06

11K 774 11
                                    

🍃🍃🍃🍃🍃

Satu hari penuh aku merasakan seluruh badanku lengket akibat keringat, capek? Ya, lelah? Tidak usah ditanya lagi, naik turun lift dan melakukan ini dan itu rasanya sangat melelahkan. Namun, aku bahagia dengan begitu aku bisa melupakan ucapan dari pria angkuh nan arogan itu.

Detik, menit dan jam telah berlalu sangat cepat, sepertinya akan turun hujan melihat langit New York mulai mendung. Aku hanya tersenyum kecut karena lupa membawa jas hujan atau payung, kulirik jaket hijauku yang tersimpan rapi di loker. Setidaknya tubuhku masih akan hangat karena jaket itu.

Pukul 20.00, semua karyawan sudah pulang dari tadi sore tetapi bagi stap office sepertiku harus membersihkan dan mematikan peralatan listrik. Kulihat para office girl pulang dengan mobil mereka, aku langsung memasang jaket dan berjalan pelan menyusuri lantai menuju keluar perusahaan ini.

Angin bertiup sangat kencang membuat anak rambutku berterbangan mengikuti irama angin, hawa dingin bahkan membuat bibirku menggigil dibuatnya. Kupeluk diriku sendiri sambil berjalan pelan menuju halte bus, mengingat hari sudah malam dan aku tidak ingin pulang terlalu larut jadi kuputuskan untuk menaiki bus.

Baru sampai di halte bus rintik-rintik hujan mulai turun secara bersamaan, aku mengagumi air yang turun dari langit malam itu. Menjadi pemandangan yang dapat menyegarkan kedua mataku, hujan semakin deras dan tidak memperdulikan orang-orang yang kesal akibatnya. Beberapa orang yang berada di halte bus saling mengumpat kalimat kasar karena pakaian mereka yang basah. Aku masih saja menatap pemandangan yang biasa terjadi itu.

VOP Author....


Bran berjalan santai menuju parkiran dimana mobilnya telah menunggu dirinya, setelah kepergian kedua sahabatnya itu ia dilanda kegusaran hati yang luar biasa. Perasaan bersalah dan menyesal semakin menyudutkan hatinya, jika saja dia bisa meminta maaf di menit itu juga maka ia tidak akan terlihat seperti orang linglung.

 Perasaan bersalah dan menyesal semakin menyudutkan hatinya, jika saja dia bisa meminta maaf di menit itu juga maka ia tidak akan terlihat seperti orang linglung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia masuk kedalam mobilnya dan mulai menjalankan mobil itu dengan kecepatan dibawah rata-rata, mobil mewah miliknya membelah jalanan becek kota New York. Saat lampu lalu lintas menyalah berwarna merah, ia pun memberhentikan mobil itu dan menatap lurus kedepan sambil bersenandung ria sekedar menepis rasa sepi.

Bran menoleh kesamping kanan dan menemukan office girl yang tadi ia marahin tenang berteduh dari hujan. Dari dalam mobil Bran bisa melihat kedua pipi office girl itu memerah dan tubuhnya gemetar menahan dingin. Tanpa pikir panjang ia memutar mobilnya menuju halte itu. Bus datang, Bran memperlambat laju mobilnya ia memperhatikan apakah gadis itu mendapatkan tumpangan.


Kembali lagi ke Neya...



Bus datang, aku tersenyum saat kedua kakiku ini ingin melangkah semua orang yang menunggu bus yang sama menyerobot dan saling dorong. Akhirnya bus penuh dan aku harus menunggu bus berikutnya, aku kembali melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 20.20 itu artinya aku harus menunggu 30 menit lagi.

Sewing Heart ArroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang