💥💥💥💥
Setelah hujan mulai redah Bran mengangkat tubuh mungil Neya, wanita pemilik toko tersenyum melihat sikap Bran yang begitu peduli terdahap gadis keras kepala itu. Bahkan Bran rela melepaskan jasnya demi sang kekasih. Dengan penuh hati-hati ia memasukkan tubuh mungil kekasihnya itu di samping tempat duduknya. Mobil Bran bergerak menjauhi toko ice krim itu, terdengar suara guntur dan kilat mulai berkelap-kelip menghiasi langit gelap di malam hari.
Saat sampai di depan rumah Neya, pria itu turun dan kembali mengendong tubuh mungil yang masih nyenyak dalam tidurnya. Ia menatap wajah imut Neya saat tertidur dan perlahan mulai mendekatkan wajahnya, hanya bermaksud untuk mengecup kening gadis itu. Tetapi pintu di buka dan menampilkan seorang wanita berumur yang tersenyum menyambut mereka, Bran mengurungkan niatnya itu.
Ia masuk kedalam rumah dan mencari-cari kamar Neya, ia meletakkan tubuh yang terlelap itu di atas kasur. Bran kembali memperhatikan wajah kekasihnya itu, dan lagi-lagi suara batukan kecil dari sang calon mertua membuatnya harus selalu mengurungkan niatnya. Dengan penuh tekat Bran mengecup ringan kening Neya dan berjalan keluar.
"Dia memang suka tertidur... apa lagi di saat musim dingin seperti ini" seru ibu dari Neya.
"Ah... iya" jawab Bran gelabakan.
"Kau tidak ada bermaksud untuk bermain-main dengan putriku, bukan" pertanyaan serius itu di ungkapkan olehnya.
"Aku serius dengan putri anda, jika aku bermain-main dengannya aku tidak akan membawanya pulang kerumah anda, nyonya" jawab Bran yang ikut serius.
Senyuman wanita berumur itu kembali terlihat mengembang "Aku percaya denganmu! Jangan panggil aku nyonya, atau aku tidak akan membolehkanmu membawa anakku" ancam wanita itu.
"Hahaha... baiklah, bu. Aku harus kembali" ucap Bran bermaksud untuk berpamitan.
"Tentu.. perhatikan jalan, udara sudah mulai sangat dingin" peringatan yang di berikan oleh calon mertuanya itu membuat Bran tersenyum hangat.
Pagi hari....
Aku terbangun dari tidurku saat suara ketukan pintu mengagetkanku, kulirik kearah jam kecil yang berada di atas meja, masih pukul 06.30. Aku turun dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi seperti biasa melakukan rutinitas pagiku. Setelah selesai aku memakai seragam kerja dan kulirik kearas kursi ada sebuah jas berwarna hitam. Aku tersenyum saat mengingat kejadian tadi malam, bagaimana perilaku manis yang di tunjukkan oleh Bran membuat hatiku menghangat.
Kuambil jas itu dan melipatnya, lalu kumasukan kedalam tas jinjing yang selalu menemani hari-hariku. Aku berjalan melewati ibuku yang tengah asik membersihkan meja dapurnya, selalu saja bersih karena menurut ibuku bersih adalah hal yang paling bagus. Aku setuju dengan semua itu tetapi aku hanya takut jika ibuku terlalu terobsebsi dengan itu.
"Bagaimana tadi malam, apa kencanya berjalan dengan sangat sempurna?" goda ibuku.
"Tidak ada kencan ibu... hanya makan malam biasa" sautku sambil mendudukan pantatku di atas kursi.
"Yakah, kalau begitu pasti sangat membosankan" ibuku kembali memancing mood jelekku.
"Ibu..." rengekku.
"Oh... baiklah, baik. Ibu tidak akan menggodamu lagi, nanti putri jelek ibu ini akan menjadi semakin jelek.. hahaha" canda ibuku sama sekali menyakitkan hatiku tetapi tidak lama.
"Ya... aku memang jelek. Tetapi..." aku mulai berdiri dan berjalan pelan menuju kearahnya yang membelakangiku.
"Aku tidak suka di hina" seruku sambil menggelitiknya dan terjadilah perang gelitik-mengelitik pada pagi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...