25

6.6K 342 6
                                    

VOP Bran

Neya pergi setelah memberikan sebuah tamparan tepat di pipiku, aku tidak berbuat apa-apa, aku hanya terdiam di dalam ruangan itu. Karena frustasi aku mengacak-acak rambutku dan menyandarkan tubuhku di dinding sambil berpikir, kulihat wanita ular itu keluar dari ruanganku dan tersenyum licik kearahku. Ingin rasanya aku membunuhnya, tetapi tidak akan mudah melenyapkan wanita ular itu, terlebih ia sangat licik.

Aku berdiri dan berjalan gontai menuju Lift, aku menekan tombol di Lift itu dan saat terbuka Jack ada di dalamnya bersama beberapa dokumen di tangannya. Ia tersenyum lalu menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan wajah herannya.

"Ada apa denganmu? Mengapa kau sangat kusut," tanya Jack sambil keluar dari Lift.

"Apa kau melihat, Neya?" tanyaku kepadanya.

"Tadi aku melihatnya, aku menyuruhnya mengantarkan dokumen ke ruanganmu, apa dia sudah mengantar dokumen itu?" seru Jack yang semakin heran saat melihat raut wajah kusutku.

"Wanita ular itu datang dan sialnya ia menciumku di saat Neya datang, aku tidak tau harus apa!" sautku terasa frustasi.

"Sialan, kalau begitu kau kejar. Dan maaf karena aku, Neya melihat kejadian seperti itu," jawab Jack bersalah.

"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Wanita ular itu memang selalu mencari masalah denganku, sudah lama ingin aku menjauhkannya dariku. Tetapi wanita itu tidak pernah menjauh juga dariku!" seruku geram melihat tingkah wanita itu yang selalu mengaku-ngaku menjadi tunanganku.

"Bro, jika kau ada apa-apa. Jangan sungkan-sungkan langsung bilang kepadaku. Aku akan membantu hubunganmu bersama Neya!" kali ini Jack langsung memelukku sebentar.

"Terima kasih, Jack. Kalau begitu aku harus pergi menyusulnya," jawabku saat Lift kembali terbuka.

Aku masuk kedalam Lift dan tidak peduli dengan para karyawan yang melihat kearahku dengan tatapan memuja mereka, aku langsung pergi menuju parkiran. Tetapi saat aku ingin masuk ke dalam mobil, mobil Omar datang dan di parkiranya di sampingku. Ia keluar dan langsung berdiri di depanku.

"Apa yang kau lakukan dengan, Neya!" seru Omar sambil meminta penjelasan.

"Kau tau dimana Neya sekarang?" tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan yang di berikannya.

"Tentu saja, aku mengantarnya pulang. Awalnya ia menolak tetapi aku memaksanya, dia terlihat sangat hancur dan menangis! Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?" tanya Omar ingin meminta penjelasan.

"Tidak ada waktu untu menjelaskannya, aku harus pergi. Setelah selesai aku akan mengabarimu!" dengan tergesah-gesah aku masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilku.

Tetapi saat asik-asik menyetir di tengah-tengah jalan, terjadi kemacetan. Aku berusaha mencari jalan pintas untuk segera terlepas dari kemacetan ini. Namun, sayangnya tidak ada cara lain selain menunggu di tengah-tengah macet.

Sudah hampir 2 jam aku berdiam diri, mencoba bersabar untuk menunggu kemacetan yang sangat parah, malam mulai datang di susul oleh hujan yang sangat deras. Aku melewati Halte bus tempat di mana aku melihat Neya, di saat itu aku mulai menyadari jika aku mencintai gadis itu, tetapi sayangnya aku terlalu pecundang untuk mengatakan isi hatiku.

Dan aku terlalu bodoh untuk tidak jujur dengannya, aku melupakan itu semua sejenak. Sekarang yang penting adalah membuat Neya percaya denganku. Bahwa, wanita yang tadi bersamaku bukanlah siapa-siapa di dalam hidupku, dan aku sama sekali tidak mempermainkannya.

Aku juga akan meminta maaf ke padanya atas semua perbuatanku karena telah menyakitinya. Saat sampai di depan rumah sederhana milik kekasihku terlihat rumah itu sangat sepi. Aku bisa melihat jika lampu kamar Neya masih menyala, aku tidak peduli lagi hujan membasahi tubuhku.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang