VOP Bran....
Sekarang ini aku duduk di salah satu Caffe, ada banyak sekali orang berlalu lalang berjalan kaki dan kendaraan yang tak pernah ada habisnya memenuhi jalanan. Aku mengambil benda pipih yang tak bukan adalah hp-ku, hal yang pertama aku lihat adalah foto-foto Neya. Aku tersenyum sambil mengingat-ingat kenangan itu.
Hingga benda di dalam genggamanku ini bergetar, aku mengangkatnya sambil memasang wajah bosan "Ada apa?".
"Tuan, kami sudah mengetahui keberadaan Nona Neya." suara seseorang di seberang sana membuatku senang.
"Baiklah, kirimkan alamatnya aku akan pergi ke sana sekarang!" dengan cepat aku memutuskan sepihak sambungan itu.
Dengan langkah yang tergesah-gesah aku keluar dari Caffe itu dan langsung masuk ke dalam mobil menuju ke arah rumah Neya, sepanjang perjalanan aku terus saja berfikir kalimat apa yang harus aku ucapkan saat pertama kali bertemu dengan Neya. Karena, mungkin aku hanya takut membuat satu kesalahan. Dan aku tersadar, aku adalah seorang pria yang tak kenal akan nama takut. Baru kali ini aku merasa sangat takut, hanya karena Neya. Gadis asing yang menjadi kekasihku itu yang dapat membuatku segila ini.
VOP Neya....
Samuell masih asik menggali sesuatu dan aku hanya duduk sambil memeluk diriku sendiri karena merasa hawa semakin dingin, kulihat Samuell tersenyum dan aku ikut berdiri untuk melihat lebih dekat. Sebuah kotak berukuran sedang di keluarkan pria itu dari dalam bekas galiannya. Aku berjalan mendekat, dan Samuell berlutut sambil membersihkan kotak di depannya.
"Wah... kau menemukannya!" seruku kagum.
"Tentu, saja. Baiklah, aku mempersilahkanmu membuka kotak ini terlebih dahulu." Samuell menyodorkan kotak itu ke arahku.
Aku tersenyum dan mengambil kotak itu, sedikit aku menggoncang-goncangkannya dan terdengar suara benda di dalamnya yang berbunyi, kulihat ke arah Samuell yang ikut tersenyum. Aku membuka kotak itu dengan sebuah kunci yang di berikannya kepadaku, saat kubuka hal yang pertama kali aku liat adalah sebuah album kecil dan beberapa mainan anak-anak yang sangat lama.
"Ini kan hadia pertama darimu kepadaku," seruku saat melihat jepitan rambut berbentuk kupu-kupu yang di berikan Samuell di hari ulang tahunku yang ke 6 tahun.
"Ya... kau ingat. Aku sengaja memasukkan benda itu ke dalam sini, kau membuangnya ke danau saat kau marah kepadaku." jawab Samuell dan aku menatap ke arahnya dengan tatapan tidak percaya.
"Aku sama sekali tidak percaya kau mengambilnya!" dan kulihat pria di sampingku ini terkekeh.
"Ya, tentu saja. Aku mengumpulkan uang untuk membeli benda ini dan kau membuangnya, tentu saja aku harus mengambilnya." jawabnya sambil mengendus kesal.
"Baiklah. Apa kita harus membawa ini?" tanyaku.
"Kau bisa menyimpannya jika kau mau," Samuell berdiri dan aku mengikutinya.
"Eh.. Samuell aku ingin bertanya sesuatu?" kulihat pria itu melirikku sekilas dan tersenyum tipis.
"Tentang apa?" sautnya.
"Ehmm... ini soal tentang Molly," diam-diam aku melirik ke arah Samuell.
"Molly? Maksudmu Molly tetangga kita dulu." jawabnya sambil berusaha mengingat-ingat.
"Iya, apa dia masih tinggal di sebelah rumahmu!" tanyaku lagi.
"Tidak. Setelah 1 tahun kamu pindah, dia juga pindah ke Negara asalnya," jawab Samuell sambil menatapku heran.
"Ada apa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa, bukan tetapi. Aku hanya ingin mengembalikan foto kita dulu, aku belum sempat memberikannya karena ada beberapa masalah kecil yang terjadi," jawabku sambil tersenyum tipis mengingat masalah kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...