknya. Aku tidak menanggapinya, karena yang ada di dalam pikiranku sekarang adalah bagaimana caranya membuat Neya kembali percaya denganku.

Beberapa pramugari menyambutku, ruangan di dalam Jet pribadiku ini memang sengaja ku desain berwarna hitam dan putih gading, Karena ini menambah kesan nyaman, dari sekian banyak Jet yang aku punya aku lebih suka sekali berpergian keluar Negeri menggunakan Jet ini. Bahkan hanya untuk menandatangani sebuah kontrak di berbagai macam perusahaan asing. Aku duduk di salah satu sofa empuk sambil menyenderkan kepalaku di bantalan sofa Jet ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang