Aku terbangun dari tidurku saat ibuku mengetuk pintu kamarku, dengan malas aku berdiri dan mengusap wajahku. Kulirik kearah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 6 pagi, kejadian tadi malam mulai berputar di otakku. Ada perasaan sakit dan kecewa yang masih betah berlama-lama di dalam hatiku.
"Sayang, cepat bersiap-siap 30 menit lagi kita akan pergi!" suara ibuku membuatku tersadar dari lamunan.
"Iya, bu." jawabku dan cepat-cepat berdiri lalu mengambil handuk.
"Baiklah, sayang. Ibu akan menunggu di meja makan," seru ibuku dan kurasakan ia kembali lagi ke dapur.
Dengan malas aku masuk ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagiku, setelah membersihkan badan dan memakai baju, aku keluar sambil membawa koper yang berisi baju dan berbagai perlengkapanku.
Kulihat ibuku sedang duduk di kursi dan di depannya masih utuh sarapan paginya. Ibuku sedang memandang foto kami yang di ambil sekitar 12 tahun yang lalu. Aku berada di tengah-tengah dan kedua orang tuaku memegang tanganku, saat itu rasanya sangat bahagia sekali. Aku menarik kursi lalu mendudukan pantatku, ibuku tersenyum sambil melirikku dan meletakkan kembali foto di tangannya.
"Sayang, bagaimana tidurmu?" tanya ibuku berbasa-basi.
"Baik, bu dan tadi malam ibu pergi ke mana saja?" seru ku sambil memasukan potongan sosis dan telur setengah masak yang di buat oleh ibuku.
"Ibu kemarin malam pergi ke rumah salah satu teman ibu, lalu ia memberikan ibu beberapa bajunya dan uang untuk perpisahan," jawabnya.
"Wah... teman ibu itu orang yang baik, apa dia seorang pria?" tanyaku menggoda.
"Tidak... dia seorang wanita." jawab ibuku sambil mengelus-elus rambutku.
"Hahaha... aku pikir dia adalah seorang pria," candaku lagi.
"Sudahlah jangan menggoda ibu pagi-pagi seperti ini, bagaimana dengan Bran, sayang. Apa kau sudah memberitahukan tentang kepergianmu ini?" tanya ibuku dan itu membuatku berhenti memakan sarapanku.
"Ada apa, sayang?" tanya ibuku saat melihat raut wajah sedihku.
"Tidak ada apa-apa!" seruku sambil meminum susu coklat hangatku.
"Apa kalian ada masalah? Sebaiknya kalian bahas ini setelah berada di rumah nenekmu. Jangan membuat orang menunggumu lama-lama, Neya!" perintah ibuku dengan senyumannya.
"Aku hanya tidak tau harus berbuat apa kepadanya, bu. Aku terlanjur kecewa kepadanya!" jawabku pelan.
"Neya semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Apa pun yang di lakukan Bran kepadamu, jangan sampai membuatnya terus-terusan merasa bersalah. Ibu tau kau tidak suka dengan caranya, tetapi pasti Bran memiliki sebuah alasan." apa yang di katakan oleh ibuku ada benarnya tetapi bagaimana jika Bran adalah suami orang.
Aku terdiam lalu kembali tersenyum "Baik, bu." jawabku terpaksa. Karena aku tidak mungkin mengatakan kepada ibuku sendiri jika Bran adalah suami orang dan aku mengganggu kehidupan mereka.
"Baiklah, sayang. Sekarang cepat habiskan sarapanmu setelah itu kita pergi," perintah ibuku sambil menghabiskan kopinya.
"Oke...bu, aku sudah selesai. Ayo, bu kita harus cepat pergi sebelum kita ketinggalan pesawat." seruku bersemangat.
"Baiklah, sayang. Setelah ibu mencuci piring dan gelas ini. Kau sebaiknya memasukkan kopermu dan milik ibu ke dalam mobil," perintahnya.
Aku menganggukkan kepalaku pelan "Iya, bu.... aku harus pergi ke kamar sebentar ada yang ketinggalan, dan setelah itu aku akan memasukan koper ke dalam mobil." jawabku pelan dan langsung berlari ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...