Samuell mengajak Bran untuk masuk ke dalam rumah, perasaan canggung sekaligus kesal membuatku tidak tau harus berbuat apa. Sekarang ini aku berada di ruang makan, ibu dan bibi belum pulang di tambah sekarang di depanku ada Bran yang sedari tadi tidak memalingkan pandangannya dariku. Berulang kali aku berpura-pura untuk tidak melihatnya dan tidak menghiraukannya tetapi tetap saja aku sangat terganggu.
"Hei, Neya... ayo ngomong sesuatu," seru kakak sepupuku itu sambil meletakkan segelas susu coklat hangat di depanku.
"Kau juga, kau ini pria ngomong sesuatu dan jelasakan semua yang ada di dalam pikiranmu. Buat adik keras kepalaku ini luluh!" perintah Samuell dengan nada bossy-nya lalu duduk di sampingku.
"Ck... kau bisa tidak tutup mulutmu itu, kau sangat menjengkelkan!" kesal Bran dan sekarang kedua pria ini saling adu tatap menatap.
"Hei, aku ini pemilik rumah dan seharusnya kau melakukan apa yang ingin kau lakukan. Bukannya malah berdiam diri seperti orang bohoh," seru Samuell tidak mau kalah.
"Apa... siapa yang kau bilang bodoh. Aku ini pemilik perusahaan terkenal dan jangan macam-macam denganku," saut Bran yang merasa terhina.
"Dasar pria menjengkelkan. Pantas saja jika Neya tidak menyukaimu, ternyata kau ini orangnya sangat arrogan sekali. Aku tidak betah melihat wajahmu itu," kali ini kakak sepupuku ini menunjukkan wajah jijiknya.
"Lucu sekali. Kau pikir aku suka melihat wajah memuakanmu itu, jangan salah paham aku ke sini hanya ingin menjelaskan ke salahan pahaman antara aku dan Neya." kali ini Bran terlihat sangat kesal.
"Hah... pria sepertimu adalah tipe pria yang paling tidak di sukai oleh adikku ini. Asal kau tau ada banyak pria baik di luar sana yang mau bersama adikku dan untukmu tuan sebaiknya pergi saja, jangan cari adikku lagi." tantang Samuell.
"Brukk!!" suara pukulan terdengar cukup kencang dan membuatku tersadar dari lamunan, Bran memukul meja sambil menatap kakak sepupuku itu dengan tatapan emosinya.
"Kau tidak berhak untuk mengaturku. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau tanpa ikut campur dari tanganmu, tutup mulutmu dan jangan ikut campur. Aku sama sekali tidak peduli kau ada hubungan apa dengan Neya, tetapi jika kau terlalu jauh melangkah aku pastikan kau akan hancur!" ancam Bran.
"Hahaha... coba lihat sekarang kau mengancamku. Kau pikir aku takut dengan ancaman itu, tidak. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika kau menyakiti hati adik kesayanganku ini," ego kedua pria ini sama sekali tidak bisa mereka kontrol.
"Siapa yang kau bilang sayang!" bentak Bran tidak suka.
"Tentu saja Neya. Dia ini adik tersayangku dan kau menjauhlah darinya!" peringatan membosankan itu di ucapkan dengan mudah oleh Samuell.
"Apa kau ingin mati," seru Bran yang terlihat menahan emosinya.
"Hentikan!!" teriakku sambil menutup kedua telingaku.
"Kalian berdua sangat berisik dan menyebalkan. Bisakah kalian diam dan berhenti bersifat bodoh seperti ini, aku mau sendiri dan untukmu Samuell sebaiknya susul ibu dan bibi. Bran kau... kau boleh tinggal di sini untuk malam ini, besok kau harus kembali." seruku dan langsung berdiri pergi ke kamar.
VOP Bran...
Setelah Neya pergi menuju ke kamarnya, tinggal-lah aku bersama dengan pria yang mengaku sebagai kakak sepupunya Neya. Sungguh sifat pria di depanku ini sangat memuakkan, berulang-ulang kali ia berhasil memancing emosi di dalam diriku.
"Hah... maaf, aku akan menyusul ibu dan bibiku. Kau bisa beristirahat di kamar yang ada di sisi lorong," kali ini ia bersifat baik kepadaku, sungguh sangat bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewing Heart Arrogan
RomanceTidakkk.... hidup di kota New York City terlalu sulit untukku. Di usia 7 tahun aku sudah tidak memiliki seorang ayah. Semua itu karena kecelakaan di salah satu perusahaan tempat ia dulu bekerja, tinggal aku dan ibuku yang sampai sekarang ini terus b...