♤ Yang diatas bikin degdegkan wkwkwkssss...
♤Selamat menikmati ceritanya..."Aku mencintaimu!" pernyataan dari pria di belakangku itu membuat lidahku keluh. Semua yang ingin kuucapkan seakan lenyap, aku tidak tau harus apa. Jantungku berdebar sangat kencang hingga aku tidak bisa mendengar bunyi yang lain selain debaran jantungku. Namun, aku masih tidak tau rasa apa yang selama ini bersemayam di lubuk hatiku. Cintakah? Ataukah hanya sekedar suka semata.
"Kau bisa menjawabnya nanti, aku tidak akan memaksamu. Aku ingin kau mengatakan hal yang sama di saat kau merasakan hal yang sama sepertiku. Tidak ada beban dan tidak ada tekanan. Mungkin kau bisa bertanya terlebih dahulu kepada hatimu, aku akan menunggu jawabanmu" jawabnya dan kembali mengecup kelapaku.
"Kau tau... jantungku berdebar sangat kencang. Aku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya" tegas Bran dengan jujur.
"A..aku.. aku tidak tau! Apakah aku harus bahagia atau tidak. Aku sama sekali tidak mengerti" hanya itu kalimat yang mampu aku ucapkan, selebihnya otakku kosong tanpa ada satu pun hal-hal yang terlintas.
"Tidak usah terburu-buru.... sebaiknya kita harus pergi" seru Bran dan langsung menarik tanganku pelan agar bisa mengikutinya.
Semua pandangan mata tertuju kepada pria di depanku ini. Bukan, sepasang mata itu tidak lagi tertarik menatap pria tampan itu tetapi mereka lebih tertarik menatapku dengan sorotan tajam. Aku hanya diam dan terus mengikuti langkah kakinya yang berjalan santai melewati para karyawannya.
Omar dan pria yang berada di sebelahnya tersenyum ramah, aku membalas senyuman mereka dan berharap sejenak berhenti untuk sekedar basa-basi menyapa dua pria itu. Namun, pria yang menarikku ini tidak terlalu suka berbasa-basi atau mungkin ia terlalu kaku. Pria itu dengan mudahnya melewati dua pria yang bahkan masih tersenyum, aku kembali menoleh kebelakang dan mendapati mereka melambaikan tangan kearahku. Aku ikut melambaikan tangan.
Bran membawa Neya menuju kearah mobilnya yang masih indah terpajang di sana. Aku kaget ketika pria itu kembali membuatku terkejut dengan kejutan manisnya, ia membukakan pintu mobilnya untukku. Aku menatap kearah pria itu dan ia hanya tersenyum manis, setelah kita berada di dalam mobil. Pria itu mulai menjalankan mobilnya dengan tempo lambat. Aku nyaman dengan suasana seperti ini, kutatap kearah luar jendela. Berbagai macam aktifitas tercipta di sana.
"Kau suka pemandangannya" aku menutup kedua mataku jengah, bahkan gaya basa-basinya sangat kaku. Aku tetsenyum simpul menanggapi ucapannya.
"Ya, aku suka. Apa kau selalu kaku seperti ini?" aku balik bertanya sambil sekilas meliriknya.
"Apa aku terlihat kaku?" bukan jawaban yang aku dapat melainkan pertanyaan.
"Mungkin... kita belum mengenal dengan baik sebelumnya" jawabku jujur.
"Bagaimana jika berkenalan sekarang... kali ini dengan baik" tawarku.
Senyuman pria itu kembali membuat hatiku damai saat melihatnya "Kau belum tau namaku!" tebaknya.
"Sebenarnya aku tidak tau apa-apa tentangmu" jawabku dan pria di sampingku ini tertawa.
"Sudah berapa kali kita saling bertemu... dan kau sama sekali tidak mengenalku, bahkan namaku pun kau tidak tau?" tanyanya.
"Ya, begitulah. Baiklah aku akan mulai perkenalan diriku, namaku adalah Neya dan usiaku...." belum sempat aku melanjutkan perkenalan diriku, pria itu langsung memotongnya dengan berbagai macam informasi yang membuatku kaget.
"Usiamu 19 tahun, nama lengkapmu adalah Neadya Colly. Kau anak tunggal, ibumu bernama Emma Colly dan ia bekerja di salah satu butik di pusat kota. Apa aku salah?" Seru pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...