07

11.2K 784 20
                                    

Suara jam walkerku berbunyi, aku mengejapkan sepasang mataku karena merasa terusik oleh suara yang berisik. Dengan terpaksa aku terbangun dari tidur nyenyakku, padahal aku baru saja bermimpi indah tetapi harus terusik oleh sebuah bunyi yang menyebalkan. Kutatap jam kecil yang masih berdering di samping bantalku, dan pukul 05.30.... itu masih terlalu pagi.

"Ibuuuuuuuuuuu" siapa lagi yang melakukan ini jika bukan ibuku itu.

"Hahahhaha.... cepat bangun, gadis pemalas" sepertinya ibuku memiliki hobi baru selain bernyanyi.

Aku masuk kekamar mandi dengan malas-malasan, kutatap wajah kusutku yang baru bangun tidur di cermin. Kuambil sikat gigi dan menaruh pasta gigi beraroma mint, kusikat gigiku dengan sepasang mata yang masih meriup. Tiba-tiba potongan demi potongan ingatan membuatku tersadar, aku membulatkan mataku.

Cepat-cepat kuputar krang air dan membasuh wajahku, pria tidak tau diri kemarin mencium bibirku. Ahhhh.... rasanya ingin berteriak tetapi percuma semua sudah terlambat. Ingatan saat bibirnya  mendarat tepat di bibirku semakin membuat wajahku merona, kubasuh lagi wajahku dengan air dan langsung mandi.

"Na..nanna...nanann..nanan..." gumam ibuku sambil asik memasak roti panggang madu kesukaanku.

Aku berjalan menuju dapur dan sudah lengkap memakai baju office girlku, tatapan heran ibuku langsung diberikan kepadaku. Aku hanya diam dan duduk disalah satu bangku yang telah disediakan segelas susu vanilla, ibuku memberikanku sepiring roti panggang madu buatannya.

"Pacarmu yang kemarin tampan" suara ibu membuat nafsu makanku hilang seketika.

"Dia bukan pacarku, bu. Dia itu salah satu atasanku" jawabku sambil memainkan roti panggang madu itu.

"Tapi yang ibu liat, sepertinya dia suka sama kamu. Bahkan tadi malam dia loh yang gendong sampai masuk kedalam kamar" ahh... pipiku kembali merona, sebisa mungkin aku menghindari tatapan ibuku.

"Mengapa ibu tidak melarangnya. Aku tidak ingin dia tau kamarku....bu" rengekku.

"Ibu, tidak tau. Tapi ibu setuju dengan dia kalau kalian pacaran" entah mengapa mood ibu membuatku kesal.

"Bu, aku tidak pacaran dengan pria arrogan itu" jawabku sambil melahap roti di depanku.

"Ibu hanya berpendapat... lalu mengapa kau memakai pakaian kerjamu di jam sepagi ini" tanya ibu.

"Aku ingin lebih awal turun, aku tidak mau bertemu atau berpapasan dengan dia" jawabku pelan.

"Mengapa? Ibu suka melihat kau bersama pria itu. Dia pria baik-baik dan bertanggung jawab" pendapat ibuku kembali membuat nafsu makanku hilang.

(Tapi ibu tidak tau... pria arrogan itu sudah mencuri ciuman pertama putrimu ini... ahh... kepalaku sakit rasanya mengingat-ngingat kejadian kemarin malam) celetusku dalam hati.

"Bu... aku harus berangkat sekarang..dadahhhh" ucapku setelah mencium kedua pipi kanan dan kiri ibuku.

"Heii... rotimu belum habis" teriak ibuku dan aku sudah berada diluar rumah.

Ternyata jalanan di komplekku cukup sepi di pagi hari, itu bagus pertanda jalanan sepi dan itu membuat aktifitasku tidak terhambat. Aku berjalan dengan santai menyusuri jalanan menuju ketempat kerjaku, udara di pagi hari sangat sejuk membuatku tambah bersemangat dan sejenak aku dapat mengalihkan pikiranku dari ciuman pria itu.

Suasana di perusahaan sungguh sepi sekali mengingat baru puluk 06.05, aku tersenyum lalu duduk di samping pintu belakang yang menghubungkan lorong office. Dari jauh aku melihat seorang wanita berpakaian sama sepertiku, wanita itu bisa diperkirakan usianya sama seperti ibuku. Ia menyapaku dengan senyuman menawannya.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang