24

6.4K 343 1
                                    

♣️♣️♣️




Sekarang aku berada di dalam ruangan Dory untuk mengantar surat pengunduran diriku, saat aku menaruh tumbukan surat di atas meja Dory, ia melihat kearahku dengan tatapan seperti memberikan penjelasan. Aku menarik nafas dalam-dalam sambil duduk di depannya.

"Maaf, mulai besok saya tidak akan lagi bekerja di sini. Saya harus ikut bersama dengan ibuku!" seruku sambil tersenyum tipis melihatnya.

"Kau yakin dengan keputusanmu itu! Kalau kau mau, kau bisa menyewa salah satu kamar di dekat perusahaan ini dengan harga yang murah. Kau tidak harus mengorbankan pekerjaanmu?" jawabnya sambil terkejut dengan keputusanku.

"Maaf, tapi saya tidak bisa meninggalkan ibu saya sendirian," sautku dan kali ini aku menyodorkan tumpukan kertas itu kearahnya.

"Hah... kau tau aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri, tetapi jika itu keputusanmu aku akan terima." Dory mengambil sesuatu di dalam laci mejanya.

"Ini sisa gajimu untuk bulan ini, dan ini untuk tambahan dariku," Dory memberikan dua almpop itu kepadaku.

"Terima kasih, Mrs.Dory," aku mengambil kedua almpop berwarna coklat muda itu.

"Kalau saya boleh tau, kau akan pindah di mana?" tanyanya dan aku sempat berfikir sejenak.

"Saya tidak tau, keputusan ada di tangan ibuku!" jawabku pelan.

"Lalu kapan rencana kau akan pergi?" tanyanya lagi.

"Mungkin secepatnya," jawabku asal.

"Baiklah, kalau begitu terima kasih sudah pernah bekerja di sini dengan baik." seru Dory dan aku hanya tersenyum.

Aku melihat kearah cincin yang pernah di berikan oleh Bran "Maaf jika kau tidak keberatan, bisakah kau memberikan ini kepada, Bra." aku melepaskan cincin indah itu dan memberikannya kepada Dory.

"Baiklah," seru Dory dan aku lihay wajahnya tampak sedih. Aku berdiri dari tempat dudukku sambil berjalan kearah pintu untuk keluar.

Baru saja aku membuka pintu di depanku sudah ada sosok Jack yang berdiri dengan tangan yang seperti ingin mengetuk pintu, dan di tangan satunya ia memegang beberapa kerta dokumen. Seketika Jack tersenyum dan aku hanya membalas senyumanya dengan kikuk.

"Untung saja ada kau di sini. Tolong antar dokumen penting di keruangan, Bran!" perintah Jack sambil mendorong kerta dokumen itu dan aku menerimanya, tanpa berkata apa-apa lagi Jack langsung berjalan pergi.

"He..hei, tu..tuan Jack. Aku tidak bisa!" seruku dan pria itu masih berjalan.

"Kau bisa, kau kan ahlinya." jawab Jack sambil berbalik sebentar melihatku lalu tersenyum dan ia kembali berjalan.

Aku hanya bisa menarik nafas dengan sangat berat, rasanya aku tidak ingin melihat pria yang bernama Bran itu sekarang. Namun, aku masih tidak bisa mengerti mengapa Bran tega membohongiku. Sebenarnya aku tidak yakin dengan ucapan wanita itu, tetapi melihat rupa wanita cantik tadi aku berpikir jika itu mungkin saja.

Sekarang aku berada di dalam lift menuju keruangan Bran, saat sampai di lantai paling atas aku melihat pintu ruangan Bran terbuka sedikit. Terdengar suara dua orang saling bercakap-cakap tetapi tidak terlalu jelas. Dengan pelan aku mendekat keruangan itu, aku sedikit membuka pintu di depanku.

Aku terkejut saat Bran dan wanita tadi berciuman di depan mataku, karena syok aku tidak sengaja menjatuhkan dokumen penting di tanganku dan kulihat mereka tersadar, rasanya sangat sakit sekali. Aku tidak bisa menahan air mataku, seperti ada yang hancur di dalam tubuhku. Ini terlalu sakit hingga aku tidak bisa membuat kata-kata untuk menggambarkan bagaimana perasaanku sekarang.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang