09

11.1K 649 15
                                    

Behhh.... suami masa depan nihh... idaman banget... wkwkk.. tapi yang paling gereget sih kembarannya. Tapi tidak apa-apalah wkwks..(autor tidak boleh serakah)😍😍😍.

♦️♦️♦️♦️

Ternyata Omar orangnya baik, ya walaupun sedikit gila dan konyol tetapi tidak masalah. Ia seorang pendengar yang baik dan suka sekali memberikan berbagai macam saran baik, jika seperti ini aku jadi kangen dengan kedua sahabatku itu... bagaimana kabar mereka? Apa mereka sibuk bekerja sekarang! Aku tidak tau yang jelas aku ingin berkumpul-kumpul lagi seperti dulu.

Pukul 15.00, aku berada di lantai 50 beserta beberapa office boy dan girl yang tengah asik membantu para karyawan. Aku sedang mengcopy beberapa kerta yang tadi disuruh oleh salah satu karyawan di sini. Dari belakang aku dapat mendengar suara hak sepatu wanita yang berjalan dengan angkuh, aku sama sekali tidak memusingkan itu. Aku masih asik dengan kegiatanku dan berharap cepat turun kelantai dasar.

"Uuupss..., sorry" suara itu terdengar setelah jus itu tertumpah di baju lengan kananku.

"Ah.. tidak apa-apa" aku berusaha menjauhkan kertas di tanganku agar tidak terkena tumpahan jus.

"Kulihat kau dekat dengan tuan Omar, kukasih tau dia itu adalah milikku. Jangan coba-coba mendekatinya" geretak wanita yang tadi sengaja menumpahkan jus itu di lenganku.

"Aku sama sekali tidak mendekatinya. Dianya yang mengajakku untuk sarapan bersamanya" jawabku jujur.

"Hah... kau pikir dirimu cantik. Jangan mengada-ada, aku yakin kau yang memohon kepada tuan Omar untuk diajak sarapan bersama. Tuan Omar tidak mungkin menolak karena tidak sampai hati, aku kasihan melihatmu yang mengemis seperti itu" seru wanita yang masih berada di depanku.

"Aku bukan wanita penggoda.... aku juga tidak mungkin memohon untuk diajak sarapan bersamanya" jawabku yang mulai kesal.

"Hahaha... kau hanya berimajinasi. Tidak mungkin tuan Omar mau duduk berdepanan dengan wanita sepertimu... atau jangan-jangan kau teman ranjang tuan Omar, tidak mungkin selera tuan Omar turunkan..." wanita itu tidak hanya meremehkanku tetapi juga menuduhku sebagai pelacur.

"Kenapa diam? Betul apa yang aku bilang!" Serunya kembali.

Akibat teriakan dan ucapan kasar wanita itu kita pun menjadi pusat perhatian, apa lagi para karyawan mulai berbisik-bisik sambil menatapku dengan tatapan sinis. Rasanya tidak ada bedanya berada di sekolah atau pun di perusahaan ini ternyata sama saja, aku selalu mendapatkan bullyan dan caci makian. Rasanya aku ingin menangis saat semua orang menatapku dengan tatapan jijik yang mereka lontarkan.

"Bbbruuukkk...." suara lemparan tepung tepat mengenai tubuhku.

Aku bisa melihat office girl yang kemarin menghinaku ikut tertawa dan mereka juga ikut bersekongkol membuatku terhina seperti ini. Kututup kedua mataku agar tepung tidak masuk kedalam mataku, tidak ada yang membantuku.

"Sudah...sudah...cukup... berhenti" seru Dory berusaha menghentikan beberapa anak buahnya yang masih terus menghujaniku dengan tepung.

"CUKUPP.... cepat kalian semua bersihkan sebelum tuan Bran datang dan melihat kekacauan ini" Dory kembali memerintah anak buahnya.

Aku dan Dory turun bersamaan menuju ruangan office, kulirik jendela di sampingku terlihat hujan mulai datang. Disela-sela rasa sakit yang aku terima aku masih bisa tersenyum dan Tuhan tidak pernah membuatku berlama-lama memikirkan rasa sakit yang mereka berikan kepadaku. Kubuka lokerku dan mengambil tas jinjingku yang masih setia menemaniku, untung saja tadi Dory membolehkanku pulang. Ditubuhku masih lengket dengan tepung tetapi aku tetap berjalan keluar menuju taman di belakang perusahaan ini.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang